Share

Bab 5

Author: Esther
"Hah ...." Liana menjerit dan terbangun dari mimpinya. Saat membuka mata, dia mendapati dirinya terbaring di ranjang rumah sakit. Siang, malam dan Yohan tadi semuanya telah lenyap.

Wanita tua di ranjang rumah sakit sebelah yang baru datang bertanya sambil tersenyum, "Gadis kecil, apa kamu bermimpi buruk? Aku lihat saat kamu tertidur, kamu memegang erat sprei dengan kedua tanganmu. Kamu mimpi apa?"

Saat dia masih kecil, Liana mendengar kalau dia mengalami mimpi buruk dan menceritakannya, mimpi itu tidak akan terjadi. Saat wanita tua itu bertanya, dia langsung menjawab dengan lancar, "Bosku."

Wanita tua itu tertegun, menggelengkan kepalanya dan mendesah, "Bosmu pasti sangat menakutkan."

Segera setelah dia selesai berbicara, pintu bangsal dibuka dari luar dan sesosok tubuh kurus dan tinggi muncul.

Awalnya Liana mau bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Dia masih memakai sandal di satu kaki dan hampir tergelincir dari ranjang rumah sakit saat melihat orang itu datang.

Yohan mengenakan kemeja putih dengan kerah agak terbuka dan celana panjang hitam yang membuat kakinya terlihat ramping. Dia membawa termos di satu tangan dan jas hitam di tangan lainnya. Ke mana pun dia pergi, sosoknya sangat luar biasa.

Mereka berdua saling bertatapan. Dia langsung mengencangkan jari-jarinya yang ada di samping tempat tidur.

Namun, Yohan berjalan melewatinya dan langsung berjalan ke tempat tidur wanita tua di sebelahnya, menundukkan kepalanya, lalu berkata, "Nenek."

Liana mendongak karena terkejut dan melihat wanita tua itu membelai kepala Yohan dengan penuh kasih sayang. Pak Yohan, yang biasanya begitu agung di perusahaan, bertingkah seperti cucu di depan wanita tua itu ... Hah ini gawat, dia cucu dari wanita tua itu.

Liana yang masih terkejut melihat Yohan membuka tutup termos, mengambil sup dan memberikannya kepada wanita tua itu. Tidak di sangka, CEO berwajah dingin itu juga memiliki sisi hangat dan Liana tidak bisa menahan diri untuk tidak terlihat tercengang.

Namun, wanita tua itu melambaikan tangannya berulang kali, "Aku baru saja makan apel, aku masih kenyang."

Wanita tua itu berbalik dan melihat Liana, lalu berkata, "Nak, kamu belum makan, 'kan? Kebetulan cucuku membuat sup iga. Apa kamu mau mencobanya?"

Yohan juga ikut menoleh. Liana yang sangat ketakutan melambaikan tangannya berulang kali, "Nggak, nggak, nggak perlu, saya nggak lapar ...."

Namun, wanita tua itu sangat ramah, "Aku belum memakannya sedikit pun. Apa kamu nggak suka berbagi makanan dengan orang tua?"

"Bukan begitu."

"Baguslah kalau begitu." Wajah wanita tua itu berubah dengan sangat cepat dan dia mengulurkan tangan untuk mendorong Yohan, "Cepat ke sana. Kasihan gadis kecil itu, dari tadi aku nggak melihat satu pun keluarganya datang. Omong-omong, dia baru saja mengalami mimpi buruk, dia bermimpi tentang bosnya. Gadis kecil itu sangat ketakutan, kurasa bosnya bukan orang baik ...."

Liana mencoba menghentikannya beberapa kali tetapi tidak bisa menyelanya. Orang tua itu terus membicarakan segalanya!

Yohan mengangkat alisnya dan menatap Liana, "Benarkah? Hal buruk apa yang kamu lakukan sampai membuatmu takut pada bosmu?"

Liana terdiam.

Dia merasa meski punya sepuluh ribu mulut, dia tidak akan bisa menjelaskannya.

Yohan terus menatapnya, seolah ingin melihat pori-pori di wajahnya.

"Saya ... saya mau ke kamar mandi dulu, kalian ngobrol saja." Liana melarikan diri dan bersembunyi di kamar mandi.

Plak!

Yohan menerima pukulan keras di punggung tangannya dan wanita tua itu memarahinya, "Lihat, kamu membuat gadis itu ketakutan."

Yohan tersenyum tak berdaya, "Nenek, apa aku begitu menakutkan?"

Dia biasanya agak ketat dalam bekerja, tetapi Liana tidak akan ketakutan sampai segitunya, bukan?

"Ya!" Wanita tua itu memandangnya dengan hati-hati, "Nggak terlihat menakutkan, tapi kamu selalu memasang wajah dingin yang membuat orang takut. Gadis kecil itu pemalu, tapi menurutku dia cukup baik dan nggak sombong atau sok. Dia sangat sopan. Aku sangat menyukainya ...."

"Hentikan!" Yohan menyela perkataan wanita tua itu dengan sakit kepala, "Dia sudah punya pacar. Nenek, tolong jangan membuat keputusan sembarangan."

Wanita tua itu tidak memercayainya, "Dia punya pacar? Bagaimana kamu tahu?"

"Karena dia adalah karyawanku."

"Hah?"

....

Saat Liana keluar dari kamar mandi, di ruangan itu cuma ada Yohan.

Begitu dia keluar, pandangan Yohan langsung tertuju padanya.

Liana melangkahkan kaki dan bergerak kembali ke samping tempat tidur dengan gugup. Masih ada jarum yang tertancap di punggung tangannya dan dia memegang botol infus itu tinggi-tinggi dengan tangannya yang lain, dia berjinjit ingin menggantung botol infus, tetapi karena tinggi badannya dan pergerakan yang terbatas, dia tetap gagal meski beberapa kali mencobanya.

"Berikan padaku." Suara laki-laki yang dalam terdengar di telinganya. Liana berbalik dengan gugup dan aroma dingin yang menyegarkan mengalir ke hidungnya. Pada saat yang sama, botol infus itu jatuh ke jari Yohan dan dia menggantungnya dengan mudah.

"Terima kasih, Pak Yohan." Liana menundukkan kepalanya dan tidak berani melakukan kontak mata dengannya.

Setelah dia duduk di ranjang rumah sakit, Yohan membawa termos dan meletakkannya di meja samping tempat tidurnya, "Ini untukmu."

Liana sangat terkejut. Dia mengangkat kepalanya dan meliriknya. Saat mereka saling bertatapan, dia dengan cepat menurunkan pandangannya dan pipinya memerah.

Yohan menganggap itu lucu. Dia telah melihat banyak gadis, tetapi Liana adalah gadis pemalu pertama yang dia temui. Dia seperti putri malu, wajahnya akan memerah setiap kali dia menyentuhnya dan itu cukup menarik.

Takut dia akan terlalu memikirkannya, Yohan menambahkan, "Nenek yang memberikannya untukmu."

"Ya. Saya akan berterima kasih pada nenek secara langsung nanti," kata Liana.

Yohan berdiri di samping tempat tidur sebentar, "Ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan padamu."

"Silakan tanyakan saja."

Dia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan menyerahkan padanya, "Apa kamu pernah melihat ini?"

Liana sangat terkejut, itu adalah gelang manik-manik miliknya!

Kenapa bisa ada di tangan Yohan?

Yohan mengamati ekspresinya, "Apa kamu pernah melihatnya sebelumnya?"

Liana tersadar dan menggelengkan kepalanya, "Tidak ... saya tidak pernah melihat itu sebelumnya."

Mata Yohan berkilat kecewa, "Apa kamu yakin tidak pernah melihat ini sebelumnya?"

"Ya." Liana sangat gugup hingga jari-jarinya serasa hampir mau patah, "Saya tidak pernah melihatnya sebelumnya."

"Oke." Yohan mengambil kembali untaian manik-manik itu.

Perasaan Liana sangat kacau, dia tidak menyangka dia telah meninggalkan sesuatu di tempat Yohan.

Liana selalu sakit saat dia masih kecil. Kakaknya mendaki sampai ke puncak gunung selangkah demi selangkah, menaiki 999 anak tangga dan pergi ke kuil untuk meminta gelang manik-manik itu.

Dia telah memakainya selama bertahun-tahun, tapi selalu menyembunyikannya di balik lengan bajunya. Oleh karena itu, cuma beberapa orang terdekat di sekitarnya yang tahu, tidak ada orang lain yang tahu kalau dia memiliki gelang manik-manik itu.

Dia tidak punya teman di perusahaan, dia penyendiri dan tidak ada yang tahu tentangnya. Jadi, dia tidak perlu khawatir kalau Yohan akan mengetahuinya. Tetapi, yang dia khawatirkan adalah bagaimana cara mendapatkan gelang itu kembali?

Sore harinya, Helena mengiriminya beberapa pesan dan menanyakan kabarnya.

Karena dasar sopan santun, dia membalasnya.

Dia dan Helena benar-benar tidak akrab satu sama lain, jadi setelah mengobrol dua atau tiga kata, sudah tidak ada topik yang dibahas lagi. Tetapi, Helena mengirim pesan lain saat ini. "Liana, apa bos ke rumah sakit?"

Dia juga anggota tim asisten Yohan. Liana juga tidak yakin kenapa dia mencari Yohan, jadi dia dengan jujur menjawab, "Dia datang tadi siang."

Detik berikutnya, Helena langsung meneleponnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Tazky Tazkiah putri abdul
ini critanya diputer"??
goodnovel comment avatar
Cicih Sophiana
kok ceritanya balik lg ke Liana di rumah sakit sih thor...
goodnovel comment avatar
Bee
Bingung juga, gak ada penjelasaan.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 960

    Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 959

    ....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 958

    "Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 957

    Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 956

    Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 955

    Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status