Share

Little Secret
Little Secret
Author: Pejuang Pena

Chapter 1

Author: Pejuang Pena
last update Last Updated: 2025-02-24 09:41:44

Suara musik terdengar memenuhi ruangan yang di penuhi oleh orang - orang yang tengah menikmati kehidupan malam nya. Di ruangan terpisah, ruangan yang selalu di penuhi oleh pria - pria, seorang wanita tengah meliuk - liukkan tubuh nya dengan lihai dan eksotis.

Para pria itu tengah mencuci mata mereka dengan gerakan indah nan menggairahkan di depan sana, bahkan ada dari mereka yang meminta salah satu wanita yang di sediakan di sana untuk naik ke atas pangkuan nya.

Di tengah suara musik yang beradu dengan suara desahan di dalam ruangan itu, seorang wanita tengah menari memeluk tiang dengan gerakan yang menggoda. Dia mengabaikan suara desahan dari mereka yang tengah menikmati surga dunia bersama dengan wanita bayaran.

Fokusnya kini adalah menari dan menyelesaikan tarian nya sampai musik yang mengiringi nya berhenti mengalun. Malam semakin larut, tamu semakin banyak berdatangan ke dalam ruangan itu untuk melihat penampilan nya.

Mereka bahkan terang - terangan menatap penuh minat pada nya. Tidak heran, tubuh nya memang sangat menggoda, dengan bentuk tubuh bak gitar spanyol, dan beberapa bagian tubuh nya yang memiliki bentuk tubuh yang sempurna, yang sangat di idam - idam kan oleh wanita mana pun.

"Ah, akhirnya selesai juga." Gruzeline menghela nafas saat dia sudah berpindah ruangan, wanita itu meregangkan tubuh nya yang terasa lelah.

"Kau mendapatkan uang tips yang sangat banyak hari ini." Ucap seorang wanita yang tak lain adalah Madam May, pemilik dari klub malam tempat Gruzeline bekerja sebagai penari striptis.

"Benarkah?" Tanya wanita itu.

"Ya, dan ini semua untuk mu." Ucap Madam May, memberikan semua uang itu pada Gruzeline.

"Kau yakin?" Tanya Gruzeline pada wanita paruh baya itu.

"Tentu saja, agar kau cepat kaya." Sahut Madam May.

"Hahahah..." Kedua nya tertawa bersama, seperti itulah mereka.

Madam May juga selalu memperlakukan Gruzeline dengan sangat baik, wanita itu tidak pernah memaksa Gruzeline untuk melayani pria - pria yang datang. Dia tak ingin Gruzeline bekerja dengan terpaksa, begitu juga dengan pekerja wanita itu lainnya. Dan Gruzeline hanya menginginkan menjadi penari tanpa harus melayani pria - pria itu, tentu saja dia mengizinkan nya.

"Baiklah, aku akan mengambil uang nya." Ucap Gruzeline mengambil uang itu dan memasukkan nya ke dalam tas milik nya.

Madam May hanya mengangguk, wanita itu kembali menghisap rokok nya. Gruzeline bangkit untuk berganti pakaian, " Besok, ayo belanja. Aku yang akan mentraktir mu. " Ucap wanita itu dengan tangan yang sibuk mengancingkan pakaian nya.

"Benar kah? Ini yang aku suka dari mu, kau tak pernah melupakan aku di saat kau mendapat kan banyak uang." Ucap Madam May.

Memang pada dasarnya Gruzeline selalu berbagi pada wanita itu saat dia mendapat kan bayaran tinggi, dan karena itu juga lah Madam May sangat memanjakan nya di bandingkan pekerja nya yang lain.

" Ya, bersiaplah. Besok aku akan menjemput mu di rumah." Gruzeline meraih tas milik nya, wanita itu keluar dari ruangan itu setelah dia menghapus make up nya.

"Ya, aku akan menunggu mu." Teriak Madam May karena Gruzeline sudah cukup jauh.

Biasanya Gruzeline pulang jam empat pagi, tentu saja ia harus istirahat dan dari pagi hingga siang hari ia akan bekerja di kafe. Bekerja di kafe hanya sekedar pengalih perhatian, setidaknya agar ia tidak terlihat sebagai pengangguran yang mempunyai banyak uang.

Wanita itu melambaikan tangan nya pada rekan - rekan nya yang masih bekerja. Pada saat dia dalam penampilan seperti ini, yang tertutup dan juga wajah natural tanpa make up, orang - orang yang berlalu lalang hanya menyangka jika dia adalah salah satu pengunjung, bukan lah pekerja.

Dan sedikit informasi, Gruzeline selalu menggunakan make up tebal untuk sedikit menyamarkan identitas nya. Selain karena dia ingin orang lain tidak mengenali nya saat sedang bekerja, dia juga merasa trauma pada seorang pelanggan klub yang hampir menculik nya saat dia pulang kerja.

Maka dari itu, setiap dia pulang ke rumah, dia tidak pernah menggunakan make up sehabis tampil. "Berhati - hatilah Line, semoga kau beristirahat dengan nyenyak." Ucap salah satu rekan nya mencium pipi kanan dan kiri wanita itu meski tidak menempel.

"Ya, kau juga. Jangan lupa untuk beristirahat." Sahut Gruzeline.

Wanita itu melanjut kan langkah nya, dia keluar dari dalam klub dan menghampiri mobil nya yang terparkir di parkiran khusus pengunjung klub. Wanita itu langsung mengendarai mobil nya untuk segera pulang ke rumah.

Jalanan kota begitu lenggang saat dini hari, kesibukan jalan belum lah di mulai pada dini hari. Meski begitu, dia tidak berani melaju kan kendaraan nya dengan kecepatan tinggi.

Mobil milik nya memasuki area apartemen mewah di pusat kota Washington DC. Dia memarkirkan mobilnya di basement khusus penghuni apartemen, Gruzeline turun dari mobil, tak lupa dia membawa barang - barang nya. Wanita itu berjalan ke arah lift dan menekan tombol angka di nama lantai unit apartemen nya berada di lantai tersebut.

Ting....

Pintu lift terbuka, Gruzeline keluar dari dalam lift dan berjalan ke unit apartemen miliknya. Wanita itu langsung membuka pintu, dia langsung menuju kamar nya dan merebahkan diri di kasur nya yang empuk.

"Ah, nyaman nya." Gumam wanita itu dengan mata tertutup, Gruzeline mulai terlelap saat itu juga.

. . .

Pagi hari, jalanan kota benar - benar penuh akan kendaraan yang akan di gunakan oleh orang - orang yang akan berangkat bekerja ataupun pulang kerja. Mereka tengah menunggu lampu merah berubah hijau, dan di tengah menunggu itu, seorang pria di dalam mobil mewah tengah melakukan zoom meeting.

"Huft," Pria itu menghela nafas setelah dia selesai melakukan zoom meeting.

"Berapa lama lagi kita sampai di kantor?" Tanya pria itu pada sang supir.

Bukan tanpa alasan dia bertanya seperti itu, pasalnya saat ini sang Ibu tiba - tiba sudah berada di perusahaan milik nya. Wanita tua itu sudah menunggu kedatangan nya, entah urusan apalagi sang Ibu menemui nya.

" Sebentar lagi, tuan." Jawab supir itu dengan menambah kan sedikit laju kendaraan nya.

Beberapa menit berlalu, akhirnya mereka sampai di perusahaan. Rafael turun dari mobil nya, dia memasuki kantor yang langsung di sambut oleh para karyawan wanita yang berlalu lalang.

" Selamat pagi, tuan." Sapa Timothy, asisten sekaligus sahabat Rafael.

"Hm," Jawab Rafael, kedua nya memasuki lift khusus petinggi...

Timothy menekan nomor lantai dua puluh lima, dimana lantai ruangan Rafael berada. Kedua nya terdiam di dalam lift, tak ada perbincangan apapun mengenai pekerjaan. "Apakah Mama ada di ruangan?" Tanya Rafael pada Timothy.

"Ya, Bibi sudah lama datang. Apakah kau terkena macet?" Jawab Timothy.

Rafael hanya mengangguk, pria itu menatap jam yang melingkar di tangan nya. " Ku harap Mama segera pergi sebelum meeting di mulai." Gumam Rafael.

Timothy yang memang sangat mengenal Ibu dan anak itu cukup merasa prihatin dengan keadaan Rafael kini, apalagi kedatangan sang Ibu yang dia yakini akan membahas hal yang sama seperti sebelumnya akan membuat Rafael sedikit jengah.

Ting...

Lift terbuka, kedua nya langsung keluar. Rafael langsung masuk ke ruangan nya untuk menemui sang Ibu, sedangkan Timothy pergi ke bilik kerja sekretaris Rafael untuk memberikan berkas.

"Rafael," Panggil sang Ibu saat wanita tua itu melihat kedatangan nya.

"Ma," Rafael langsung menghampiri wanita itu dan memeluk nya.

Kedua nya berpelukan singkat, hanya sekedar melepas rindu. " Bagaimana kabar mu? Kenapa sudah jarang pulang ke rumah?" Tanya sang Ibu.

"Hah, aku sedang banyak kerjaan Ma. Dan beberapa bulan terakhir, perusahaan baru saja mengeluarkan produk baru, aku tak bisa kembali ke rumah dalam waktu dekat, mereka masih membutuhkan ku." Jawab nya.

Wanita tua itu hanya menghela nafas lelah, alasan yang di berikan putra nya itu selalu sama ketika dia meminta pria itu untuk pulang." Apakah tidak alasan lain yang lebih masuk akal, Rafael? " Tanya sang Ibu.

Rafael menggeleng," Tidak ada, karena memang pada kenyataan nya itu lah yang terjadi." Jawab nya dengan santai.

Nyonya O'niel menarik nafas panjang dan menghembuskan nya sedikit kasar," Baiklah, tapi Mama harap kau pulang saat adik mu kembali nanti. Dan jangan lupa untuk membawa calon menantu untuk Mama. " Wanita itu bangkit dari duduk nya.

"Ma..." Keluh Rafael.

"Tidak ada penolakan, kau sudah semakin dewasa. Usia mu sudah cocok untuk memiliki dua putra putri, tapi kau terus asik sendiri. Carilah wanita yang kau sukai sendiri, atau Mama akan mencarikan wanita itu kamu nikahi." Ucap sang Ibu tanpa bisa di bantah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Little Secret    Chapter 26

    “Bagaimana bisa?! Apa yang sudah kau lakukan?!” Dyon menggebrak meja, amarahnya meledak saat matanya menangkap isi surat perjanjian itu. Dokumen itu, tercetak rapi di atas kertas putih bersih, kini tampak seperti kutukan baginya.Gruzeline, pucat pasi seperti mayat hidup, gemetar tak terkendali. Rambutnya yang biasanya terurai rapi kini berantakan, mencerminkan kepanikan yang menguasainya. Bukan hanya surat perjanjian itu yang membuatnya takut, tetapi juga tatapan Dyon yang bagai bara api siap membakarnya habis. “Aku…,” lirihnya, suara tertahan di tenggorokan, takut untuk jujur pada pria yang selama ini selalu melindunginya.“Jangan terlalu keras padanya, Dyon,” Madam May, ibu Dyon, tiba di tengah ketegangan. Wanita itu, yang biasanya berdandan glamor di klub malamnya, kini tampak lelah namun tetap berwibawa. Ia baru saja pulang, tergesa-gesa meninggalkan pesta mewah para sosialita, setelah mendengar kabar Gruzeline datang dengan surat perjanjian yang tak masuk akal itu. Aroma

  • Little Secret    Chapter 25

    Rafael kembali menarik tangan Gruzeline, jari-jarinya bertaut erat pada pergelangan tangannya. Gruzeline mencoba menolak, namun Rafael lebih kuat. "Jangan terus menolakku, aku tahu kau menginginkannya juga," bisik Rafael, suaranya berat dan sensual, membuat bulu kuduk Gruzeline merinding.Rafael benar. Gruzeline memang menginginkannya, namun kebingungan dan rasa malu menghalanginya untuk merespon. Melihat Gruzeline tak lagi melawan, Rafael memperhalus gerakannya, sentuhannya lembut namun penuh gairah. "Ikuti saja nalurimu," ucapnya, suaranya seperti mantra yang melelehkan pertahanan Gruzeline.Di dalam walk-in closet yang remang-remang, dikelilingi oleh aroma parfum dan kain-kain mewah, percintaan mereka bersemi. Gruzeline merasakan sensasi baru, sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Tubuhnya bergetar, dan ia menemukan dirinya tenggelam dalam pusaran gairah yang membara."Oh, shit! Aku suka saat kau bersikap berani," umpat Rafael, suaranya serak saat Gr

  • Little Secret    Chapter 24

    Rafael membatalkan rencana kembali ke kantor setelah mengantar ibunya pulang. Perjalanan belanja bersama ibunya tadi terasa seperti siksaan. Bayangan Gruzeline yang mengenakan lingerie itu terus menghantuinya, membuat kepalanya berdenyut-denyut. Mobil mewahnya melaju dengan kecepatan tinggi, melewati jalanan kota yang ramai."Shit!" Umpatan kasar terlontar dari bibir Rafael berkali-kali di dalam mansion megahnya. Desain interior yang elegan dan mewah tak mampu menyembuhkan rasa frustrasinya. Ia tak bisa melakukan hal yang sama seperti saat ia mengambil keperawanan Gruzeline. Itu akan menimbulkan kecurigaan, dan Gruzeline bukanlah wanita yang mudah ditipu.Rafael membuka tabletnya, mengawasi unit apartemen Gruzeline melalui kamera tersembunyi yang telah ia pasang sebelumnya. Namun, wanita itu belum kembali dari berbelanja. Kegelisahan mulai menggerogoti pikirannya. "Di mana dia? Apakah dia pergi ke suatu tempat?" gumamnya, jari-jari tangannya mengetuk-ngetuk meja dengan gelis

  • Little Secret    Chapter 23

    "Rafael," suara Nyonya O'niel terdengar tegas, namun diselingi kelembutan khas seorang ibu. "Kapan kau akan mengenalkan kekasihmu, Rafael? Bukankah kau sudah berjanji akan membawanya saat adikmu kembali?" Ia menatap putranya dengan tatapan penuh harap dan sedikit cemas. Cahaya siang hari menerangi ruangan mewah itu, menciptakan suasana yang hangat namun sedikit tegang. Rafael, yang tengah sibuk dengan tabletnya, mengangkat wajahnya. Senyum tipis terukir di bibirnya. "Tenang saja, Mama," jawabnya, suaranya terdengar lebih santai dan percaya diri daripada biasanya. Ia meletakkan tabletnya dengan lembut di atas meja, menunjukkan sikap yang lebih perhatian dari biasanya. Namun, Nyonya O'niel masih terlihat curiga. Ia mengenal putranya terlalu baik untuk percaya begitu saja. "Jangan sampai kau membawa wanita bayaran lagi, Rafael," peringatnya, suaranya sedikit meninggi. "Jika kau melakukannya, aku akan memintamu untuk langsung menikah dengan putri temanku!" Ancaman itu disampaikan dengan

  • Little Secret    Chapter 22

    Dyon seketika menepi, menghentikan mobilnya di bahu jalan saat mendengar ucapan Fiona. Dengan cepat, dia menoleh ke belakang, menatap Gruzeline yang kini tampak seperti anak kecil yang tertangkap basah berbohong. "Mana, coba aku lihat," ucap Dyon, nada suaranya meninggi karena penasaran. Namun, Gruzeline langsung menutupi lehernya dengan tangannya, berusaha menyembunyikan sesuatu.Fiona menyerahkan ponselnya pada Dyon, memperlihatkan gambar yang baru saja dia ambil. Di sana, terlihat jelas bercak merah di leher Gruzeline, bukti yang tak bisa disangkal. Dyon mengambil ponsel itu dan mengamati gambar tersebut dengan seksama. "Kau sudah tidur dengan seseorang, Line?" tanya Dyon, suaranya terdengar dingin dan menusuk."Bagaimana cara aku menjelaskannya? Aku..." Gruzeline kebingungan, tidak tahu harus mengatakan apa tentang kejadian yang menimpanya, hingga akhirnya dia memiliki tanda kepemilikan itu. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya."Kau tinggal katakan yang sebenarnya! Atau a

  • Little Secret    Chapter 21

    Sinar matahari siang menerobos celah-celah tipis gorden kamar hotel mewah Rafael, menciptakan pola-pola cahaya yang lembut di atas lantai berkarpet tebal. Di atas kasur berukuran king-size, dua insan—Rafael dan Gruzeline—berpelukan erat, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh mereka, kecuali selimut sutra tebal yang melilit tubuh mereka yang masih terjalin mesra.Gruzeline mulai menggeliat, merasakan sapuan nafas Rafael yang hangat dan lembut di tengkuknya. Sentuhan itu awalnya menenangkan, namun kemudian membuatnya sedikit tidak nyaman. Gruzeline meringis, merasakan perih yang menusuk di area kewanitaannya setiap kali ia bergerak. Kenangan kejadian semalam—kenangan yang penuh gairah dan intensitas—menyergapnya, membuat tubuhnya menegang."Kau sudah bangun?" Suara serak Rafael, yang terdengar seperti bisikan sensual, membuat Gruzeline tersentak. Ia merasakan pelukan Rafael semakin erat, membelenggu tubuhnya yang masih membeku.Rafael mengendus lembut tengkuk Gruzeline, mencium

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status