Share

Pergi

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-06-23 09:50:20

Kali ini Sifabella tidak akan membuat Aarav cemburu dengan pura-pura dekat dengan Harvey.

Sudah cukup usahanya membuat pria itu berubah, Aarav tidak akan berubah karena pria itu belum dewasa.

Kebetulan tidak lama sesampainya di rumah, Harvey datang menjemput Aleia.

Aleia yang saat itu terbangun, jadi ingin pulang bersama daddynya dan tinggalah Sifabella di rumah sendirian.

Dia bisa mengunci diri di kamar sehingga Aarav tidak bisa masuk dan tidur di luar.

“Tapi kayanya dia enggak akan pulang,” gumam Sifabella diakhiri tawa sumbang.

Dia sudah berusaha untuk tidak berharap banyak kepada Aarav mengingat pernikahan mereka berawal dari perjodohan tapi sikap Aarav yang terkadang hangat dan seolah mencintai serta ingin melindunginya membuat tembok pertahanan Sifabella runtuh.

Sifabella jatuh cinta kepada pria itu sehingga ketika mengetahui cintanya tidak berbalas, dia merasa sangat terluka.

Buktinya sekarang Sifabella menangis tersedu sambil meringkuk di atas bantalnya.

Jam satu dini hari te
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Tati S
thoor kok blom muncul upnya
goodnovel comment avatar
Winny Win
gak jelas ending nya, mengecewakan ach
goodnovel comment avatar
Ferinda Yanti
tuh kan sking gk pedulinya gak tau ape bella lagi shooting ama gw,hahahaa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gadis Terakhir   Mendengar Dengan Jelas

    Sewaktu Sifabella ditinggalkan sang mama, butuh waktu berbulan-bulan untuknya berhenti menangis setiap hari.Meski tetap saja, hingga saat ini Sifabella masih merindukan beliau.Tapi ketika dia kehilangan papap, sungguh Sifabella sulit sekali untuk tidak menangis setiap harinya padahal sudah hampir tiga bulan berlalu.Pasti akan ada waktu entah itu sepuluh atau lima belas menit untuk dirinya diam-diam menangisi mendiang papap.Seperti saat ini, ketika berada di atas udara dalam perjalanan ke Melbourne.Air mata Sifabella berderai sembari menatap kumpulan awan di luar jendela.“Tuhan, Bella ikhlas … Bella hanya rindu.” Dia membatin.Aarav yang menyadari air mata istrinya mengalir deras langsung meminta tissue kepada awak kabin kemudian mengeratkan genggaman tangan.“Menurut penelitian … kalau ibu yang sedang hamil menangis, bayinya akan mengerut di dalam perut sang ibu … coba kamu cerita sama aku, apa yang kamu rasain biar kamu enggak perlu menangis.” Sesungguhnya Aarav asal bicara, d

  • Gadis Terakhir   Babak Baru

    Sifabella tidak peduli anak yang dikandung Abigail anak siapa. Yang penting bukan anak dari Aarav dan Sifabella percaya kalau itu bukan anak Aarav.Hubungannya dengan Aarav sangat baik akhir-akhir ini dan Sifabella yakin kalau pria itu juga sudah menjauhi Abigail.Sifabella tidak men-judge Abigail, di Negara bebas seperti ini hamil di luar ikatan pernikahan bukan hal yang aneh lagi.Jadi semenjak pertemuan dengan Abigail di rumah sakit, Sifabella tidak membahas apapun dengan Aarav.Bagi Sifabella, Abigail tidak penting sampai harus masuk dalam obrolan ringan antara dirinya dengan sang suami.Apalagi semakin hari, Sifabella merasakan kasih sayang Aarav yang begitu besar.Aarav sampai mau memijat kakinya yang sering kali pegal atau pinggangnya yang terasa panas setiap malam.Karena dirinya juga mengalami perubahan besar baik dari segi fisik dan mental karena hormon ibu hamil yang melingkupinya—dia jadi tidak peka kalau nyatanya Aarav sedang menyembunyikan gelisah.Aarav tidak ingin memb

  • Gadis Terakhir   Bukan Anak Aarav

    Sifabella menempelkan telunjuknya di bibir, dia memberi kode dengan melirik Aleia yang tengah tertidur di atas ranjang mereka kemudian melirik layar laptop di depannya memberitahu kalau dia sedang bekerja yang membutuh keheningan.Aarav mengangkat kedua tangannya memberi gesture kalau dia mengerti.Pria itu pergi ke kamar melakukan ritual membersihkan tubuh, mengganti pakaian kemudian duduk di dekat Sifabella yang ternyata sudah selesai membuat konten video.“Tadi opa ke sini lagi … katanya buat ngecek keadaan aku.” Sifabella memberitahu.Jadi semenjak kepulangan Sifabella ke Sydney dengan membawa kabar baik dan kabar buruk, opa Beni jadi sering berkunjung karena menurut opa Beni kalau kondisi Sifabella sangat rentan jadi tidak boleh ditinggal sendiri.“Iya … opa bilang sama aku tadi siang.” Aarav memeluk Sifabella dari belakang, kedua tangannya mengusap-ngusap perut Sifabella lembut sementara dagunya bertumpu di pundak Sifabella.Mereka berdua sedang me-review video di layar MacBook

  • Gadis Terakhir   Jadi Pendiam

    Sudah seminggu semenjak kepulangan mereka ke Sydney.Sifabella jadi sangat pendiam, Aarav kehilangan teman bertengkar.Bahkan ketika Aarav berkelakar pun, Sifabella hanya menanggapi dengan tawa sebentar.Beruntungnya, banyak kewajiban Sifabella yang belum diselesaikan lantaran beberapa minggu terakhir dia sibuk merawat ayah di rumah sakit kemudian tenggelam dalam duka karena kehilangan beliau.Jadi sekarang terpaksa Sifabella mencicil menyelesaikan pekerjaannya di antara tangis yang masih sering menyelinap diam-diam dan sesak yang tak kunjung mereda.Tapi setidaknya Sifabella memiliki kegiatan untuk melupakan sejenak dukanya.Aleia turut menjadi penyemangat Sifabella, melihat gadis kecil itu perlahan pulih membuat Sifabella bahagia.Aarav masih mengijinkan Aleia bermain bahkan menginap di rumah agar suasana rumah mereka lebih ramai.“Bagaimana keadaan Bella, sekarang?” Harvey bertanya kepada Aarav yang tengah mengawasi Sifabella dari teras samping rumah.Aarav sontak menoleh, menatap

  • Gadis Terakhir   Belum Siap

    “Maaf lho Mbak Bella … hubungan saya sama Mas Aarav hanya sebatas di atas ranjang kamar hotel dan itu pun sudah bertahun-tahun yang lalu … saya enggak ada perasaan apa-apa sama mas Aarav kok.” Dinda menjelaskan.Sifabella menganggukan kepalanya, dia bangkit dari kursi.“Mau ke mana, Yang?” Aarav bertanya khawatir.“Aku mual, ke toilet dulu.” Sifabella berlari diikuti Aarav meninggalkan Dinda yang terbengong sendirian.Ponsel Dinda yang ada di dalam tas berdering panjang dan begitu dia keluarkan dari dalam tas, layarnya menunjukkan nama sang klien yang akan dia temui.“Hallo Ko? Sebentar Ko, aku ke sana sekarang.” Dinda pun pergi untuk menunaikan tugasnya.“Yang, jangan marah donk!” Aarav membujuk seiring perjalanan mereka kembali ke meja.“Aku enggak marah, Mas … cuma jijik sampe mual … Mas bayangin gimana kalau perempuan itu datang pas anak ini sudah lahir dan udah mengerti … lalu dengan santainya perempuan itu bilang pernah menjadi alat pemuas nafsu Mas Aarav?” Sifabella sedang ber

  • Gadis Terakhir   Bukan Istri Aarav

    “Mas … aku boleh minta tolong?” Sifabella bersuara setelah melamun sepanjang hari karena kedatangan ibu tiri dan kedua kakak tirinya tadi pagi.“Boleh sayang … kamu mau minta tolong apa?” Aarav duduk bersandar pada headboard menemani Sifabella rebahan karena Sifabella merasakan pusing bila duduk apalagi berdiri.“Tolong urusin untuk pengambil alihan perusahaan papap, aku balikin sama Mas … terserah Mas, mau dijual atau dikelola … perusahaan itu masih berdiri juga berkat, Mas … lalu rumah mama dijual aja dan seluruh penjualannya diwakafkan untuk pembangunan Masjid atas nama mama sama papap.” Tatapan Aarav berubah teduh, menggenggam tangan Sifabella erat kemudian dia angkat untuk dikecup bagian punggungnya. “Boleh … nanti aku urusin.” Aarav langsung menyanggupi agar Sifabella tenang.“Makasih ya Mas ….” Aarav mengangguk, memerosotkan tubuhnya sehingga berbaring sempurna sejajar dengan Sifabella.Dia kecup kening istrinya kemudian turun ke hidung lalu bibir dan memagut sebentar.“Ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status