"Apa? Katakan saja," ucap Justin yang sudah mengerti ke arah mana pembicaraan ini."Nama-nama klien pak Justin dan juga orang terdekat bapak," sahut penyidik tersebut."Maksudnya, Klien yang bekerja sama dengan saya?"tanya Justin."Ya, hanya untuk mencari tau, siapa saja yang patut di curigai, yang diam-diam bekerja sama dengan Mr. Aqio untuk menghancurkan pak Justin. Ini hanya dugaan sementara sampai kami benar-benar yakin jika dalangnya adalah Mr. Aqio sendiri. Namun bisa jadi ada kaki tangannya yang lain yang turut membantu menjalankan rencana jahatnya tempo lalu. Itu biasanya dilakukan oleh orang dalam, alias orang terdekat," jelas penyidik tersebut."Baik, saya akan mengirimkan filenya segera," sahut Justin.Justin akhirnya memberikan file informasi tentang siapa saja yang menjadi kliennya saat ini kepada pihak penyidik. Bukan itu saja, ia memberi ruang kepada petugas tersebut untuk menyelidiki kasus ini lebih dalam agar cepat terselesaikan dengan baik."Semoga ini bisa membantu,
Kecelakaan Helikopter yang terjadi di lima bulan lalu berbuntut panjang, setelah penyidik menyimpulkan bahwa kecelakaan tersebut bukanlah murni kecelakaan, melainkan sebuah sabotase yang sengaja di ciptakan untuk mencelakai Justin.Justin di minta datang ke kantor polisi, untuk memberikan keterangan mengenai tragedi yang hingga kini belum terungkap, lantaran tak adanya saksi. Beruntungnya, Justin dan Alan kembali dalam keadaan selamat. Sehingga para polisi yang tadinya ingin menutup kasus ini, akhirnya mendapat pencerahan saat mereka mengetahui jika Justin dan Alan masih hidup.Awalnya mereka di minta datang berdua untuk memberikan kesaksian mengenai peristiwa tersebut, sekaligus ingin mendengar cerita dari keduanya. Namun dikarenakan Alan tengah mengalami amnesia ringan dan harus mendapatkan terapi penuh, sehingga hanya Justin saja yang menghadap ke petugas penyidik hari ini.Sekaligus memberitahukan tentang kondisinya Alan yang sebenarnya melalui catatan medis dari dokter yang menan
Di sebuah rumah sakit, seorang wanita sedang di periksa oleh seorang dokter spesialis kandungan yang tengah merintih menahan sakit. Semenjak pagi, De Jasmine sudah mulai mengalami kram pada perut hingga kedua pahanya. Hanya saja ia masih mampu menahannya. Walaupun ia kesulitan dalam berjalan. Namun, ia masih kuat jika hanya berjalan sebatas di rumahnya saja.Akan tetapi, sekarang ini sakitnya lebih terasa bersamaan dengan perutnya melilit seperti tali pusatnya di tarik ke dalam. Bahkan bagian bawahnya sesekali di dorong kuat dari dalam. Mungkin si baby ingin mencari jalan keluar. Makanya perutnya seperti di putar-putar, ia merasa jika tali pusatnya sudah semrawut di dalam, alias sudah berputar dan menyatu antara tali pusat satunya dengan yang satunya lagi."Akh, dek, sabar lah. Bunda sakit kali kalian buat cem gini," pekiknya di sertai omelan.Entah kenapa, kehamilan keduanya ini begitu menyiksa raganya ketimbang saat mengandung Dean. Ia cukup merasakan keluar flek dan sekali saja di
Beberapa jam sebelumnya...,Lantai satu adalah tempat perkumpulan dari sekumpulan orang-orang yang tengah membicarakan Justin dan juga tengah menatap heran pada pria muda yang berpenampilan lusuh itu.Akan tetapi, tidak buat Mona dan suaminya. Mereka mendekati Alan yang tengah kebingungan. Netra pria itu hanya menatap polos orang-orang yang hanya sekedar menatapnya tanpa berniat membantunya. Tatapan heran sekaligus takjub. Dikarenakan hanya Alan yang masih terlihat sehat meskipun penampilannya berantakan. Sangat Berbeda dengan Justin yang penuh luka dan bahkan jalannya saja tertatih-tatih.Awalnya mereka shock melihat dua sosok, terutama Justin yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Mereka hampir tak mengenali wajah Justin lantaran wajahnya Justin mulai di penuhi bulu-bulu halus di sekitar wajahnya.Sedangkan Alex sendiri, masih dengan perawakan yang sama. Hanya saja wajahnya saja yang terlihat lusuh dan kucel."Wajar sih, namanya jatuh dari helikopter. Kasihan. Untungnya selamat,".
"Oh ya?" tanya De Jasmine.Justin mengangguk. Lalu memakan cookies itu lagi hingga menghabiskan setengah toples. De Jasmine tersenyum kecil. Lalu menutup toples tersebut dan meminta Justin untuk mandi."Aku pingin mandi bareng ma kamu," ujar Justin."Nanti, sebentar lagi, ya. Sekarang kamu mandi lalu pake baju yang udah aku siapin. Tapi maaf, baju lama. Karena aku belum sempat beli baju baru buat kamu," sahut De Jasmine."Ga apa, sayang. Ini udah cukup buat aku. Bisa pulang lihat kamu lagi merupakan anugerah terbesar buat aku, De," jawab Justin sambil menatap sendu pada wanita itu.Wanita yang tidak diragukan lagi tentang hatinya. Wanita yang memang selalu memberikan hatinya hanya untuknya saja. Hanya dirinya yang buta saat itu, yang tak pernah mau melihat sedalam apa rasa cinta wanita ini untuknya.Jasmine membalas tatapan itu dengan senyuman dan berkata," mandi ya? atau aku yang mandiin kamu sekalian,". De Jasmine mengedipkan sebelah matanya setelah mengucapkan kalimat itu dengan na
Jika di lantai dua adalah sebuah hunian yang hening bagi pasutri yang baru saja melepas rindu, dengan saling memeluk dan berbagi keluh. Keduanya tak perduli jika di bawah orang-orang sudah berkumpul demi acara yang di tunggu-tunggu.Saat ini, mereka hanya butuh ruang untuk melepas rindu tanpa mau di ganggu dengan acara apapun itu. Cukup hanya mereka berdua saja."Aku kangen," ucap keduanya bersamaan. Lalu tertawa bersama. Lalu kembali terdiam dan saling menatap.Justin berniat melanjutkan ke hubungan yang lebih intens dengan mendekati bibirnya ke bibir sang istri, tapi perutnya berisik meminta untuk di isi. Jasmine tersenyum dan beranjak dari tempat tidurnya menuju meja di sudut kamar yang berada di samping sofa. Ia Mengambil satu toples cookies dan membawanya ke hadapan Justin."Kamu belum makan, kan? makan ini dulu ya, setelah itu kamu mandi,". Jasmine membuka tutup toples itu dan menyuapi satu ke mulut Justin. Justin membuka mulutnya dan menerima suapan dari sang istri dengan senan