Lampu Untuk Make Up

Gideon Snow presides over Oasis Vale. A warlord who dominates the battlefield, the king of the underworld, a country's military governor, the king of strength, the king of destruction, and the king of information… Many world-class giants are busy farming in Oasis Vale. When Gideon's fiancé, a female war hero, arrives to call off their engagement, he knows it's time for him to look at the outside world. The world will tremble at his feet.

Saat liburan Tahun Baru, aku ikut pacarku pulang ke rumahnya untuk bertemu orang tuanya. Di kereta, tepatnya di gerbong tempat tidur, aku ingin mencari sensasi yang berbeda. Setelah lampu dimatikan saat larut malam, aku memanjat ke ranjang pacarku. Tak menunggu reaksinya, aku langsung memeluknya dan menciumnya dengan penuh gairah. Aku merasa dia sedikit berbeda, tapi karena sudah dikuasai nafsu, aku tidak terlalu memedulikannya. Namun setelah beberapa saat, aku sadar ada yang tidak beres. Ukuran ini sama sekali bukan milik pacarku!

A devil child who was raised by a devil hunter like a human child. Under the auspices of the devil hunter He finds love, affection, shelter, and knowledge without knowing his true self.

"I'm finally free!" Kiera, who was a Modern Rapunzel, finally became independent and out of her comfort zone! However, the day before her housewarming party as a celebration of her freedom, she got into an accident... or was it? "Is fate playing tricks on me? I don't mind dying but can't I at least die after I experience my first own party instead of my funeral?!" Seeing her lifeless body surrounded by her blood, she can't help but feel remorse. Feeling helpless, she followed the light shined next to her thinking it was the way to the underworld. ...she was wrong. "I think I got the wrong turn..." "Welcome players to the Enchantrix game!" _______ [Update: 1 to 2 chapters a week] [Leafy gives, upspree every ending of each arc] [Book Cover Artist: KircheLeaf] _______ Be Updated in FB: https://m.facebook.com/missfeuille

Shinae Valerie Gallea, a humble hotel attendant, never expected her life to be twisted after accidentally encountering a billionaire, Klein Windham. After that night and days of spending with that man, Valerie choose to escape the fate, only to later discover she’s pregnant with his child. Choosing to leave everything behind, she finds comfort and protection in Liam Damian Kingswell, her longtime crush who willingly steps up as a father. But when Klein discovers the truth and returns, determined to claim his child and win Valerie back, she’s forced to confront her past. Now a mother, Valerie must choose between the man tied to her by blood and the one who stood by her through it all.

“I thought you were going to propose to me just like you said.” Nicole’s voice barely made it past her throat. A part of her still needed an explanation from Rowan. “You must be out of your godforsaken mind if you actually believed that.” That was how Rowan—the former all-time quarterback star, the guy she thought was her ‘supposed’ boyfriend chose to humiliate her in front of everyone at the hockey field. And instead, he picked another girl… someone he felt was more worth it. Just when Nicole thought she had lost it all, a voice rose from the crowd. “I scored that touchdown for you, for being the prettiest girl here.” It was Brad. The newly transferred, insanely hot quarterback star, standing up for her when no one else did. What Nicole didn’t realize, though, was that Brad was actually “Jill”—the same boy from the orphanage who had once promised to be her knight in shining armor. Check out my other book: The Mafia's Undercover Princess.

Ini bukan loteng rumahnya, bukan tempat tidur tingkat duanya. Ia melihat ke sekeliling dan wallpaper mewah dan lampu gantung yang terang, perabotan yang elegan di kamar itu. "Eh, ini bukan rumah ku! dimana aku?" Yuki akhirnya sadar dengan sepenuhnya, ia melompat dan melihat sekelilingnya dengan tatapan rakut. Ini adalah presidential suite, yang ada di dalam sebuah Novel, atau Majalah terkenal. "Aaa..." Yuki berteriak saat itu, dengan ketakutan lalu ia menutup mulutnya dengan tangannya. Matanya berkedip, dia baru menyadari bahwa dirinya polos tanpa sehelai kain di tubuhnya.

Pengkhianatan adalah hal yang tidak dapat dimaafkan. Namun, jika dengan berkhianat dapat memberi keuntungan, lakukanlah. Pukulan dibalas dengan pukulan, darah dibalas dengan darah, pengkhianatan dibalas dengan tipuan. Seorang lelaki tua yang berada di dalam ruangan gelap tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang rapi. Sorot matanya tajam, berpakaian serba hitam dilengkapi topi fedora dengan warna senada. "Permainan akan segera dimulai," ujarnya diiringi senyum yang lebih lebar, serta jarinya yang menekan tombol ENTER. Dalam beberapa detik, setiap rumah, gedung, bahkan lampu jalanan kehilangan pencahayaan. Anjing-anjing menggonggong. Suasana malam yang sepi berubah menjadi sangat bising.

Menceritakan tentang Kampung Sepuh dan kejadian di dalamnya sesudah cerita KUTUKAN LELUHUR. *** Ujang memutuskan untuk kembali ke kampung halaman setelah menyelesaikan kuliah demi memenuhi keinginan sang ibu. Toh, dia juga belum berhasil menemukan pekerjaan yang sesuai. Di kampung, sesuai permintaan sang ibu, Ujang menjaga warung peninggalan bapaknya. Hanya warung, itu yang ada di pikiran Ujang. Tetapi...satu per satu keanehan mulai terjadi. Lampu yang mendadak padam, suara-suara menganggu, dan berbagai hal-hal di luar nalar lainnya. Dia penasaran. Sebenarnya...ada apa dengan warungnya? Atau mungkin...bukan warung melainkan...kampungnya?

Di hari ulang tahun pernikahan kami, aku membersihkan rumah dan menemukan sebuah album foto. Ternyata, setiap tahun di hari ini, suamiku selalu mengambil foto pernikahan bersama cinta sejatinya. Dari usia 40 hingga 60 tahun, dari rambut hitam hingga beruban, selama dua puluh tahun dia tidak pernah absen. Di balik setiap foto ada tulisan tangan suamiku: "Cinta abadi selamanya." Jika yang dia cintai bukan aku, aku tidak perlu lagi mencucikan bajunya, memasak untuknya, mengurus anak, hingga merawat cucu. Setengah hidupku telah kujalani dengan sia-sia, tetapi tidak ada kata terlambat untuk berubah sekarang.