Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian
Aku meninggal di hari aku memenangkan Penghargaan Doktor Medis Global.
Tiga jam setelah kematianku, orang tua, kakak laki-laki, dan tunanganku baru saja pulang dari pesta ulang tahun ke-16 adik perempuanku.
Ketika adikku mengunggah foto keluarga kami saat merayakan ulang tahunnya di media sosial, aku sedang terbaring di ruang bawah tanah yang tertutup rapat dan berlumuran darah. Aku mencoba menggunakan lidahku untuk menggeser layar ponsel dan meminta bantuan.
Di antara kontak darurat, hanya tunanganku yang menjawab panggilanku. Artinya orang tua dan kakakku telah memblokir nomorku.
Begitu telepon diangkat, tunanganku hanya mengucapkan satu kalimat, “Karin, pesta ulang tahun Lina yang ke-16 itu sangat penting. Jangan pakai alasan nggak masuk akal untuk cari perhatian kami dan bersikap manja lagi!”
Dia menutup telepon dan memutus harapan terakhirku untuk bertahan hidup. Jantungku berhenti berdetak karena nada sibuk telepon.
Ini adalah ke-100 kalinya mereka memilih adikku, ke-100 kalinya mereka mengabaikanku, mengecewakanku, dan ini juga yang terakhir.
Aku terbaring di dalam genangan darahku sendiri, merasakan napasku perlahan berhenti.
Mereka mengira aku kabur dari rumah lagi sebagai alasan untuk melampiaskan ketidakpuasanku. Mereka pikir bahwa selama mereka memberiku pelajaran, aku akan kembali dengan patuh seperti 99 kali sebelumnya.
Sayangnya, itu tidak akan terjadi kali ini.
Karena aku tidak pernah meninggalkan rumah, aku terus terbaring di ruang bawah tanah rumahku.