Home / Romansa / Hubungan Gelap / Bab 4 Siapa Pria Liar Itu?

Share

Bab 4 Siapa Pria Liar Itu?

Author: Permen Jahe
Edbert menatap Callista dan muncul perasaan aneh di dalam hatinya.

Hari ini, entah kenapa Callista terlihat berbeda dari biasanya? Kecantikan wajahnya memang temasuk yang klasik standar. Hanya saja di balik kecantikan itu terkesan hampa. Tatapan matanya sayu dan kosong, bahkan ekspresinya selalu datar dan sering termenung. Secara menyeluruh memancarkan aura kelesuan. Dibandingkan dengan Jessica yang lembut dan perhatian, Callista lebih seperti boneka kayu.

Sekarang melihat Callista berdiri di sana, matanya yang indah dan bibirnya merah merona. Terpenting lagi, dia secara tak sengaja memancarkan aura yang genit.

Meskipun, tubuhnya tertutup rapat oleh gaun rajut panjang berwarna hijau. Entah kenapa, hal itu membuat Edbert merasa gelisah.

Makin melihat penampilan Callista, Edbert makin geram dan langsung menampar wanita itu sambil berkata, "Katakan! Kamu berdandan segenit ini untuk bertemu dengan pria liar mana?"

Callista yang mendadak menerima tamparan Edbert, langsung terlihat jejak jari di wajah putihnya. Dia tidak memegang pipinya yang terasa sakit, hanya berkata tanpa ekspresi, "Bukankah kamu pernah bilang wanita sepertiku, meski tanpa busana di jalanan, tidak akan ada yang tertarik padaku? Lalu, apa masalahnya kalau aku berpakaian seperti ini?"

"Berani-beraninya kamu melawanku! Ke mana perginya peraturan keluarga kalian?"

Edbert masih ingin memukul Callista, tetapi Jessica yang berdiri di samping menarik Edbert dengan kesal, "Kak Edbert!"

Mereka pun saling beradu pandang dan Edbert pun tersadar kembali.

Tidak benar. Kalimat itu dia katakan saat sedang bercinta dengan Jessica. Bagaimana mungkin Callista tahu?

"Apa kamu menguntitku diam-diam?" teriak Edbert.

Callista tersenyum, "Aku tidak tahu apa yang kamu katakan. Tapi menurutku, ada beberapa hal yang tak perlu dibicarakan walaupun kita mengetahuinya. Bukankah begitu?"

"Coba kamu katakan sekali lagi!" tantang Edbert.

Lalu Callista melirik ke arah Jessica. "Aku mendengar ibu mertua sedang mencarikan jodoh untukmu. Nama baik itu sangat penting bagi seorang wanita."

Jessica pun gemetar ketakutan. Dia merasa tak berdaya dan menarik Edbert, "Kak Edbert, aku takut."

Edbert merasa cemas terhadap Jessica. Dia menatap Callista seperti serigala ganas dan ingin sekali mencabik-cabiknya. Kenapa dia tidak pernah menyadari kalau wanita ini sangat licik, bahkan berani mengancamnya?

Bagaikan seekor anjing yang menggonggong tetapi tidak menggigit.

Kalau bukan karena takut Jessica tersakiti karena gosip yang tersebar, Edbert pasti akan menendang Callista keluar. Siapa yang tahu Edbert tidak dapat melakukan apa pun terhadapnya, jadi dia memilih berjalan ke atas tanpa keraguan.

"Berhenti!" Edbert yang berada di bawah pun berteriak, "Jaket ini punya siapa?"

Callista yang berada di atas tangga pun melirik ke bawah dan berkata dengan dingin, "Tidak penting jaket itu milik siapa. Hal yang paling penting adalah perasaanmu saat ini."

Edbert terdiam sebentar. "Apa kamu sengaja meninggalkan jaket ini untuk membuatku salah paham?"

Callista tidak menjawab, tetapi Edbert merasa kalau dia sudah menemukan jawabannya. Ah! Tidak mungkin Callista berani menggoda pria lain. Paling Callista hanya ingin menarik perhatian Edbert setelah perselingkuhannya dengan Jessica.

Suasana hati Edbert pun tiba-tiba menjadi bahagia ketika mengetahui hal ini.

Jessica memperhatikan gaya jalan Callista yang canggung dan terlalu anggun. Dia merasa ada yang ganjil. Jessica memungut jaket itu lagi dan mengamatinya dengan teliti lalu berujar, "Kak Edbert, aku rasa jaket ini bukan punya Kak Callista, tapi ...."

"Sudah cukup!" Edbert menyela Jessica dan berkata dengan percaya diri, "Kamu juga tahu seberapa dalam Callista mencintaiku. Lagi pula kalau dia benar selingkuh, Keluarga Garcia pasti akan mengusirnya. Aku tidak perlu melakukan apa pun, dia tidak akan berani."

Jessica menatap Edbert dan tidak membantahnya. Dia menatap pintu kamar yang tertutup rapat, tetapi kecurigaan di dalam hatinya tidak berkurang. Sejak Callista sakit setengah tahun lalu, Jessica selalu merasa Callista menjadi aneh. Orangnya makin membosankan dan sikapnya terhadap Edbert juga berbeda dengan dulu. Apalagi tadi, Callista tiba-tiba terlihat kejam. Berbeda sekali dengan Callista yang dikenalnya.

Apa kepribadian orang bisa berubah tajam seperti itu?

Malam ini, walaupun Edbert percaya, Jessica masih merasa kalau Callista baru saja bercinta dengan pria lain. Jessica tidak bisa melepaskan Callista begitu saja.

Jessica memeluk lengan Edbert, ekspresinya seperti akan menangis. "Kak Edbert, Kak Callista mengancammu tadi. Kalau dia menyebarkan hal yang kita lakukan, aku takut akan memengaruhi nama baikmu. Lebih baik kita jangan bertemu lagi."

Ketika melihat Jessica menangis, Edbert memeluk dan membujuknya, "Jangan berbicara omong kosong! Kamu tidak perlu khawatir, aku tak akan memedulikannya. Suatu hari pasti akan ada orang yang memberinya pelajaran."

"Maksudmu ...."

"Keluarga Garcia tidak akan membiarkannya melakukan hal yang merugikan keluarga mereka.”

Keesokan paginya.

Seorang wanita berlutut di ruang tamu Keluarga Garcia dan dipukuli oleh rotan yang tipis. Pukulan rotan itu sangat kuat. Rasa menyakitkan muncul saat terkena rotan itu. Daerah yang terkena pukulan rotan sudah mengeluarkan darah. Lagi dan lagi.

Ketika Callista merasa punggungnya sudah mati rasa, wanita yang duduk di atas sofa pun mengangkat tangannya dengan santai.

"Hentikan!"

Callista menghela napas panjang. Dia menggigit bibirnya erat-erat dan menelan darah yang terasa manis di mulutnya. Wanita itu melihat Callista yang penuh dengan keringat dingin dengan tenang. "Sudah tahu di mana letak kesalahanmu?"

Callista menjawab dengan suara yang serak, "Aku sudah tahu ibu. Aku tidak boleh melawan suamiku."

Yulita Garcia tertawa dingin. "Kamu harus ingat kalau apa yang kamu lakukan mewakili reputasi Keluarga Garcia! Dua generasi Keluarga Garcia sudah berjuang selama puluhan tahun. Kalau keluarga ini hancur karenamu, kamu tahu apa yang akan terjadi nanti!"

"Sebagai hukumannya, kamu harus berlutut di sini sepanjang hari. Kamu tidak boleh pergi ke Villa Temari bulan ini."

Ekpresi Callista berubah. "Nyonya Garcia ...."

"Uhuk!" Callista mengubah panggilannya. "Ibu, aku tidak pergi mengunjungi mereka bulan lalu karena acara pertunangan ini. Aku sangat khawatir. Tolong izinkan aku menjenguk mereka."

Yulita duduk di sofa mewah merapikan gaun panjang beludru hitamnya. Dia merapikan rambutnya dengan hati-hati. Ekspresiya sangat serius dan dingin. "Kamu harus tahu, kalau bukan karena wajahmu yang sangat mirip dengan anakku. Aku tidak mungkin menyuruhmu untuk menggantikan putriku menikah ke dalam Keluarga Davis. Kalian sekeluarga sudah mati di Kota Guno sejak lama!"

Beberapa saat kemudian ....

Callista tidak mengatakan apa pun.

Benar, Callista bukanlah putri keempat dari Keluarga Garcia yang asli. Anak mereka yang asli sedang sakit dan dalam kondisi kritis. Sedangkan, Keluarga Garcia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menjalin kekerabatan dengan Keluarga Davis. Jadi mereka membawa pengganti Callista pulang. Sebagai gantinya, Yulita membantu keluarga Callista untuk menghindari musuh dan menjemput mereka dari Kota Guno ke Kota Sakata. Harga yang harus dia bayar adalah seumur hidup menjadi Callista dan budak Keluarga Garcia.

Callista pernah berpikir kalau Keluarga Garcia adalah penyelamatnya, tetapi apa yang dialaminya dalam setengah tahun ini, membuatnya merasa kalau dia hanya pindah dari satu neraka dan masuk ke neraka lain. Sudah terlambat untuk menyesal sekarang. Orang yang Callista pedulikan ada di tangan Yulita. Dia hanya bisa menuruti keinginan Yulita. Callista menundukkan kepalanya dan membungkuk sedalam mungkin sehingga ekspresinya tidak terlihat jelas. "Iya, Bu."

...

Karena berlutut sepanjang hari, Callista merasa kakinya sakit dan mati rasa ketika meninggalkan rumah. Dia merasa sangat kesakitan ketika melangkah.

Akan tetapi, Callista tidak memiliki waktu untuk istirahat. Ada pesta di keluarga Davis malam ini. Ini juga pertama kalinya Callista masuk ke rumah mewah Keluarga Davis. Dia harus datang lebih awal untuk membantu mereka. Awalnya Callista ingin mengemudi sendiri, tetapi lututnya sungguh sakit. Tidak hanya lutut, semalam karena bermain terlalu berlebihan, bagian bawah mati rasa. Begitu Callista bergerak, dia langsung merasakan rasa sakit yang tak terlukiskan. Callista menertawakan dirinya sendiri. Dia hanya menantang Edbert dan telah dihukum seperti ini. Kalau Yulita mengetahui apa yang telah dilakukannya bersama Jason, Wanita setengah baya itu pasti akan membunuhnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hubungan Gelap   Bab 210 Kamu Telah Banyak Membantuku

    Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju

  • Hubungan Gelap   Bab 209 Dia Masih Ada Rencana Terakhir

    Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m

  • Hubungan Gelap   Bab 208 Aku akan Melakukannya dengan Pelan

    Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang

  • Hubungan Gelap   Bab 207 Terkejutkah?

    Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]

  • Hubungan Gelap   Bab 206 Sampai Jumpa Saat Turun Nanti

    "Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal

  • Hubungan Gelap   Bab 205 Untuk Memotong Lidah Pembohong Kecil

    Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status