Share

Interview gila

Author: Mom Aish
last update Last Updated: 2024-05-06 18:04:08

Olivia sedang duduk di sofa, berulang kali dia mencengkram tas yang dia pangku. Semoga dia bisa melewati hari ini dengan sukses.

Kata Anton, Nicholas adalah pria mata keranjang yang suka bermalam dengan banyak wanita. Dan pasti sekertarisnya itu sudah jadi korban ranjang. Meskipun tidak semua perusahaan seperti itu, namun isu miring tentang seorang sekertaris dan atasan berbeda gender yang bekerja sama akan mendapatkan stempel demikian.

Olivia menarik napas panjang, berusaha untuk menenangkan hatinya yang mulai gusar. Akan jadi apa dirinya nanti di dalam.

Dia juga mendengar dari beberapa karyawan yang berbisik. Kalau dirinya tidak akan selamat hari ini.

Chelsea, sekertaris yang akan di gantikannya adalah sekertaris kesayangan Nicholas. Sudah bisa di prediksi bagaimana hubungan mereka.

Kemudian dirinya datang merusak segalanya, astaga ... harusnya dia memiliki pendengaran buruk agar tidak mendengarkan berita simpang siur ini.

Bukan malah lega dia telah memiliki jalan balas dendam, dirinya malah semakin was-was karena akan masuk kandang singa.

Semua pemikiran Olivia terpecah saat telinga nya mendengar suara detakan sepatu pantofel yang mendekat.

"Olivia, kamu yang dikirim Tuan Anton?" sapa wanita cantik yang mendekat.

Mata Olivia tercengang. Apakah dia sekertaris kesayangan Nicholas itu? Pantas saja, paras cantik dengan rambut panjang bergelombang. Di tambah dengan postur tubuh tinggi dan body bak gitar spanyol.

"Halo, apakah kau mendengar ku?" tanya Chelsea lagi.

"Maaf, saya kurang konsentrasi." Olivia segera mengucek matanya.

Bahkan dia terpesona dengan kecantikan Chelsea. Semoga saja boss nya tidak dendam karena dia akan menggantikan posisi sekertaris kesayangannya ini.

"Baik aku maklumi. Tapi jangan di ulangi lagi ya, Tuan Nich tidak menyukai karyawan yang tidak fokus pada pekerjaannya." Chelsea menyodorkan sebuah map.

"Akan ku antar kau menemui Tuan Nick, dan kau bisa mulai kerjamu besok. Baca semua jadwal Tuan Nick, atur waktu seefisien mungkin. Baca semua makanan dan minuman yang terdaftar di dalam map itu. Mengerti!" lanjut Chelsea mulia menjelaskan.

"Baik Bu," jawab Olivia sambil mengangguk mengerti.

Chelsea melangkah menuju lift diikuti oleh Olivia yang melangkah di belakangnya. Kali ini jantungnya tidak dapat di kondisikan saat ini. Dirinya seolah akan menemui malaikat mautnya.

Melihat sekertaris penggantinya gugup, membuat Chelsea tertawa kecil. Mungkin seperti itulah wajahnya dulu.

"Tenanglah, Tuan Nich tidak mengigit. Kenapa kau begitu takut?" tanya Chelsea di tengah tawanya.

"Lakukan sebaik mungkin misimu, asalkan kau bisa melayaninya dengan baik di ranjang maka, semua keinginanmu akan dapat terkabul dengan mudah." Chelsea melempar pandangan ke Olivia.

Olivia tidak menyangka, ternyata orang yang berdiri di hadapannya mengetahui semua rencananya.

"Tenanglah rahasia mu aman, kita impas," kekeh Chelsea.

"Impas ...?" Olivia tidak mengerti.

"Pak Anton membantuku untuk lepas dari Tuan Nich, sebelumnya aku sudah bertanya padanya. Apakah wanita penggantiku sudah tau dengan semua konsekuensinya. Aku tidak sejahat itu, menerima semua orang tanpa pikir panjang. Karena Tuan Nich berbeda dari boss lain. Dia terlalu ..." Chelsea mengehentikan ucapannya saat pintu lift terbuka.

Tanpa Chelsea lanjutkan ucapannya Olivia sudah mengerti. Mungkin Pak Anton tidak menceritakan secara detail siapa dirinya sebenarnya.

Pemandangan ini sudah sangat familiar untuknya. Bahkan dia sudah melihat suaminya bermain gila dengan Sekertarisnya.

Dia tidak menyangka takdir akan membawanya menjadi seperti mereka. Hanya saja beda cerita, mereka merampas, sedang dirinya merebut yang telah di rampas.

Kedua pasangan kaki itu melangkah menuju sebuah ruangan di ujung lorong. Mungkin lantai ini adalah lantai khusus untuk Tuan Nicholas karena hanya ada tiga ruangan.

Chelsea mengetuk pintu dan di sambut sahutan dari dalam. Chelsea masuk terlebih dahulu kemudian Olivia.

"Dia sudah datang Tuan," ucap Chelsea menunduk.

Nicholas memutar kursi besarnya dan menatap wanita yang berada di belakang sekertaris kebanggaannya.

Sangat buruk. Kesan pertama yang Nicholas terima. Wanita dengan ukuran tubuh mungil dan badan yang tidak berisi sedikitpun.

Apakah wanita seperti ini bisa menghangatkan tubuh kekarnya? Seketika Nicholas berdecih. Dia sangat kecewa.

"Apa yang membuatmu percaya kalau dia pantas menjadi pengganti mu?" tanya Nicholas kepada Chelsea.

Dia tau betul tugas sekretaris yang terpenting adalah urusan ranjang. Memang apa fungsinya lantai khusus ini kalau bukan untuk bersenang-senang di ranjang.

Pekerjaan kantor hanyalah formalitas.Semua urusan kantor sudah dia serahkan kepada sekertaris yang lainnya. Bukan sekertaris abal-abal seperti di hadapannya saat ini.

"Dia akan melayani Tuan dengan baik, jauh lebih baik dari saya. Sebelumnya dia sudah pernah menikah, jadi lebih berpengalaman." Chelsea berusaha meyakinkan Nicholas.

Syarat untuk jadi sekertarisnya hanyalah sudah pernah melakukan hal tersebut sebelumnya. Karena Nicholas lebih suka wanita agresif.

Mata Olivia membuat sempurna. Ini lebih seperti interview untuk mencari calon PSK, bukan seorang sekertaris.

Nicholas bangkit dari kursi kebesarannya dan melangkah mendekati Chelsea. Tampak mata tajam yang menatapnya penuh amarah. Mata itu menyiratkan ketidak puasan.

"Kalau dia tidak bisa melayaniku dengan baik, kau tidak boleh risen. Aku akan memberi waktu sepekan untuknya memahami semua pekerjaanmu," ucap Nicholas tegas.

"Baik Tuan," jawab Chelsea lirih.

"Siapkan dia untuk nanti malam. Aku tidak mau kecewa malam ini." Nicholas melangkah dan menghilang di balik pintu.

Kaki Olivia mendadak lemas. Semoga indra pendengarnya saat ini rusak. Kenapa harus nanti malam?

"Baik Tuan," ucap Chelsea menurunkan pandangan.

Pria angkuh dengan balutan jas formal mewah itu bangkit dari kursi besarnya dan melangkah pergi meninggalkan dua wanita di dalam ruangan.

Chelsea melempar pandangan dan menatap dalam Olivia. Dia menarik napas panjang sebelum menjelaskan semuanya. Wajah cantik itu menampakkan raut wajah sedih.

"Baiklah, aku anggap kau sudah siap. Bukankah kau pernah menikah dan melakukan semua?" ucap Chelsea terang-terangan.

"Ya, aku memang sudah menikah. Tapi melakukannya tanpa cinta? aku belum siap," jawab Olivia lirih.

"Saat kau belum siap. Pikirkan apa yang membuatmu ada disini. Saat kau mendapatkannya, dunia akan berada dalam genggamanmu. Saat itu datang, gunakan posisimu sebaik mungkin. Karena kau harus membayar mahal dengan apa yang kau dapatkan," ucap Chelsea menjelaskan.

"Apakah seburuk itu?" Olivia mulai khawatir.

"Tuan Nich termasuk pria hyper. Dia bisa memanggilmu kapan saja dan melakukan itu di mana saja. Jadi kau harus siapkan tenagan sebaik mungkin,"

"Apa!?"

"Kita kerumah sakit dulu untuk priksa, setelah itu ke salon untuk mempersiapkan semuanya,"

"Rumah sakit!?"

Chelsea tidak mau menjelaskan lebih lanjut. Dia melangkah keluar dan diikuti oleh Olivia yang masih menyimpan sejuta pertanyaan dalam kepalanya.

'Astaga, kenapa harus mengerikan seperti ini?'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   TAMAT

    Malam itu, Olivia duduk di ruang makan besar rumahnya, ditemani nyala lilin yang menerangi meja dengan cahaya hangat. Suasana di ruangan terasa begitu damai, namun ada sesuatu di matanya yang tampak tidak tenang. Di depannya, Dante sedang menuangkan anggur merah ke dalam gelas mereka berdua, senyumnya hangat seperti biasanya.“Sudah cukup lama sejak terakhir kali kita makan malam bersama,” kata Dante sambil menatap Olivia lembut.Olivia mengangguk, tersenyum kecil. “Ya, aku sibuk dengan Leon, dan kau dengan proyek besar itu.”Dante tertawa kecil. “Tapi malam ini tidak ada pekerjaan, tidak ada gangguan. Hanya kita berdua.”---Makan malam dimulai dengan hidangan pasta dan salad segar. Dante, seperti biasa, mulai bercerita tentang kegiatannya. Namun kali ini, dia lebih banyak membicarakan Leon—tentang betapa lucunya bocah itu saat mencoba berbicara dan berjalan.“Kau tahu,” kata Dante sambil menyuapkan makanan ke mulutnya, “Leon sepertinya punya bakat untuk jadi pemimpin. Dia punya tata

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Merahasiakan identitas

    Nicholas duduk di sebuah kafe kecil di tengah kota pegunungan, menikmati secangkir kopi hitam sambil menatap jendela. Bisnis membawanya ke kota ini, tempat yang tidak pernah ia duga akan memutarbalikkan hidupnya. Dia mencoba menikmati momen tenang setelah serangkaian rapat panjang, tapi pikirannya terus melayang pada masa lalu—terutama pada Olivia.Di sudut lain kafe, seorang anak kecil berlari-lari membawa balon warna-warni, diikuti oleh suara lembut seorang wanita yang memanggilnya. “Leon, hati-hati! Jangan terlalu jauh!”Nicholas mengangkat pandangannya, menatap sekilas ke arah suara itu. Namun yang menarik perhatiannya bukan wanita itu, melainkan anak laki-laki kecil dengan rambut hitam dan mata cokelat pekat—mata yang sangat mirip dengannya.---Leon berlari ke arah meja Nicholas, balonnya tersangkut di kursi. Nicholas tersenyum kecil, membantu melepaskan balon itu."Balonmu hampir hilang, Nak," katanya sambil menyerahkannya kembali.Leon menatap Nicholas dengan mata besar dan po

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Kehidupan baru

    Di sebuah rumah tersembunyi di pegunungan yang jauh dari hiruk-pikuk kota, Olivia terbaring di ranjang kayu besar dengan wajah yang pucat namun penuh tekad. Hari itu tiba lebih cepat dari yang dia bayangkan. Kontraksi yang semakin kuat membuat tubuhnya lelah, tetapi pikirannya hanya tertuju pada satu hal: anak yang sedang dia bawa ke dunia ini.Dante berdiri di luar kamar, gelisah dan cemas. Para tenaga medis yang dia datangkan dari kota terus keluar-masuk ruangan, memberikan laporan bahwa proses persalinan ini memerlukan waktu. Olivia tetap tenang, meski rasa sakit tak pernah berhenti.---Olivia menggenggam erat tepi tempat tidurnya, memejamkan mata untuk menahan nyeri yang datang dalam gelombang. Seorang dokter duduk di sisinya, membimbingnya dengan suara lembut. "Olivia, kau kuat. Tarik napas dalam, lalu dorong. Kau hampir sampai."Air mata membasahi pipinya, tetapi bukan hanya karena rasa sakit. Ada kebahagiaan yang perlahan tumbuh di hatinya. Setiap dorongan membawa dia lebih de

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Malam mencekam

    Jeritan kecil keluar dari bibir Olivia saat Angel menarik rambutnya dengan kasar, memaksanya duduk di kursi kayu yang dingin. Ruangan itu gelap dan curam hanya diterangi oleh lampu redup di langit-langit. Di sudut ruangan Max berdiri sampai tersenyum sinis melihat Angel yang tampak menikmati setiap momen."Setelah sekian lama, akhirnya kau ada di tanganku, Olivia. "ujar Angel dengan nada penuh kebencian. "Kau tahu berapa banyak yang telah kau rampas dariku? Aku akan memastikan kau menyesal."Olivia menatap Angel dengan penuh ketakutan, tetapi ia tidak menunjukkan kelemahan. "jika ini yang kau mau, lakukan saja titik tapi aku tidak pernah merebut apapun darimu." katanya dengan suara gemetar tetapi tetap tegas.Angel mendekat , melambaikan tangan untuk menampar Olivia. Tetapi tiba-tiba suara langkah kaki terdengar mendekat dari luar. Suara berat dari sepatu boot yang memenuhi lorong membuat semua orang terdiam.Max segera memberi isyarat kepada anak buahnya untuk bersiap. "siapapun itu,

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Situasi mencekam

    Malam itu gelap dan sunyi, hanya suara angin dan desiran dedaunan yang terdengar di tengah hutan lebat. Rumah persembunyian Olivia yang biasanya aman. Kini menjadi target serangan berbahaya. Max dan Angel memimpin kelompok kecil bersenjata yang bergerak perlahan melalui bayangan pohon, memanfaatkan setiap celah dalam penjagaan ketat."Pastikan kalian tidak membuat suara, "bisik Max pada anak buahnya dia tahu bahwa satu langkah salah akan membawa kehancuran. Angel, di sisinya menatap rumah yang sama terlihat di kejauhan dengan mata penuh kebencian.Olivia sedang membaca buku di ruang tamu sambil meminum teh hangat. Perutnya yang semakin membesar membuatnya cepat lelah, tetapi ia berusaha tetap tenang. Dante telah memastikan semuanya aman, namun rasa cemas tetap menghantui hatinya.Tiba-tiba, seorang penjaga masuk ke ruangan dengan wajah tegang "Nona Olivia, kami mendeteksi gerakan mencurigakan di perimeter luar. Harap anda tetap di dalam."Jantung Olivia berdegup kencang. Dia tahu apa

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Menyerang

    Pagi itu, ruang rapat di salah satu gedung pencakar langit kota dipenuhi aura tegang. Nicholas Ganesha, CEO sekaligus mantan pemimpin dunia hitam, duduk di ujung meja panjang dengan sikap tenang namun berwibawa. Setelan jas hitamnya yang sempurna mempertegas wibawa yang memancar darinya. Tidak ada tanda-tanda pria yang mabuk dan meratapi masa lalu di bar beberapa malam lalu. Dante, yang juga hadir dalam rapat tersebut, memperhatikan perubahan total pada Nicholas. Di hadapannya kini berdiri sosok pria yang dingin dan tak tersentuh, jauh dari pria emosional yang ia temui di bar. "Jadi, Nicholas," kata salah satu peserta rapat, mencoba memulai diskusi, "bagaimana pendapat Anda tentang akuisisi ini?" Nicholas menganggukkan kepala dengan tenang, mengambil beberapa dokumen di hadapannya. Dengan nada datar namun tegas, ia berkata, "Angka-angka ini tidak sesuai dengan target kami. Jika kalian tidak bisa menyesuaikan margin keuntungan menjadi minimal 30 persen, maka kerja sama ini tidak a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status