Nasi Kotak

Nasi Kotak

By:  Emylia Arkana Putra  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
4 ratings
30Chapters
12.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Acara pengajian yang seharusnya menjadi tempat mencari pahala, menambah ilmu agama serta mempererat silaturahim justru dijadikan sebagai ajang pamer oleh segelintir warga toxic. Bu Evi dan geng yang selalu merasa berkuasa di dusun'nya tega mempermalukan Suci--salah satu warga yang membuat nasi kotak dengan menu sederhana. Mereka memfoto dan men'share nasi kotak tersebut di group dan dijadikan sebagai bahan bully'an. Suci yang selalu dihina dan direndahkan hanya karena nasi kotak, akhirnya tidak tinggal diam. Perlahan, tapi pasti, Suci mampu membungkam satu per satu warga toxic yang selalu berkuasa hingga tak mampu berkutik.

View More
Nasi Kotak Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
default avatar
Delima Liana
Seru ceritanya
2023-09-13 10:10:07
0
user avatar
A'TaRra Hidayat
good job, simple ceritanya, tp asik, alur nya juga urut, penokohan juga oke
2023-08-30 06:38:58
0
user avatar
Indri Nurbesti
cerita nasi kotak bagus, tapi kenapa saya hanya bisa baca sampai bab 9 ya. bab 10 dan seterusnya terkunci. kenapa ya?
2023-08-20 16:10:42
2
user avatar
Asti Asti
keren banget
2023-08-18 21:13:56
0
30 Chapters
Bab 1
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Eh, Ci. Kamu sudah buka group dusun, belum?" tanya Bu Atik–tetangga samping rumah yang tiba-tiba datang. Tidak biasanya dia mau main ke tempatku. "Belum, Bu," jawabku sambil menggelengkan kepala."Mending cepetan buka, deh. Ada berita heboh," terangnya."Maaf, tapi ponsel saya dibawa Mas Ihsan. Maklum satu untuk berdua." "Astaga, hari gini cuma punya satu ponsel. Ya sudah, aku kasih lihat lewat ponselku saja." Bu Atik memberikan ponselnya. "Hati-hati. Itu baru beli tiga hari yang lalu. Harganya mahal, lima jutaan." Tidak ingin berlama-lama, aku pun segera membuka group dusun.[Ibu-ibu, ini nasi kotak buatan siapa, ya? Sangat memalukan dusun kita. Mending diambil lagi di tempat Bu Kadus.] Disertai foto nasi kotak.Chat tersebut dikirim oleh Bu Evi. Dia mengirim sebuah foto nasi kotak yang tak asing buatku. Nasi kotak tersebut adalah nasi yang baru selesai ku'buat setengah jam lalu dan dikumpulkan di rumah Bu Kadus.Banyak sekali komentar menyak
Read more
Bab 2
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Kenapa melamun, Ci?" tanya emak mertua yang mengagetkan'ku.Aku memang tidak langsung masuk ke dalam rumah, memilih duduk di teras. "E-Emak." Langsung berdiri dan menuntun perempuan berumur enam puluh lima tahun tersebut untuk duduk. "Emak kenapa tidak istirahat saja. Pasti capek karena tadi bantuin Suci bikin nagasari dan lemet.""Capek apanya. Orang Emak cuma duduk sambil bungkusin saja."Satu minggu yang lalu Emak mertua baru pulang dari rumah sakit. Beliau opname tiga hari karena jantungnya kambuh. "Ci … itu nasi kotaknya kok belum dikumpulin? Bukannya tadi kamu sudah ke rumah Bu Kadus, ya," tanya emak sambil menatap tumpukan kardus putih di sebelahku. Bagaimana ini? Tidak mungkin aku jujur sama Emak. Nanti yang ada beliau kaget. Takutnya jantungnya kambuh. Apalagi dokter sudah mewanti-wanti agar Emak tidak banyak pikiran. "O-oh itu. Ternyata nasi kotaknya dikumpulin langsung ke dusun sebelah, Mak. Suci salah dengar pas pengumuman di PKK
Read more
Bab 3
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP Duduk di ruang tamu dengan kaki selonjor. Aku menarik napas panjang dan menghembuskan pelan. Hari ini kesabaranku benar-benar sedang diuji. "Assalamu'alaikum." Terdengar suara Mas Ihsan yang baru pulang. "Wa'alaikumsalam." Segera beranjak dari tempat duduk dan menghampiri pria berpostur tinggi dengan kulit sawo matang tersebut. Aku mencium punggung tangannya. Sesaat Mas Ihsan menatapku lalu membuka topi dan mengambil handuk yang melingkar di leher."Aku ambilin minum dulu.""Tidak usah. Mas sudah minum," jawabnya sambil menjatuhkan bobot di kursi. Dia mengambil ponsel dari saku celana dan meletakkan di atas meja."Mas … aku pinjam ponselnya, ya?" Mengadahkan tangan di depan suami. Dia pun langsung memberikan padaku. Sebenarnya tidak ingin melihat group lagi, tapi aku penasaran. Dan ternyata banyak sekali chat baru yang masuk. Tadi pagi saat membuka lewat ponsel milik Bu Atik baru seratusan lebih. Sekarang hampir delapan ratusan chat.Membaca
Read more
Bab 4
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP Setelah drama nasi kotak, aku merasa seperti di'asingkan. Sebagian warga dusun menjauhiku. Terutama yang dekat dengan Bu Evi. Bu Evi memang sangat diistimewakan. Pun dengan suaminya. Mungkin karena mereka orang berada. Bahkan bisa dibilang salah satu orang terkaya di daerahku. Suaminya memiliki pabrik tahu, pabrik bakmi dan juga rental mobil. Pekerjanya lumayan banyak, terutama bapak-bapak dusun sini. Bu Evi dan suaminya sering memberi sumbangan untuk dusun dan diumumkan sendiri saat ada acara.Dulu Mas Ihsan sempat kerja di sana beberapa bulan, tapi akhirnya memilih berhenti karena suatu hal. Pak Marno–suaminya Bu Evi marah besar saat Mas Ihsan tidak masuk kerja selama dua hari. Padahal waktu itu dia sedang sakit.—----------"Eh, Suci. Kebetulan kamu di luar," ucap Bu Yati. Aku yang sedang menyapu halaman langsung berhenti. "Ada apa, Bu?" "Emm … sebentar." Bu Yati terlihat memilah sesuatu di tangannya. "Ups, lupa. Anak kamu 'kan tidak dapat
Read more
Bab 5
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Kok belum tidur, Dek?" "Aku tidak bisa tidur, Mas. Semakin hari perlakuan mereka pada keluarga kita sangat keterlaluan.""Maksud kamu, Bu Evi dan–.""Siapa lagi," memotong ucapan Mas Ihsan. "Kemarin nasi kotak buatanku jadi bahan bully'an. Tadi karena mug, Dila dijewer sampai telinganya merah. Belum lagi ucapan pedas yang membuat hati panas. Rasanya kesabaran ini habis. Aku pikir hidup di dusun tidak akan bertemu dengan orang-orang seperti keluargaku. Ternyata sama saja.""Apa kamu menyesal menikah dengan Mas?" "Aku tidak pernah menyesal menikah dan menjadi Ibu dari anak kamu. Aku justru bersyukur bisa memiliki suami dan mertua yang baik.""Tapi hidupmu jadi serba kekurangan. Sampai-sampai dihina oleh warga dusun sini. Padahal kamu anak orang berada."Aku tidak pernah menganggap terlahir dari keluarga kaya. Karena bagiku sama saja dengan lainnya. Ya … ayahku memang pemilik salah satu hotel bintang empat. Dia juga memiliki beberapa restaurant y
Read more
Bab 6
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Maaf, Mak. Suci belanjanya lama. Terpaksa jalan kaki ke dusun sebelah beli beras sama gulanya," jelasku setelah mengucap salam.Emak terlihat aneh, beliau hanya diam tanpa menjawab ucapanku. Padahal biasanya, apapun yang aku katakan langsung ditanggapi. "Emak marah karena kelamaan nunggu Suci, ya? Ini minum buat siapa, Mak?" tanyaku ketika Emak membawa nampan yang atasnya ada segelas air putih."Ternyata menyedihkan sekali hidup kamu." Seketika pandanganku beralih pada sosok perempuan yang baru saja masuk dari belakang. Kaget bukan kepalang ketika melihat perempuan yang telah merebut Ayah dariku tiba-tiba ada di sini. Entah dari mana dia tahu keberadaanku. "Ngapain anda ke sini?" "Duh, sopan sekali. Orang tua datang bukannya disambut dengan cium tangan. Malah ketus begitu."Tersenyum getir. "Orang tua? Orang tua saya hanya Bunda Ratri yang sudah tiada. Dan kini Emak mertua adalah orang tua pengganti Bunda Ratri.""Mama ke sini bukan ngajakin
Read more
Bab 7
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Ini, Pak." Setelah membayar taksi, aku pun langsung turun. Berdiri di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi. Menatap rumah tiga tingkat dengan perpaduan cat dua warna ivory turquoise dan putih. Kedua warna tersebut adalah pilihanku dan Almarhum Bunda Ratri. Ternyata Ayah belum mengganti warna tersebutSetidaknya ada sedikit rasa bahagia ketika menginjakkan kaki ke rumah ini lagi setelah delapan tahun lamanya. "Cari siapa, Mbak?" tanya seorang pria mengenakan pakaian satpam. Sepertinya dia orang baru. Lantas Pak Imron ke mana? "Tolong buka gerbangnya!" "Mbak mau nyari siapa dulu. Di rumah ini tidak sembarangan orang bisa masuk.""Saya ingin bertemu Bapak Rudi Prayogo.""Maaf, ada keperluan apa? Bapak tidak bisa diganggu. Beliau sedang kurang sehat."Apa? Ayah sakit? Apa ini alasan Mama Ane datang menemuiku kemarin? Perempuan lic*k."Tolong buka sekarang. Kalau tidak saya akan teriak dan membuat pemilik rumah ini terganggu."Satpam tersebut
Read more
Bab 8
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Pulang ke mana? Ini 'kan rumah kamu," jawab ayah ketika aku berpamitan. Sebenarnya masih ingin berlama-lama di sini, tapi kasihan Mas Ihsan, Dila dan juga Emak. "Sekarang Suci 'kan sudah punya suami, Yah. Jadi, ya, mesti ikut ke manapun dia tinggal." Ayah begitu sedih. Membuatku merasa berat meninggalkan beliau. "Ini buat kamu." Ayah memberikan sebuah ponsel keluaran terbaru. "Suci sudah punya, Yah. Dipakai berdua sama Mas Ihsan.""Jangan bikin Ayah sedih dengan menolaknya." Ayah memberikan lagi sebuah amplop cokelat ke tanganku. "Cash seratus juta cukup 'kan buat saku perjalanan? Sisanya Ayah transfer."Mengembalikan kembali amplop tersebut. "Kenapa? Ihsan melarangmu?"Mas Ihsan memang pernah bilang, kalau aku tidak boleh merepotkan orang tua. Dia akan berusaha semampunya untuk mencukupi semua kebutuhanku. Dan semua memang dibuktikan. Sedikit banyak hasil menarik angkutan selalu diberikan padaku. "Ayah tahu dia pria bertanggung jawab. Di
Read more
Bab 9
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Kenapa, Pak?" tanyaku saat Pak Wan malah diam ketika memintanya ikut turun. "Mbak Suci beneran tinggal di rumah ini?"Aku mengangguk."Saya salut sama Mbak Suci. Anak orang berada, tapi bisa hidup sederhana. Padahal dari kecil Mbak Suci terbiasa hidup berkecukupan."Sebenarnya untuk hidup sederhana aku tidak begitu kaget. Karena dalam bergaul pun tidak pernah memilah teman hanya karena materi. Almarhumah Bunda Ratri juga tidak pernah menunjukkan kemewahan yang beliau miliki. Padahal beliau juga terlahir dari orang berada. Kekayaan yang dimiliki orang tuaku bukan dari mengandalkan warisan. Mereka bekerja keras untuk mencapai keberhasilan saat ini.Sebenarnya sifat Ayah pun hampir sama dengan Almarhumah Bunda Ratri. Hanya saja setelah menikah dengan perempuan yang salah, sekarang beliau terlalu mempermasalahkan soal materi.Orang tuaku memiliki tiga rumah mewah, salah satunya yang ditempati Ayah saat ini dan menjadi rumah utama. Serta Villa kelua
Read more
Bab 10
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP Setelah pulang mengantar Dila, aku melihat di rumah Bu Atik banyak ibu-ibu sedang kumpul. Tidak berapa lama mereka keluar dari pintu gerbang dan melihat ke arahku yang baru saja memakirkan mobil. Membuka pintu belakang dan mengeluarkan beberapa kantong belanjaan. Tadi habis dari sekolah Dila, aku mampir ke mini market membeli segala kebutuhan pokok rumah dan juga jajan Dila."Ci, belanjanya banyak banget." Emak keluar dan membantuku. "Kebutuhan pokok, Mak. Mumpung ada rezeki.""Mampir, ibu-ibu," ucap emak ketika melihat ibu-ibu tersebut semakin mendekat ke rumah kami. Aku hanya geleng-geleng kepala melihat sikap mereka. "E-eh Emak. Mau ada acara, Mak? Kok belanja banyak," tanya salah satu dari mereka."Tidak ada. Emak saja kaget Suci belanja banyak begini.""Suci kok tiba-tiba banyak duit, ya. Padahal baru sehari jadi pembantu. Aneh," celetuk lainnya."Iya, aneh. Kerja satu bulan saja paling gaji pembantu berapa." Disusul ucapan demi ucapan y
Read more
DMCA.com Protection Status