Home / Romansa / I'm Sorry Laras / Awal baru untuk Laras

Share

Awal baru untuk Laras

Author: mangpurna
last update Last Updated: 2025-01-05 21:45:43
Damar duduk sendirian, rokok di tangannya kini hanya menyisakan abu yang jatuh ke lantai. Ia menatap gelas kosong di depannya, pikirannya penuh dengan bayangan Laras—wanita yang ia cintai selama delapan tahun, yang kini pergi entah ke mana. “Laras…” gumamnya lagi, suaranya nyaris hilang, penuh penyesalan yang tak bisa ia ungkapkan. Di dalam hatinya, ia tahu keputusan ini terasa salah, namun tekanan dari ibunya dan rasa bersalah atas Sofia membuatnya terjebak dalam pilihan yang tak ia inginkan. Malam itu, ia terus meratapi kepergian Laras, tenggelam dalam hampa dan penyesalan, sementara rencana Ratna terus berjalan, meninggalkan Damar di persimpangan antara cinta yang hilang dan tanggung jawab yang memaksanya melangkah ke arah yang tak ia yakini.

Beberapa hari kemudian, Laras akhirnya diizinkan keluar dari rumah sakit. Tubuhnya masih terasa lemah, namun semangatnya perlahan kembali menyala berkat kebaikan Bu Yuni yang tak henti mendampinginya. Dengan bantuan Bu Yuni, yang menyangga leng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • I'm Sorry Laras   rahasia terkuak

    Doni baru saja melangkah menjauh dari ruang tamu, amarahnya masih membara, ketika Raka tersadar dari keterkejutannya. Jantungnya berdegup kencang, pikirannya dipenuhi kecemasan. Kata-kata Doni yang menyebutnya “penghianat” bagaikan belati yang menusuk, membuatnya panik. “Apa dia tahu tentang kecelakaan Damar?” gumam Raka dalam hati, wajahnya memucat. Ia tak bisa membiarkan dugaan itu menggantung. Harus ada kejelasan. Dengan langkah cepat, ia menyusul Doni yang belum jauh, terlihat sedang mengambil kunci motor di dekat pintu masuk. “Doni!” panggil Raka, suaranya tegas namun ada nada gugup. Ia menarik tangan Doni sebelum anak itu sempat melangkah keluar. “Tunggu dulu, Doni. Apa maksudmu berbicara seperti itu tadi? Tolong jelaskan pada Paman!” Doni menghempaskan tangan Raka dengan kasar, matanya menyala penuh kemarahan. “Lepaskan tanganku, Paman!” bentaknya, suaranya dingin dan tajam. Raka tak menyerah. Ia kembali menarik tangan Doni, kali ini lebih kuat. “Tidak! Paman tidak akan me

  • I'm Sorry Laras   Sikap yang berubah

    Di ruang tamu kediaman Damar, suasana terasa berat dan penuh ketegangan. Keluarga berkumpul setelah kunjungan polisi yang membawa kabar bahwa Damar masih belum ditemukan pasca-kecelakaan tragisnya. Doni duduk di sudut sofa, wajahnya pucat, matanya kosong menatap lantai. Meski hubungannya dengan Damar tak pernah dekat, ada rasa kehilangan yang menggerogoti hatinya. Bagaimanapun, ia selalu menganggap Damar sebagai ayahnya, tanpa tahu kenyataan pahit bahwa ia bukan anak kandung Damar. Sofia, dengan wajah penuh keprihatinan, memeluk Doni erat, mencoba menenangkan anaknya. “Doni, sabar, ya, Sayang,” bisiknya, suaranya lembut namun bergetar. “Kita harus berdoa supaya papamu cepat ditemukan. Papa pasti kuat, dia akan baik-baik saja.” Ia mengusap punggung Doni, berharap bisa meredakan kesedihan yang terpancar dari wajah anaknya. Raka, yang berdiri tak jauh dari mereka, mengamati Doni dengan perasaan rumit. Melihat anak kandungnya—yang tak pernah tahu kebenaran tentang ayah sejatinya—begitu

  • I'm Sorry Laras   menjalankan rencana

    Damar mengemudikan mobilnya dengan pikiran yang kacau, kata-kata Indira masih bergema di kepalanya seperti lonceng yang tak henti berdentang. “Sebaiknya Anda cari tahu, apakah anak yang selama ini Anda akui sebagai anak kandung Anda justru bukan anak Anda.” Apa maksudnya? Apakah Indira hanya mempermainkannya, melempar kata-kata penuh dendam untuk membingungkannya? “Dia membenciku,” gumam Damar, jari-jarinya mencengkeram kemudi lebih erat, matanya menyipit menatap jalan yang mulai sepi. “Tapi… bagaimana jika dia tahu sesuatu yang tidak kuketahui?” Keraguan itu seperti duri, menusuk-nusuk pikirannya, membuatnya tak bisa fokus. Jalanan di depannya membentang lenggang, hanya dikelilingi pepohonan tinggi dan semak belukar di kedua sisi. Sinar matahari senja menyelinap di sela-sela daun, menciptakan bayang-bayang yang bergoyang di aspal. Damar, tanpa sadar, menekan pedal gas lebih dalam, mobilnya melaju kencang, mencerminkan kegelisahan yang membuncah di dadanya. Ia tak memperhatikan bahwa

  • I'm Sorry Laras   pertemuan dengan indira

    Damar menarik napas dalam, menyadari percakapan ini akan menjadi salah satu yang tersulit dalam hidupnya. Ia menatap Indira, berharap ketulusannya tersampaikan. “Ayah ingin mencari kebenaran, Indira,” ucapnya, suaranya penuh ketulusan namun bergetar karena beban emosi. “Ayah mulai ragu dengan semua yang dulu Ayah percaya. Ayah perlu tahu… apakah kamu benar-benar anakku. Dan jika iya, Ayah ingin meminta maaf—kepadamu, kepada ibumu—atas semua yang sudah Ayah lakukan.” Kata-kata itu, yang dimaksudkan sebagai ungkapan penyesalan, justru seperti percikan api di tumpukan kayu kering. Wajah Indira memerah, matanya menyala penuh kemarahan. Ia mengepalkan tangan di atas meja, dokumen yang tadinya ia pegang terlepas dari genggamannya. “Jadi, kalau saya bukan anak Anda, Anda tidak akan meminta maaf atas apa yang Anda dan keluarga Anda lakukan pada kami?” bentaknya, suaranya tegas namun penuh luka yang terpendam. “Kalau Anda masih percaya Ibu saya selingkuh di belakang Anda, sebaiknya Anda pergi

  • I'm Sorry Laras   mencari faris

    Keesokan paginya, Damar bangun dengan tekad yang kian membara. Meski tubuhnya masih terasa lemah, pikirannya tak bisa diam. Ia harus menemukan Faris, kunci untuk mengungkap kebenaran di balik tuduhan perselingkuhan Laras yang menghancurkan hidupnya. Setelah sekian tahun tak pernah menginjakkan kaki di lingkungan tempat Faris dulu tinggal, Damar melajukan mobilnya menuju alamat yang masih ia ingat samar-samar. Jalanan yang dulu familiar kini terasa asing—pohon-pohon besar telah diganti rumah-rumah baru, dan warung kecil di sudut jalan telah lenyap. Namun, Damar berharap Faris masih tinggal di rumah lamanya, meski firasatnya berkata lain. Sesampainya di depan rumah sederhana yang dulu sering ia kunjungi, Damar memarkir mobil dan menatap bangunan itu. Cat dinding yang dulu cerah kini pudar, dan taman kecil di depan rumah telah diganti pagar besi. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan debaran di dadanya, lalu melangkah menuju pintu. Setelah mengetuk beberapa kali, pintu terbuka per

  • I'm Sorry Laras   Damar pulang

    Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, Damar akhirnya diperbolehkan pulang. Tubuhnya masih lemah, namun semangatnya perlahan kembali. Kejadian ketika Sofia datang menjenguknya dan berujung pada pertengkaran hebat masih membekas di pikirannya. Sejak saat itu, Sofia tak pernah muncul lagi, tak ada kabar, tak ada kunjungan. Hanya Ratna dan Raka yang datang sekali, sekilas, seolah hanya memenuhi formalitas. Hari ini, kepulangan Damar pun tak dijemput keluarga; sekretarisnya, Lila, yang setia membantunya kembali ke rumah. Sesampainya di depan rumah, Lila membantu Damar turun dari mobil. “Saya antar sampai dalam, Pak?” tanya Andi, nada suaranya penuh perhatian. Damar menggeleng pelan, wajahnya pucat namun tegas. “Tidak perlu, Lila. Pulanglah, kamu sudah banyak membantu. Aku bisa sendiri,” ucapnya, suaranya rendah namun penuh keyakinan. Andi mengangguk, meski ragu, lalu meninggalkan Damar setelah memastikan majikannya sampai di depan pintu. Pintu rumah terbuka, dan asisten rumah tangga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status