Pertaruhan Hati di Tengah Dendam
Selama enam tahun, aku diam-diam menjalin hubungan dengan saudara tiriku, Draven, yang juga ahli waris keluarga mafia.
Setiap malam, sentuhannya menjelajahi tubuhku, penuh hasrat yang mendesak.
Tatapan yang dia berikan padaku di saat-saat intim itu membuatku percaya bahwa akulah satu-satunya perempuan yang mampu menyalakan gairah seperti itu di dalam dirinya.
Sampai satu bulan lalu, ketika aku mengetahui bahwa aku hamil.
Sehari sebelum Hari Valentine, aku masuk diam-diam ke ruang kerjanya, berniat memberinya kejutan.
Dari celah pintu, aku mendengarnya berbicara dengan Rian, penasihat keluarga.
"Kamu belum bosan dengan Alana, adik tirimu itu? Pertunanganmu sudah tinggal menunggu waktu. Jangan bilang kamu benar-benar jatuh cinta padanya."
Senyum dingin terukir di wajahnya.
"Jatuh cinta padanya? Dia hanya target yang terlalu mudah, datang sendiri ke dalam genggamanku. Terlalu sayang jika dilewatkan."
"Ibunya telah membuat ibuku mati sebelum waktunya. Enam tahun ini adalah harga yang harus dia bayar. Dan dia pantas menerima semuanya."
"Dan seperti yang sudah kukatakan, istriku kelak hanya Sabrina Santoso. Tidak akan ada yang lain."
"Pernikahan itu akan mengamankan jalur penyelundupan pelabuhan Keluarga Santoso dan hanya itu yang penting."
Jadi, cinta yang selama ini kupercaya hanyalah sandiwara balas dendam yang disusun dengan rapi.
Setiap pelukan darinya hanyalah kebohongan yang terencana.
Baiklah. Sudah saatnya aku dan anak kami yang belum lahir lenyap sepenuhnya dari hidupnya.