Silvercandle Ii

"Dasar wanita jalang! Kamu tidak pantas untuk hidup, kamu harus mati! Mati! Mati!" Terdengar sumpah serapah dari dalam sebuah rumah mewah yang berada di dekat sebuah perkebunan karet. "Tidak! Tidak! Jangan, saya tidak bersalah. Jangan bunuh saya, tolong jangan bunuh saya," pinta seorang wanita muda sambil mengesot menjauh. "Jangan lari kau, Jalang! Perempuan sundal sepertimu itu lebih baik menjadi penghuni neraka," caci seorang lelaki pada seseorang. Sebastiaan menatap puas tembok di depannya yang kini sudah berubah warna dengan semburat warna merah. Lelaki itu tertawa sambil memiringkan bibirnya seraya bergumam sendiri. "Sudah kubilang, jangan pernah berani bermain api denganku jika kau ingin selamat. Tapi, sayangnya kau tak percaya dengan semua ucapanku. Kau sudah kubereskan, tinggal laki-laki yang sudah berani menyentuhmu itu saja lagi yang harus kuselesaikan." Semenjak kejadian itu, suasana perkebunan itu menjadi suram dan mencekam, terlebih ketika rumah itu dijadikan tempat tinggal seorang resesi Perang Dunia II beserta istrinya dan pada akhirnya ditemukan sudah membusuk di dalam rumah itu, tidak ada satupun yang berani berbuat macam-macam meskipun hanya sekedar bercanda. Hingga berpuluh tahun kemudian, ketika ada serombongan kecil mahasiswa yang datang karena ingin mendaki gunung dan malah tersesat di rumah milik Sebastiaan Van de Kroft tersebut dan tidak bisa keluar lagi Suasana mencekam begitu terasa di rumah itu, terlebih saat satu per satu dari mereka harus menerima berbagai teror yang membahayakan nyawa.

Étudiante en fin de cycle à l'université de Yaoundé II, Nadège Mballa rêve d'un avenir meilleur plein de promesses agréables. A 23 ans, elle jongle entre ses cours, des petits boulots et des obligations familiales qui l'ecrasent. Rêveuse, ambitieuse mais lucide, elle sait que sa vie ne sera pas un long fleuve tranquille. sa croisade hasardeuse avec Noah Ewane, un homme d'affaires aussi fascinant qu'intimidant. Âgé de 35 ans, il dirige l'une des entreprises les plus influentes du pays. Incompris et craint par tous, Noah est un homme méthodique, froid de surcroît doté d'une élégance presque cruelle. Il ne laisse rien transparaître sauf quand il la regarde, elle. Entre eux tout aurait dû s'arrêter à un simple échange de regards mais le destin capricieux et espiègle décide d'entrelacer leurs vues. Ils se découvrent l'un l'autre d'une manière surprenante. Pour Nadège, Noah est prisonnier des blessures profondes de son passé tandis que, Noah voit en Nadège une âme salvatrice, une lueur sans cesse brillante venue ôter les ténèbres de sa vie. Dans un monde où l'amour est une faiblesse, chaque sentiment devient une menace. Lorsque la raison, le désir, la loyauté et la trahison s'entremêlent, Nadège devra choisir entre sauver son cœur ou se damner pour lui.