Filter By
Updating status
AllOngoingCompleted
Sort By
AllPopularRecommendationRatesUpdated
Crimson Bloomed: Ascend

Crimson Bloomed: Ascend

Crimson Bloomed: Ascend Post - Apocalyptic Horror | Action | Yuri Harem | Coming - of - Age | Rated R | Mature Content | Slow Burn The city looked like it had been devoured — chewed up by fire, time, and whatever came after — then spit back out in jagged pieces. Dead drones dangled from power lines like rusted ornaments. Neon signs flickered above fractured pavement, their broken scripts glitching into gibberish. Down the block, a half - melted smartcar burned slow, casting warped shadows across the skeletal remains of a coffee bar. Behind a crumpled tram car, someone crouched low, breath tight in her lungs. The shrieking hadn’t stopped. It came again — sharp, bone-deep, the kind of sound that latched onto your spine and refused to let go. She checked the signal jammer at her hip. Still blinking. Still active. Not for long. They were tracking her. She moved fast — boots silent over broken glass, slipping through the breach in an old laundromat’s wall. Her body moved from muscle memory now: slide through, duck left, over the washer, don’t look at the corpse slumped by the dryer. Out the back. Up the fire escape. On the rooftop, she halted. Not alone. Someone was already there — silhouetted against the bleeding sunset. Combat jacket. Short - cropped hair. Pulse rifle slung casually over one shoulder like it weighed nothing. Like this was just another rooftop, just another war. “Don’t move,” the voice snapped. She lifted her hands slowly. “I’m clean.” “Everyone says that.” “Scan me.” beat. Then the girl stepped forward, rifle still raised but gaze locked in. Dark eyes, sharp, searching — not just for weapons, but tells. Fear. Lies. She lowered the rifle half an inch. “You’re lucky you’re cute.” That wasn’t the line she expected.
LGBTQ+
681 viewsOngoing
Read
Add to library
Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba

Cinta Itu Tidak Datang Tiba-Tiba

Griselle Dayoung dan David, hidup di dua dunia yang berbeda. Griselle sebagai pewaris tunggal HANSENG group milik keluaranya. Di sisi lain David seorang pria misterius yang memulai segalanya dari nol. Griselle yang acuh dan bebas bertemu dengan David yang dingin dan selalu menghitung langkah dalam bertindak. "Bukannya tadi aku bertanya apakah tubuhmu baik-baik saja?" Jawab David sambil melirik ke arah Griselle. "Iya, lantas apa hubungannya antara tubuhku baik-baik saja dengan kamu mengantar makan siang ke kantorku?" Tanya Griselle dengan wajah bingung, hatinya merasa sedikit tidak nyaman. "Hari ini, aku sedang bereksperimen dengan menu baru. Karena nggak ada yang menjadi kelinci percobaan, walau dengan berat hati, aku pergi mengantar makanan buatanku ke kantormu. Menurutku setidaknya, di sana ada banyak pegawaimu yang bisa menjadi kelinci percobaan." Jawab David dengan santai. Griselle terdiam saat mendengar perkataan David, saat ini di dalam hatinya timbul keinginan yang sangat besar untuk menarik keras rambut dan menggigit daun telinga pria di depannya ini. Ternyata kebaikan David tadi siang hanya untuk menjadikan dirinya dan pegawainya sebagai kelinci percobaan. Rupanya dia mau membalas dendam, maki Griselle di dalam hati. "Melihat kamu kembali baik-baik saja, aku merasa sedikit tenang, artinya makananku masih layak untuk dimakan." David melanjutkan perkataannya masih dengan nada tenang, tanpa menyadari perubahan di wajah Griselle yang sudah menghitam. Wajah Griselle yang awalnya kelam, tiba-tiba berubah dengan cepat menjadi wajah penuh kelicikan. Perubahan wajah Griselle secepat membalikkan telapak tangan, dengan wajah penuh senyuman manis, dia berkata, "Tetapi aku tetap harus berterima kasih loh."
Romansa
170 viewsOngoing
Read
Add to library
Diriku Seutuhnya

Diriku Seutuhnya

Di malam peringatan sembilan tahun pernikahan kami, suamiku yang bernama Felix Tosa, pria yang di siang hari menguasai keluarga mafia dan di malam hari menguasai hatiku, tidak memberiku setangkai mawar pun. Dia malah memberikannya pada Celine, asisten pribadinya. Di bawah lampu gantung tempat kami pernah berdansa saat baru menikah, dia menoleh padaku dengan pesona dingin yang dulu pernah membisikkan kata cinta di telingaku. “Dia hamil,” katanya, seolah itu sudah cukup sebagai penjelasan. “Dan dia sangat pilih-pilih soal makanan. Mulai sekarang, kamu yang harus menyiapkan makanan tiga kali sehari untuknya, nggak boleh ada menu yang berulang.” “Dia juga sensitif, nggak suka tidur sendirian. Jadi, kamu harus pindah ke kamar tamu.” Ruangan itu sunyi senyap. Aku tidak berteriak, tidak juga menangis. Aku hanya mengambil koper yang sudah kubereskan, lalu berjalan menuju pintu. Kepala pelayan mencoba menahanku, tapi Felix bahkan tak berkedip sedikit pun. “Dia pasti balik lagi,” katanya malas, sambil menggoyangkan gelas anggur. “Dalam waktu tiga hari, dia akan menangis dan memohon padaku.” Tamu-tamu pun tertawa terbahak-bahak. Mereka bertaruh satu juta dolar di depan mataku. Bertaruh bahwa aku bahkan tak akan sanggup melewati malam ini dan akan kembali memohon seperti anjing jalanan yang kehilangan harga diri, memohon agar Felix membiarkanku masuk ke rumah. Namun, mereka tidak tahu bahwa aku sudah menerima lambang keluarga dari ayah kandungku yang sebenarnya dan tiket pesawat pun sudah kupesan. Kali ini, aku benar-benar akan pergi.
Short Story · Mafia
5.9K viewsCompleted
Read
Add to library
Mafia Boss's Angel

Mafia Boss's Angel

excelhights
Gosh! Those eyes! They were screaming cute! His masculine beauty was out of this world and he is the kind of man I’d love. The only problem I saw in him was the big tattoo on his arm that extended to his wrists. Being a typical church girl, I couldn’t end up with such a man unless I wanted to be disowned by my father. “I’d have a glass of martini, extra dirty and tacos.” He said in a dreamy gusty voice. “Coming right up” I said taking the menu list and flashed a timid smile at him. I felt my cheeks burning and if there was a mirror around here, I’d have checked how embarrassing I must be looking. My face must have definitely turned pink. I watched him as he ate gracefully without looking elsewhere, his eyes were fixed on his phone. His short brown hair was to die for, I instantly wished I could run my fingers through them. Too bad, I might not be the kind of woman he wants; it wouldn't hurt to have sinful fantasies. He suddenly looked towards me, maybe he must have noticed I had my eyes on him all along. Immediately he locked eyes with mine, I looked elsewhere pretending to looking for something that wasn’t missing. I could tell he gave a faint smile but kept sipping his drink slowly, as he was gazing at his phone. He gave a signal to come and get his bill and I walked gracefully to him. God! I wish he could just take me to bed. Oops! I’m a church girl and shouldn’t be thinking of things like that. “You should take a picture of me, it will last longer.” He said in a baritone voice.
Mafia
102.2K viewsOngoing
Read
Add to library
PREV
1
...
67891011
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status