Gamot Sa Pamamaga Ng Tenga Dahil Sa Cotton Buds

Setelah diculik dan menghilang selama lima tahun, Elara Khansa akhirnya kembali. Dia sempat membayangkan suaminya akan meneteskan air mata bahagia dan menyambutnya dengan penuh haru. Namun siapa sangka, sang suami justru sudah melaporkannya sebagai orang hilang dengan alasan kecelakaan, bahkan mengurus surat kematian atas namanya, lalu menikah lagi dengan seorang putri keluarga kaya untuk membangun keluarga baru. Di sebuah pesta, wanita kaya itu mempermalukan Elara di depan banyak orang, membuka kembali luka lamanya, menyebarkan fitnah, menghina, bahkan mengutuknya agar mati di luar sana. Sementara itu, mantan suaminya tetap bungkam, tidak mau membela satu kata pun untuknya. Saat Elara merasa putus asa dan ingin pergi, pewaris tunggal keluarga nomor satu di Kota Hadata menariknya ke dalam pelukan, dengan tatapan penuh goda dan ejekan. "Elara, kalau dia tidak mau kamu, aku yang mau."

*Perpustakaan Tengah Malam* adalah sebuah novel fantasi yang mengisahkan petualangan seorang remaja bernama Lila di sebuah perpustakaan misterius yang hanya buka dari tengah malam hingga subuh. Perpustakaan ini terletak di sebuah kota kecil yang tenang dan dipenuhi dengan buku-buku yang memiliki kekuatan magis. Suatu malam, Lila yang merasa bosan di rumah, menemukan perpustakaan ini secara tidak sengaja. Ia bertemu dengan Pak Arman, penjaga perpustakaan yang bijaksana, yang memperingatkannya untuk tidak membawa buku-buku keluar dari perpustakaan karena setiap buku memiliki ikatan khusus dengan tempat tersebut. Di perpustakaan, Lila menemukan sebuah buku berjudul "Rahasia Tengah Malam" yang membawanya ke dunia lain yang penuh dengan makhluk aneh, misteri, dan petualangan yang menakjubkan. Setiap halaman buku tersebut membuka pintu ke petualangan baru, menguji keberanian dan kecerdasan Lila dalam menghadapi berbagai tantangan. Novel ini menggambarkan perpustakaan sebagai tempat yang bukan hanya untuk membaca, tetapi juga sebagai portal ke dunia lain di mana fantasi dan kenyataan bercampur menjadi satu. Dengan alur cerita yang penuh dengan kejutan dan karakter-karakter yang menarik, *Perpustakaan Tengah Malam* membawa pembaca ke dalam dunia magis di mana segala sesuatu bisa terjadi. Buku ini mengajarkan tentang kekuatan imajinasi, pentingnya pengetahuan, dan keberanian untuk menjelajahi hal-hal yang tidak diketahui. Bagi para pecinta fantasi dan petualangan, *Perpustakaan Tengah Malam* adalah sebuah perjalanan yang tak terlupakan.

Dalam hidup sejatinya setiap orang memerlukan cinta. Meski terkadang engkau merasa bahwa kesendirian bukanlah hal yang menakutkan, tetap saja disaat-saat tertentu pasti membutuhkan seseorang yang bisa diandalkan, walau hanya sekedar bertukar pikiran. Dengan cinta dan memiliki pasangan, akan membuat hidup kita setidaknya menjadi lebih berwarna untuk dijalani. Ini kisah tentang seorang perempuan yang sudah terbiasa dengan kesendirian. Ia merasa bahwa tanpa cinta hidupnya akan menjadi lebih baik, sehingga ia memilih untuk menghilang. Menjalani hari-harinya dengan kesendirian. Padahal yang sebenarnya ia inginkan adalah ditemukan. Mampukah ia menemukan seseorang yang bisa membuatnya, bahwa dengan cintalah justru kehidupan menjadi lebih baik?

Hari dimana ketika mertuaku diculik, suamiku sedang memasak untuk cinta pertamanya. Aku tak menghalanginya untuk membantu orang lain, tapi setelah berbalik, aku melaporkannya ke polisi dengan niat baik. Karena aku telah bereinkarnasi. Sebelum aku bereinkarnasi, aku melarang suamiku pergi merawat si cinta pertamanya. Dia menghentikan ayah dan ibu mertuaku yang hendak keluar rumah, mencegah tragedi penyerangan menimpa mereka. Namun, si cinta pertamanya justru harus diamputasi karena luka di tangannya yang terinfeksi. Setelah kejadian itu, suamiku sama sekali tidak menyalahkan aku. Hingga setahun kemudian, saat aku hamil dan hampir melahirkan, dia membawaku ke tebing yang terpencil dan dengan tega mendorongku jatuh. "Kalau saja malam itu kau nggak menghalangiku untuk mencari Jessi, dia nggak akan mengalami hal ini. Semua yang terjadi, itu semua salahmu!" "Kenapa yang harus diamputasi itu Jessi? Seharusnya kau yang mati! Dasar kau wanita jahat!" Aku terguling di tebing bersama anaknya diperutku, mati tanpa bisa menutup mata dengan tenang. Kali ini, suamiku akhirnya keluar untuk merawat cinta pertamanya, tapi setibanya di rumah, dia malah jatuh berlutut, tubuhnya tampak lebih tua sepuluh tahun lebih tua dari sebelumnya.

Anton harus menerima kenyataan bahwa dirinya mandul, padahal saat ini istrinya tengah hamil 5 bulan. Lantas Siapakah yang telah menghamili istrinya yang polos dan lugu itu. Mengingat dirumah ada Bapak dan adik laki-lakinya.

Natalie used to hate stuffed animals. Now she's head-over-heels for a cotton doll. She called it "honey" and told our daughter, Yara, it was her real dad. Cool. Guess that made me the family ghost. At Yara's parent-teacher conference, I finally snapped and handed Natalie the divorce papers. Cue the gasps. Suddenly, I'm the villain. She slapped me—full drama mode. "It's just a doll! Why are you being so extra?" Yara hugged it like it was about to save the world, giving me the death stare. I shrugged, smirking. "You're the one who said it's your dream husband and Yara's one and only dad. So, like... why am I still here?"

Jessie Stewart spent twelve years as an orphan before she was finally brought home to the Stewart family. For the first time in her life, she had parents and brothers. But the very people who promised to love and protect her turned against her. Bruce Stewart, her father, who once vowed she'd be his cherished daughter, told her that if she had any conscience at all, she wouldn't fight Mia Stewart, her adoptive sister, for a man. Her brothers, who swore they'd spoil her rotten, dragged her onto an operating table just to draw blood for Mia. As for her fiancé, Henry Lawson, every time things got dangerous, he chose to protect Mia instead of her. Three years later, Jessie's parents were on their knees in tears. Her once arrogant brothers slapped themselves in shame. Even her arrogant ex-fiancé knelt at her feet. They all begged her to come back. Little did they know, Jessie's heart had long since been closed off during those countless nights of pain and betrayal. She had already met the love of her life. In the years to come, she would never again be alone. He tended to her every need. To him, Jessie was everything and more.

My fated mate, Alpha Kane Fenwick, rejects me for another she-wolf. That same night, rogues ambush him. The rejection tears his wolf apart, and the brutal fight shatters his memory. He remembers nothing. "Who… are you?" "I'm your mate, your future Luna." I corner him by Sacred Spring and close my hand around his wrist. "Can't you feel the bond between us?" I've made my peace with his rejection, but the bond between fated mates still has its hooks in him. The ice in his eyes starts to thaw, and I watch him walk straight into my lie. Good. Let Kane fall for me all over again, so hard he can't break free. Then I'll show him exactly what it's like to be cast aside by the one he loves most.

My father-in-law said he wanted to experience "how the young folks have fun these days," so I took him to my wife's newly opened upscale cocktail bar for a quiet drink. I’d just finished ordering him a custom cocktail when a man from a booth across the room swaggered over, glass in hand. His eyes scanned the drink menu on our table, and a condescending smirk twisted his lips. "Only ordering the cheapest well drinks?" he sneered. "Brought the old man here to enjoy the free air conditioning? Trash like you belongs in a dive bar. Who even let you in here?" Anger burned in my chest. I stood up, my jaw clenched. "We're paying customers. What's it to you?" But before I could say another word, his face darkened with pure rage. He snatched the half-finished beer bottle from our table and raised it high above my head. "My girl owns this place!" he snarled. "Even if I crack your skull open, I can afford the payout! You filthy pauper—either get on your knees and lick my shoes dry, or get the hell out of my sight. You're an eyesore." The beer dripped down my face. My hands trembled with fury as I wiped it away. Then, a cold calm settled over me. I opened my phone, switched to the camera, and went live. "Alright, everyone," I said into the screen. "You won't want to miss this. We're going live to catch my cheating wife and see the double life she's been leading."

I transmigrated into a trashy, tragic romance as the vicious side character. By the time I arrived, the story had already reached its ending. I had caused the female lead to lose her SAT opportunity, and my two older brothers forced me to my knees. My eldest brother, Lucas Sherman, beat me mercilessly with a stick. He hissed, "Slap yourself 1000 times before you can get up." My older brother, Charlie Sherman, threw a bottle of pesticide at me. He spat, "Someone as vicious as you should just die." I let out a cold laugh and picked up the pesticide bottle, downing it in one gulp. Lucas and Charlie turned pale with shock. "Are you insane? You actually drank it!"