Setelah melontarkan kata-kata bejat yang tidak masuk akal itu, Rensakar segera mengambil ancang-ancang untuk memasukkan rudal perkasanya ke dalam goa miliknya Alisa. Wanita cantik tersebut yang sudah suram seketika berubah menjadi terkejut dengan kepanikan yang nyata.“Ber–berhenti! Rensakar, cepat hentikan! Aku mohon padamu! Tidak, aku pasti akan memusnahkanmu menjadi debu tak bersisa!” teriak Alisa dalam kepanikannya mencoba melontarkan ocehannya agar Rensakar dapat segera menghentikan aksi bejatnya tersebut.“Hmph! Terlambat! Rasakan ini!” Rensakar menjawab bukan hanya dengan kata-kata kosong semata melainkan disertai aksi nyata dengan tusukan mautnya yang langsung menghujam ke dalam goa miliknya Alisa.“Ti–tidak…!” seru Alisa berteriak keras untuk kesekian kalinya sebelum tiba-tiba mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa dalam dirinya.Pada akhirnya, Alisa tetap seorang kaum hawa biasa yang tentu saja akan merasakan kenikmatan yang sangat sulit untuk ditahan. Apalagi ketika men
Bagi seorang Tuan Muda yang mempesona baik dari segi latar belakang keluarganya ataupun kinerja serta prestasi pribadinya, Rensakar jelas tidak mampu berkompromi ditipu oleh bawahannya sendiri.Hal itu terasa sangat menjijikkan sekali baginya dan jelas merendahkan martabatnya. Setidaknya, itulah yang dipikirkan oleh Rensakar. Alisa sudah terlanjur bingung kembali tercengang mendengar perkataan Rensakar yang sangat tidak masuk akal baginya.Kalau saja dia tahu apa yang dipikirkan oleh Rensakar saat ini, Alisa akan benar-benar muntah darah karena mengetahui betapa tidak tahu malunya Rensakar sebagai seorang pria bejat. Pria bejat itu tidak lagi berpikiran waras ketika merasa kalau martabatnya terletak di sisi lain sedangkan perilaku bejatnya saat ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan hal itu.Kalau saja mentornya Rensakar tahu hal ini, maka sudah jelas Pak Koki tidak bisa mentolerirnya sama sekali. Bukannya tidak tahu akan pengetahuan dasar terkait moral seperti ini, Rensakar han
Sebuah keadaan yang bukan hanya mengejutkan dirinya sendiri, tapi juga sekaligus membingungkan Rensakar yang melihat ke arah wanita cantik tersebut dengan tatapan matanya yang buas.“Heh…! Sudahlah, tidak perlu panik dengan berpura-pura seperti itu! Bukankah kamu sudah pernah mengalaminya sendiri dengan begitu baiknya kemarin lalu? Apalagi yang perlu dikejutkan dengan itu, kan? Pasrahkan saja dirimu dan nikmati saja suasananya seperti sebelumnya. Ha-ha-ha…!” Rensakar langsung melesatkan dua telapak tangannya untuk meremas dua bukit kembar miliknya Alisa yang menjulang tinggi dan begitu kenyal rasanya.Alisa terkejut dan tidak bisa mengantisipasi sama sekali ketika Rensakar begitu tiba-tiba melancarkan aksinya sehingga membuatnya membeku sejenak sebelum berteriak dengan panik. “A–apa yang kau lakukan?! Cepat berhenti, ah…!”Sayangnya, semuanya sudah terlambat. Bahkan sebelum Alisa bisa mencerna informasi membingungkan yang dikatakan oleh Rensakar sebelumnya, dia sudah dihadapkan dengan
“Sial, tutup mulutmu!”“Sudahlah, tidak perlu berdebat lagi. Pria itu tampan dan pria ini jelek. Itu adalah faktanya dan kenyataan memang begitu.”“K–kalian!”“Ngomong-ngomong, bukankah wajah tampan pria itu terlihat tidak asing? Hmm…, di mana ya aku pernah melihatnya?”“Hmph! Pria itu pasti buronan penegak hukum. Kamu pasti melihatnya di berita sehingga tak asing lagi!”“Berita? Oh, benar! Dia adalah Tuan Muda Rensakar dari Keluarga Bins Haekal! Pantas saja dia tampan dan tidak terlihat asing. Mengapa sosok seperti itu naik di bus ini? Aneh sekali.”“A–apa?!”Beberapa orang saling berdiskusi dan melirik ke arah Rensakar dengan berbagai macam tatapan. Ada rasa senang, tergila-gila, iri, dan benci yang perlahan-lahan diarahkan kepada Rensakar. Rensakar hanya bisa menghela napasnya melihat semua itu dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela.“Hah…! Inilah alasannya mengapa aku tidak suka naik kendaraan umum. Lupa memakai masker lagi!” batin Rensakar dengan lesu meratapi nasibnya seba
Bergegas dengan cepat sampai di depan pintu masuk ruangannya yang tertutup rapat sebelum membukanya lebar-lebar tanpa mengetuk pintu sedikit pun. Amarahnya sangat menyala dan hanya dia saja yang tahu betapa marahnya dia saat ini.“Hmm…?” gumam Rensakar terkejut.Bukannya tidak ingin melampiaskan amarahnya, tapi sosok Alisa memang sudah tidak ada di sana sama sekali. Dengan cepat, Rensakar melangkah pergi untuk mengecek komputernya yang memang sudah mati tidak menyala sama sekali.“Huh…! Wanita ini benar-benar terlalu cepat mengelak. Mungkin dia sudah berada di dalam ruangannya sendiri sekarang. Haruskah aku membuatnya mengakui segalanya dengan bukti rekaman CCTV? Namun, kalau aku melakukan itu, Alisa pasti menggunakan alasan lainnya dan bisa saja balas mengancamku. Benar-benar merepotkan!” ucap Rensakar dengan geram sebelum tiba-tiba dia mengingat sesuatu.“He-he-he! Aku juga sudah memiliki sejumlah besar video rekaman dan foto-foto ketika Alisa telanjang bersamaku sebelumnya. Wanita
Sayangnya, siapa yang tidak mengenal anggota dari enam keluarga adidaya, kan? Mereka semua sangat luar biasa kaya raya dan berpengaruh sedemikian rupa sehingga beberapa peraturan mengikat jelas tak mampu membuat beberapa anggota enam keluarga adidaya yang sombong dan nakal untuk tunduk.Pada akhirnya, ada semacam hukum tidak tertulis yaitu selama pengguna Energi Adidaya dari enam keluarga adidaya tidak melakukan pembunuhan, maka sudah bisa dipastikan para penegak hukum Negara Donensa akan sedikit melunak untuk memberikan setidaknya sedikit wajah.Sebagai contoh, waktu pertarungan Rensakar melawan Alisa yang begitu dahsyatnya di langit-langit jelas sudah terdeteksi oleh sejumlah besar pengguna Energi Adidaya lainnya dari kalangan penegak hukum. Namun, ketika mereka melihat kalau itu melibatkan sosok Tuan Muda Rensakar dari Keluarga Bins Haekal, semuanya hanya bisa terdiam mengamati dari jauh.Ketika melihat Alisa terluka dan jatuh, para penegak hukum itu masih ragu-ragu untuk bertindak