แชร์

003

ผู้เขียน: G Djay
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-01 21:05:26

"Itu gampang, Bos. Unduh saja SweetEncounters atau MeetCute, aplikasi kencan eksklusif yang sedang ramai. Di situ banyak cewek cantik siap nikah, atau... yah, setidaknya siap dibayar." Dennis tersenyum memamerkan giginya putihnya setelah melontarkan idenya.

“Aduh.” Pena mahal Kenzo mendarat di dahi Dennis.

"Aku cari istri, bukan perempuan panggilan." Kenzo terlihat geram dengan ide konyol dari orang kepercayaannya.

Dennis mengusap kepalanya, masih cengengesan.

“Menurutku itu cara paling instan. Mencari cinta sejati dalam waktu satu bulan itu sulit. Hanya pernikahan transaksional yang bisa Bos lakukan, pernikahan yang saling menguntungkan. Bos dapat istri, dia dapat uang.”

Kenzo terdiam mencoba memikirkan saran dari Dennis. Meski terdengar konyol tapi itu yang paling masuk akal.

"Daripada mengejar perempuan high-maintenance seperti mantan Bos, lebih baik cari yang realistis. Lagi pula, siapa yang mau nikah cepat kalau bukan orang yang benar-benar butuh?"

Belum sempat menanggapi ucapan Dennis, ponsel Kenzo berdering. Nama adiknya terlihat jelas di layar ponselnya.

“Halo!” Kenzo tampak enggan menjawab.

“Kakak sibuk?”

“Kapan aku tidak sibuk?” tanya balik Kenzo dengan nada dingin.

Kanza justru tertawa mendengar ucapan sang kakak. “Aku mau minta tolong.”

“Apa lagi?”

“Tolong ambilkan semua barang Mas Tomi yang masih tertinggal di kontrakannya, aku tidak mau mantan istrinya menggunakan barang itu untuk berimajinasi saat sendiri.”

Kenzo mengerutkan dahinya, merasa permintaan adiknya sangat mengada-ada. “Sudahlah, biarkan saja. Toh sekarang kau sudah menikah dengan Tomi, dan kalian hidup bahagia.”

“Aku mohon, Kak!”

Kenzo mendengus kasar, dia tidak pernah bisa menolak permintaan adiknya, bahkan sampai hal-hal konyol sekalipun.

“Baik, nanti akan aku ambil,” ucap Kenzo, terdengar sangat terpaksa. “Ini akibatnya kalau suami dapat dari rebut punya orang, jadi ….”

“Kak!” sergah Kanza yang merasa tidak terima dengan ucapan sang kakak.

***

Tidak ingin mengecewakan adik tersayangnya, setelah semua pekerjaan selesai Kenzo langsung ke kontrakan Desti. Rumah itu kecil, catnya mengelupas, terletak di ujung gang sempit yang bau gotnya menusuk hidung. Dia mengetuk pintu tiga kali, keras dan tegas.

Desti membuka pintu. Wajahnya lelah, rambutnya diikat sembarangan, baju kaosnya longgar dan usang. Matanya merah, seperti orang yang sudah lama tidak tidur.

"Kau." Desti terkejut melihat kedatangan Kenzo.

"Aku datang untuk mengambil barang-barang Tomi." Tidak ada waktu untuk berbasa-basi bagi Kenzo.

Desti menghela napas dalam, lalu menghembuskannya kasar. "Sudah tidak ada.”

"Tidak ada?"

"Yang masih layak, aku jual." Suara Desti terdengar datar, tanpa penyesalan. "Untuk makan. Untuk Bayu. Yang tidak layak, jadi lap."

Kenzo mengangguk dengan hati yang miris. Dia mengerti hidup itu keras, dan orang akan bertahan dengan cara apa pun.

“Kalau….”

Belum sempat Kenzo menyelesaikan kalimatnya, suara rengekan bayi mengalihkan perhatian mereka. Tidak terlalu keras, tapi membuat hati Kenzo berdesir. Bayi itu membutuhkan ayahnya, tapi saat ini ayahnya sedang bersenang-senang di negeri orang.

"Anakku menangis," ucap Desti, tanpa mempedulikan Kenzo, dia langsung masuk.

Kenzo berdiri di teras, merasa bodoh. Seharusnya dia pergi karena sudah tidak ada lagi yang harus dia lakukan. Dia menunggu, dan menit terus berlalu, suara tangis pun sudah mereda, tapi Desti tidak juga keluar.

Dia melihat jam yang melingkar di tangannya, meras telah membuang waktu sia-sia. Dia memutuskan pergi, tapi sedikit bersopan santun, Kenzo masuk untuk berpamitan.

Memasuki kontrakan, Kenzo disuguhi pemandangan yang memilukan. Desti duduk di kasur tanpa dipani, Bayu di pangkuannya. Kain basah menempel di dahi bayi itu. Desti menangis, diam-diam, air matanya jatuh ke pipi Bayu yang memerah.

Kenzo mendekat, punggung tangannya menyentuh kulit Bayu. Demam tinggi, panasnya terasa seperti bara. Tanpa permisi, Kenzo segera mengangkat tubuh Bayu dalam gendongannya.

"Mau dibawa ke mana dia?" tanya Desti dengan suara yang dibarengi isak tangis.

"Rumah sakit."

"Aku tidak punya uang…."

Kenzo tidak mempedulikan ucapan Desti. Dia berjalan keluar dengan Bayu dalam pelukannya. Desti terpaksa mengikuti, dengan setengah berlari mengimbangi langkah lebar kenzo.

Kenzo melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Sesekali dia menoleh ke arah Bayu yang merintih lemah di pangkuan Desti yang sejak tadi meneteskan air mata.

Tiba di rumah sakit, Kenzo menggendong Bayu masuk, Desti mengekor di belakang. Bau antiseptik langsung menusuk hidung. Perawat sigap membawa brankar. Bayu terbaring lemah, matanya sayu. Dokter memeriksa cepat, tangannya cekatan.

"Demamnya tinggi, kalau terlambat ditangani bisa kejang," ucap sang dokter tanpa basa-basi.

“Tolong berikan obat penurun panas dan anti kejang.”

"Demam itu gejala dari suatu penyakit. Jadi kita cari tahu penyebabnya agar bisa melakukan pengobatan dengan tepat."

Seolah tahu uang yang menjadi masalah bagi Desti, Kenzo segera menghampiri dokter dan mengambil keputusan.

"Lakukan yang terbaik. Soal biaya, biar saya urus,” ucap Kenzo tanpa keraguan.

Dokter mengangguk, lalu berbalik, dan tak terlihat di balik pintu UGD. Tidak lama kemudian perawat mendorong box Bayu ke ruang perawatan, sambil menunggu hasil pemeriksaan keluar.

Seandainya ini bukan rumah sakit, ingin rasanya Desti tinggal lebih lama. Karena ruang perawatan kelas VVIP untuk bayu lebih mewah dan lebih nyaman dibandin kontrakannya.

Desti mendekat ke tempat Bayu berada, menatap wajah damai anaknya. Bayu tertidur pulas, dengan selang infus terpasang di tangan kecilnya. Tapi yang paling penting, demamnya sudah mulai surut.

“Terima kasih,” ucap Desti penuh kelegaan.

Kenzo mendekat dan berdiri tepat di belakang Desti. Begitu dekat dan nyaris tanpa jarak, lalu menunduk, bisiknya dingin. "Tidak ada yang gratis di dunia ini."

Desti mengangguk pelan. “Setelah Bayu sembuh, aku akan bekerja. Aku akan cari uang untuk membayar hutang-hutangku padamu.”

"Tidak perlu."

Dua kata itu membuat Desti menatapnya. Matanya mencari-cari jawaban di wajah Kenzo yang dingin.

"Lalu?"

Kenzo tidak mengalihkan pandangannya. "Menikahlah denganku."

Desti tersenyum tipis, getir. Tawa kecil lolos dari bibirnya kala merasa hidupnya seperti mainan bagi Kenzo.

"Aku pikir kau berbeda," ucap Desti sinis. "Ternyata orang kaya memang tidak pernah tulus."

Kenzo tidak tersinggung. Wajahnya tetap datar.

"Dulu Kanza memberiku barang bekas," lanjut Desti, matanya mulai berkaca-kaca. "Dan ujungnya, aku harus menyerahkan suamiku. Sekarang kau membiayai pengobatan anakku, dan aku harus menyerahkan diriku?"

“Bukankah seorang ibu akan melakukan apa pun demi anaknya? Dan aku rasa ini bukan permintaan yang sulit. Sepadan dengan apa yang kau dapatkan. Jika sekarang kau harus membayar biaya perawatan anakmu, aku yakin kau tidak punya uang, dan bisa saja….”

Kenzo tidak melanjutkan kalimatnya, dia hanya menyentuh lembut bayi mungil di depannya. Entah karena memang peduli, atau hanya ingin menunjukkan kepada Desti, tanpa bantuannya mungkin saat ini Bayu sudah tak tertolong.

“Lagi pula, terlahir kaya bukanlah dosa, jadi apa salahnya menggunakan kekayaan untuk mewujudkan keinginan?”

Desti hanya diam mematap Bayu. Haruskah dia menerima tawaran Kenzo yang dia yakini ada kepentingan di balik semuanya.

“Menikahlah denganku, maka hidupmu akan mudah.”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir   032

    "Baik, kita mulai dari hal sederhana," ucap Anita sambil memperbaiki posisi duduk Desti. "Cara duduk yang anggun, bagaimana memegang cangkir teh dengan benar, bagaimana berjalan dengan postur yang percaya diri. Ini bukan soal menjadi orang lain, tapi bagaimana kamu tampil dengan percaya diri di mana pun kamu berada."Anita mengajarkan Desti cara duduk tegak, cara mengatur posisi kaki, bahkan cara tersenyum yang tepat di hadapan orang banyak. Desti beberapa kali salah, bahkan canggung memegang cangkir teh."Aduh, Bu, saya nggak bisa. Saya takut nanti jadi bahan tertawaan orang."Anita menatap Desti dengan mata hangat. "Tahu nggak, Desti? Kepercayaan diri itu bukan tentang tidak pernah salah. Tapi tentang bagaimana kamu tetap berdiri dengan anggun meski kamu salah."Desti terdiam. Kata-kata itu perlahan menembus dinding rasa mindernya.Anita melanjutkan, "Kamu punya modal besar. Kepribadian kamu yang baik, dan … tentunya dukungan dari suami. Yang kamu butuhkan sekarang cuma belajar untu

  • Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir   031

    Kenzo menghela napas panjang. Perlahan, dia menarik tubuh Desti ke dalam pelukannya. Desti menatap wajah Kenzo yang begitu dekat, menunggu jawaban. Berharap sesuai harapan.Sorot mata Kenzo menatap tajam namun lembut kepada Desti, memberikan kehangatan sekaligus tekanan yang membuat dadanya terasa sesak."Aku tidak akan mengizinkan kamu bekerja sekarang," bisik Kenzo, suaranya terdengar tegas tapi tetap lembut.Ada kecewa di mata Desti. Dia ingin membantah tapi hatinya sudah lelah dan tidak siap berdebat dengan Kenzo.Desti segera mengubah posisinya untuk segera bersiap tidur. Amarah yang coba dia tahan membuatnya enggan untuk menatap suaminya, hingga dia memiringkan tubuh membelakangi Kenzo."Bayu masih terlalu kecil. Dia butuh kamu sepenuhnya di masa tumbuh kembang."Desti menghembuskan napas panjang, mencoba menelan segala rasa kecewanya. Dia tahu Kenzo tidak sepenuhnya salah, tapi perasaan tidak berdaya itu tetap menghantuinya."Tapi… aku melakukan ini semua untuk masa depan Bayu.

  • Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir   030

    Sore itu, langit tampak kelabu seakan mencerminkan hati Desti yang diliputi kegundahan. Di kamar yang hangat dan nyaman, Desti duduk di sisi tempat tidur sambil menatap Bayu yang sudah terlelap dalam tidurnya. Nafas bayi kecil itu naik turun dengan damai, sesekali mengerucutkan bibir mungilnya seolah masih menyusu dalam mimpi.Hati Desti terasa perih, bukan karena apa yang kurang, tapi karena kekhawatiran yang perlahan mencengkeram."Bagaimana jika suatu hari Kenzo bosan? Bagaimana jika dia menyesal telah menikahi janda sepertiku?" pikir Desti, menggigit bibirnya sendiri.Meski kini hidupnya serba berkecukupan, bayang-bayang masa lalu saat dia harus mengais harapan dengan Bayu di pelukannya, masih membekas kuat.Desti tidak ingin kembali ke titik itu. Dia sadar, sepenuhnya bergantung pada Kenzo bukanlah pilihan yang bijak. Dia ingin bisa berdiri sendiri, memiliki simpanan, dan tetap punya harga diri.Ketika malam menjelang, suara mobil Kenzo terdengar di halaman. Desti buru-buru merap

  • Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir   029

    Di ruang kerjanya yang sunyi, Kenzo duduk termenung di kursi kulit hitam favoritnya. Tangannya menyusuri permukaan meja kerja, menyentuh bingkai foto pernikahannya dengan Desti yang biasanya menenangkan, namun kini tak sanggup menyingkirkan kabut pikiran yang menyesaki benaknya.Dennis berdiri tak jauh darinya, diam seribu bahasa, menunggu aba-aba dari atasannya. Di hadapan mereka terhampar dokumen hasil audit yang baru diterima pagi tadi, disertai lampiran-lampiran transfer dana dan tanda tangan Kanza.“Rasanya tidak mungkin,” ucap Kenzo lirih, nyaris seperti berbicara pada dirinya sendiri. “Kanza memang manja… tapi dia bukan penipu.”Dennis mengangguk kecil, ragu-ragu sebelum akhirnya memberanikan diri bersuara, “Saya juga merasakannya, Bos. Ada yang tidak beres. Tapi Pak Wahyu dan timnya sudah memverifikasi semua bukti dengan teliti. Beliau bukan tipe auditor yang gampang salah, apalagi selama ini reputasinya bersih.”Kenzo memijat pelipisnya, frustrasi. “Tapi Kanza terlalu ceroboh

  • Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir   028

    Pagi itu langit tampak mendung, tapi langkah Kenzo memasuki ruang rapat utama Arsyad Group begitu tegap dan penuh percaya diri. Di belakangnya, Dennis membawa map tebal berisi salinan laporan investigasi lengkap.Para direksi sudah duduk di tempat masing-masing. Rayhan duduk di ujung kanan meja oval besar, wajahnya tetap tenang seperti biasa, seolah tahu bahwa dia tidak akan tersentuh.Kenzo duduk di kursinya sebagai Direktur Utama, lalu memberi anggukan pada pihak auditor eksternal, seorang pria paruh baya bernama Pak Wahyu dari firma audit kenamaan.“Silakan dimulai, Pak Wahyu,” ujar Kenzo.Pak Wahyu berdiri dengan tenang, membuka presentasinya lewat layar besar di hadapan para direksi. Slide demi slide mulai tampil, memaparkan hasil audit investigatif selama satu bulan terakhir.“Pertama,” ucap Pak Wahyu, “kami menelusuri dugaan penyimpangan dana pada beberapa proyek investasi Arsymond Luxury dan Arsynova Tech. Hasil audit menunjukkan indikasi kuat adanya penggelembungan anggaran d

  • Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir   027

    Malam semakin larut. Hujan rintik-rintik menyentuh jendela kamar, menghadirkan suara lembut yang menyatu dengan cahaya redup lampu tidur. Desti dan Kenzo terbaring berdampingan di atas ranjang. Bayu sudah terlelap di boxnya, sementara Desti menyender di dada Kenzo, jari-jarinya bermain pelan di dada bidang suaminya.“Maaf…” ucap Desti pelan.Kenzo membuka mata, menoleh sedikit, menatap wajah istrinya yang nampak bersalah.“Untuk apa?” tanya Kenzo suaranya berat tapi tenang.“Untuk kepergian Kanza… Bagaimanapun, dia adikmu. Aku merasa… aku penyebabnya.”Kenzo menghela napas dalam. Tangannya terulur dan membelai rambut Desti dengan lembut.“Itu bukan salahmu. Sudah saatnya Kanza belajar mandiri dan bersikap dewasa. Dia sudah menikah. Sekarang tanggung jawabnya ada di tangan suaminya, bukan aku.”Desti diam. Hatinya sedikit lega, tapi masih ada yang mengganjal.Namun ada yang mengagetkannya, saat dengan gerakan tiba-tiba Kenzo memutar tubuhnya sedikit, agar bisa menatap wajah Desti denga

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status