Share

Sekertaris pengganti

Penulis: Mom Aish
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-06 18:01:58

Hari yang di nanti tiba, kini saatnya Olivia memulai hidup barunya. Tidak ada waktu lagi untuk bersedih, dia harus segera menuntaskan dendamnya secepatnya.

Targetnya adalah Nicholas Ganesha, seorang pengusaha muda dengan banyak usaha guritanya. Dia juga mendengar kabar kalau pria itu suka dengan dunia malam.

Bila dunia malam sudah melekat, itu berarti pria itu sangat mudah di taklukkan. Olivia hanya perlu berpakaian kurang bahan dan sedikit ketat. Dia harus sedikit gila untuk menghadapi orang gila.

Entah kenapa semua pria sama saja. Hanya memandang fisik dan paras. Semua akan bertekuk lutut.

Kini Olivia sudah siap dengan rok span pendek sedikit ketat dan kemeja putih dengan balutan jas hitam. Rambutnya panjangnya sengaja dia gerai agar terlihat lebih menawan.

Dia meraih map yang ada di hadapannya. Di dalamnya sudah terisi lengkap semua persyaratan untuk masuk ke perusahaan terbesar tempat Nicholas berada.

Anton sudah menyiapkan segalanya. Dia sangat bersyukur masih ada orang yang tulus membantunya.

Olivia segera keluar kamar dan melangkah menuju ruang makan, di sana sudah ada Anton dan istrinya. Tidak ketinggalan dua anak yang sedang menantikan kedatangannya.

"Wah, Kakak, cantik banget," puji kedua anak itu bersamaan.

Penampilan Olivia saat ini memang sangat memukau, hanya sekali kedip. Pasti Nicholas akan terpesona.

"Nyonya luar biasa," ucap Anton kagum.

"Olivia, Paman." Olivia menatap tajam ke arah Anton. Menegaskan agar dia memanggilnya dengan namanya saja.

Anton dan Fika tersenyum. Mereka mulai melihat perubahan pada Nyonya mudanya ini. Setidaknya kebangkrutan ini bisa memberi pelajaran yang begitu berarti.

Olivia duduk di samping Fika. Di hadapannya sudah tersaji sepiring nasi dan beberapa lauk seperti telur dan tempe. Di tambah beberapa sayuran yang di tumis.

Menu ini adalah menu alakadarnya. Namun memiliki kesan tersendiri bagi Olivia. Sebelumnya dia pernah mencaci makanan ini. Saat ini, mereka lah yang mengisi perut kosongnya.

"Maaf ..." Fika tidak dapat menghentikan kalimatnya karena di potong oleh Olivia.

"Terima kasih, Bibi, aku akan memakannya. Aku ... aku hanya ingin beradaptasi dengan semua ini." Olivia mencoba menahan air matanya yang mulai turun.

"Kakak pulang jam berapa?" tanya Boy sambil melahap sesendok nasi.

"Kalau urusan Kakak cepat selesai, pasti Kakak langsung pulang." Olivia bersemangat.

"Kita main boneka nanti, Kakak mau kan?" ucap Gadis penuh harap.

Olivia tidak mampu menahan rasa harunya. Di saat seperti ini. Dia menemukan keluarga yang memberi kehangatan dalam hidupnya.

Olivia melempar pandangan ke Fika dan Anton. Mereka tersenyum teduh. Seolah tau apa yang di maksud Olivia, Fika segera mengambil alih pembicaraan ini.

"Doakan pekerjaan kakak lancar, dan kalian akan bermain bersama nanti. Sekarang kita sarapan," ucap Fika melempar pandangan ke arah kedua anaknya.

Boy dan Gadis patuh. Mereka mulai fokus dengan sepiring sarapan paginya tanpa berisik. Kini giliran Anton yang akan menjelaskan pekerjaan Olivia nanti.

"Aku sudah menghubungi pihak kantor, kau hanya perlu menemui sekertarisnya saja." Anton meneguk air putih.

"Kau sangat beruntung, sekertarisnya akan mengundurkan diri dan kau yang akan menjadi penggantinya," lanjut Anton setelah segelas air berpindah ke perutnya.

Olivia mengangguk lirih, sepertinya semua ini tidak sesulit yang dia kira. Memang peran orang dalam sangatlah penting dalam mencari pekerjaan.

Coba saja Olivia tidak punya, pasti dia saat ini masih di jalanan dan entah apa yang akan terjadi.

"Terima kasih ..." ucap Olivia menundukkan kepala.

"Oke guys waktunya kalian berangkat, Mama akan mengantar kalian," ucap Anton bersemangat.

Dia tau apa yang akan di ucapkan oleh Olivia. Telinganya sudah panas mendengar ucapan terima kasih dan maaf yang di ucap berkali-kali pagi ini.

Saat ini yang dia lakukan hanya menolong orang yang berjasa dalam hidupnya. Meskipun dia berhutang pada orang tuanya, tetap saja Olivia pantas mendapatkan ini.

Fika mencium tangan Anton di ikuti oleh Boy dan Gadis. Kedua anak itu tidak lupa mendaratkan ciuman ke punggung tangan Olivia.

Ini merupakan hal baru baginya dan semua terasa sangat canggung.

"Sampai jumpa nanti Kakak," ucap Gadis melambaikan tangan.

Di tempat yang berbeda. Seorang pria sedang asik memainkan rambut wanita yang saat ini berada di pangkuannya.

Sedangkan jemarinya yang lain sedang asik berselancar di pangkal tubuh wanita tersebut. Wanita itu hanya mampu menikmati semua permainan gila ini.

Sebentar lagi dia tidak akan lagi merasakan belaian lembut ini. Sesungguhnya ini sangat nikmat, tetapi dia tidak bisa terus menjadi boneka pria arogan yang saat ini memangkunya.

Terdengar lenguhan panjang, jemari wanita itu mencengkram erat tengkuk sang pria.

Pria tersebut segera merubah posisi dan memutar wanita itu, sehingga mereka saat ini saling berhadapan.

Sebuah benda keras sudah menggelitik pangkal tubuh wanita tersebut.

"Kenapa kau menghalanginya?" tanya Nich.

"Maaf Pak ..." wanita tersebut menunduk.

Tanpa pikir panjang Nich merobek kain penghalang dan membuangnya kesembarangan arah.

"Pak, saya mohon. Saya akan menikah sebentar lagi " Wanita itu menatap Nick dengan wajah melas.

"Tidak lama, hanya 15 menit saja," ucap Nich mulia membuka kancing kemejanya.

Nich menggeser wanita itu sedikit mendekat dan merasakan kehangatan di bawah sana. Sudah mulai terasa berair.

"Lihatlah, mulut dan tubuhmu sangat berbeda." kekeh Nick.

Benda keras itu sudah merasakan kehangatan, hanya kurang satu dorongan lagi dia bisa merasakan surga dunia.

Sayangnya telpon berdering nyaring. Ini adalah kesempatan emas wanita itu.

"Maaf Pak, saya harus mengangkat telpon." Wanita tersebut beranjak dari pangkuan Nick.

Dengan berat hati Nick melepaskan mangsanya.

"Sial, entah siapa itu. Kau harus membayar ini semua," ucap Nick geram. Dia sangat tidak suka bermain setengah-setengah seperti ini.

"Baik, antar dia keruangan Pak Nicholas," ucap Wanita itu dengan mata berbinar.

"Siapa?" tanya Nich ketus. Sambil merapikan bajunya.

"Pengganti saya sudah datang Pak," jawab wanita itu.

"Lihat, apakah dia bisa melayaniku sepertimu. Kalau tidak? Kau harus kembali ke sini!"

Wanita itu segera melangkah menuju kamar mandi untuk merapikan penampilannya yang baru saja di berantakan oleh sang Bos.

Nich menatap penuh kecewa saat wanita yang biasa melayaninya harus pergi begitu saja. Entah siapa pengganti wanita itu, semoga saja dia bisa memuaskan dan tidak membuat kecewa.

Setelah beberapa menit, Chelsea keluar kamar mandi. Wanita itu melangkah keluar ruangan dan menuju ruang tunggu. Tempat di mana seseorang akan menggantikan pekerjaan gila ini.

Chelsea menatap wanita yang sedang duduk dengan wajah cemas. Melihatnya membuat dia teringat saat pertama kali menginjakkan kaki ke kantor.

Parasnya cukup cantik, ini adalah modal utama agar wanita ini akan tetap baik-baik saja berada di perusahaan. Karena bagi Nich, sexi yang utama. Selebihnya bonus.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   TAMAT

    Malam itu, Olivia duduk di ruang makan besar rumahnya, ditemani nyala lilin yang menerangi meja dengan cahaya hangat. Suasana di ruangan terasa begitu damai, namun ada sesuatu di matanya yang tampak tidak tenang. Di depannya, Dante sedang menuangkan anggur merah ke dalam gelas mereka berdua, senyumnya hangat seperti biasanya.“Sudah cukup lama sejak terakhir kali kita makan malam bersama,” kata Dante sambil menatap Olivia lembut.Olivia mengangguk, tersenyum kecil. “Ya, aku sibuk dengan Leon, dan kau dengan proyek besar itu.”Dante tertawa kecil. “Tapi malam ini tidak ada pekerjaan, tidak ada gangguan. Hanya kita berdua.”---Makan malam dimulai dengan hidangan pasta dan salad segar. Dante, seperti biasa, mulai bercerita tentang kegiatannya. Namun kali ini, dia lebih banyak membicarakan Leon—tentang betapa lucunya bocah itu saat mencoba berbicara dan berjalan.“Kau tahu,” kata Dante sambil menyuapkan makanan ke mulutnya, “Leon sepertinya punya bakat untuk jadi pemimpin. Dia punya tata

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Merahasiakan identitas

    Nicholas duduk di sebuah kafe kecil di tengah kota pegunungan, menikmati secangkir kopi hitam sambil menatap jendela. Bisnis membawanya ke kota ini, tempat yang tidak pernah ia duga akan memutarbalikkan hidupnya. Dia mencoba menikmati momen tenang setelah serangkaian rapat panjang, tapi pikirannya terus melayang pada masa lalu—terutama pada Olivia.Di sudut lain kafe, seorang anak kecil berlari-lari membawa balon warna-warni, diikuti oleh suara lembut seorang wanita yang memanggilnya. “Leon, hati-hati! Jangan terlalu jauh!”Nicholas mengangkat pandangannya, menatap sekilas ke arah suara itu. Namun yang menarik perhatiannya bukan wanita itu, melainkan anak laki-laki kecil dengan rambut hitam dan mata cokelat pekat—mata yang sangat mirip dengannya.---Leon berlari ke arah meja Nicholas, balonnya tersangkut di kursi. Nicholas tersenyum kecil, membantu melepaskan balon itu."Balonmu hampir hilang, Nak," katanya sambil menyerahkannya kembali.Leon menatap Nicholas dengan mata besar dan po

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Kehidupan baru

    Di sebuah rumah tersembunyi di pegunungan yang jauh dari hiruk-pikuk kota, Olivia terbaring di ranjang kayu besar dengan wajah yang pucat namun penuh tekad. Hari itu tiba lebih cepat dari yang dia bayangkan. Kontraksi yang semakin kuat membuat tubuhnya lelah, tetapi pikirannya hanya tertuju pada satu hal: anak yang sedang dia bawa ke dunia ini.Dante berdiri di luar kamar, gelisah dan cemas. Para tenaga medis yang dia datangkan dari kota terus keluar-masuk ruangan, memberikan laporan bahwa proses persalinan ini memerlukan waktu. Olivia tetap tenang, meski rasa sakit tak pernah berhenti.---Olivia menggenggam erat tepi tempat tidurnya, memejamkan mata untuk menahan nyeri yang datang dalam gelombang. Seorang dokter duduk di sisinya, membimbingnya dengan suara lembut. "Olivia, kau kuat. Tarik napas dalam, lalu dorong. Kau hampir sampai."Air mata membasahi pipinya, tetapi bukan hanya karena rasa sakit. Ada kebahagiaan yang perlahan tumbuh di hatinya. Setiap dorongan membawa dia lebih de

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Malam mencekam

    Jeritan kecil keluar dari bibir Olivia saat Angel menarik rambutnya dengan kasar, memaksanya duduk di kursi kayu yang dingin. Ruangan itu gelap dan curam hanya diterangi oleh lampu redup di langit-langit. Di sudut ruangan Max berdiri sampai tersenyum sinis melihat Angel yang tampak menikmati setiap momen."Setelah sekian lama, akhirnya kau ada di tanganku, Olivia. "ujar Angel dengan nada penuh kebencian. "Kau tahu berapa banyak yang telah kau rampas dariku? Aku akan memastikan kau menyesal."Olivia menatap Angel dengan penuh ketakutan, tetapi ia tidak menunjukkan kelemahan. "jika ini yang kau mau, lakukan saja titik tapi aku tidak pernah merebut apapun darimu." katanya dengan suara gemetar tetapi tetap tegas.Angel mendekat , melambaikan tangan untuk menampar Olivia. Tetapi tiba-tiba suara langkah kaki terdengar mendekat dari luar. Suara berat dari sepatu boot yang memenuhi lorong membuat semua orang terdiam.Max segera memberi isyarat kepada anak buahnya untuk bersiap. "siapapun itu,

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Situasi mencekam

    Malam itu gelap dan sunyi, hanya suara angin dan desiran dedaunan yang terdengar di tengah hutan lebat. Rumah persembunyian Olivia yang biasanya aman. Kini menjadi target serangan berbahaya. Max dan Angel memimpin kelompok kecil bersenjata yang bergerak perlahan melalui bayangan pohon, memanfaatkan setiap celah dalam penjagaan ketat."Pastikan kalian tidak membuat suara, "bisik Max pada anak buahnya dia tahu bahwa satu langkah salah akan membawa kehancuran. Angel, di sisinya menatap rumah yang sama terlihat di kejauhan dengan mata penuh kebencian.Olivia sedang membaca buku di ruang tamu sambil meminum teh hangat. Perutnya yang semakin membesar membuatnya cepat lelah, tetapi ia berusaha tetap tenang. Dante telah memastikan semuanya aman, namun rasa cemas tetap menghantui hatinya.Tiba-tiba, seorang penjaga masuk ke ruangan dengan wajah tegang "Nona Olivia, kami mendeteksi gerakan mencurigakan di perimeter luar. Harap anda tetap di dalam."Jantung Olivia berdegup kencang. Dia tahu apa

  • Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku   Menyerang

    Pagi itu, ruang rapat di salah satu gedung pencakar langit kota dipenuhi aura tegang. Nicholas Ganesha, CEO sekaligus mantan pemimpin dunia hitam, duduk di ujung meja panjang dengan sikap tenang namun berwibawa. Setelan jas hitamnya yang sempurna mempertegas wibawa yang memancar darinya. Tidak ada tanda-tanda pria yang mabuk dan meratapi masa lalu di bar beberapa malam lalu. Dante, yang juga hadir dalam rapat tersebut, memperhatikan perubahan total pada Nicholas. Di hadapannya kini berdiri sosok pria yang dingin dan tak tersentuh, jauh dari pria emosional yang ia temui di bar. "Jadi, Nicholas," kata salah satu peserta rapat, mencoba memulai diskusi, "bagaimana pendapat Anda tentang akuisisi ini?" Nicholas menganggukkan kepala dengan tenang, mengambil beberapa dokumen di hadapannya. Dengan nada datar namun tegas, ia berkata, "Angka-angka ini tidak sesuai dengan target kami. Jika kalian tidak bisa menyesuaikan margin keuntungan menjadi minimal 30 persen, maka kerja sama ini tidak a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status