Share

8). Misi Merusak Image

Author: Cacavip
last update Last Updated: 2024-01-24 13:23:28

***

"Ini kamu enggak ada niatan bantu aku bawa koper gitu?"

Aludra yang melenggangkan kakinya lebih dulu setelah turun dari taksi, lantas menoleh ketika pertanyaan itu dilontarkan Arka yang kerepotan membawa dua koper sekaligus.

Menempuh perjalanan tujuh jam lebih, pukul lima sore keduanya sampai di Seoul. Menggunkanan taksi, Arka membawa Aludra menuju hotel yang sudah disiapkan Dewa untuk mereka selama berada di negeri ginseng tersebut.

Bukan hotel biasa, tentu saja hotel yang disiapkan Dewa adalah hotel berbintang yang memiliki fasilitas luar biasa juga pelayanan yang sangat baik.

"Berat," jawab Aludra enteng. "Lagipula kamu kan laki-laki, terus kamu suami. Jadi kamu aja yang bawa ya."

Tak menjawab, Arka hanya menatap Aludra lalu menghembuskan napas kasar. Setelah itu, dia memilih berjalan melalui gadis itu untuk menuju meja resepsionis dengan segera.

Menunjukan bukti pemesanan hotel, Arka terbebas dari dua koper berat yang sejak tadi dia bawa karena koper tersebut langsung dibawa petugas hotel menuju lantai empat—tempat kamar mereka berada.

Namun, tentunya bebasnya Arka dari koper tak membuat dia bisa berjalan tanpa beban karena kini, tepat ketika dia dan Aludra sampai di depan lift, Arka yang berjalan lebih dulu tiba-tiba saja berhenti ketika Aludra memanggilnya.

"Arka," panggil Aludra. Namun, Arka hanya berhenti tanpa menoleh. "Arka kok enggak noleh?"

"Yakin manggilnya mau Arka aja?" tanya Arka.

Aludra terdiam untuk mencerna ucapan Arka, hingga tak lama dia tersadar jika memang ada yang kurang. "Mas Arka," panggilnya kemudian, dan Arka menoleh.

"Ya?"

"Capek," keluh Aludra sambil memegangi kedua lututnya. Padahal, dia berjalan belum mencapai satu kilometer. Namun, tentu saja Aludra yang jarang sekali bergerak membuatnya mudah merasa lelah.

"Terus?" tanya Arka. "Kalau capek aku harus apa?"

Cukup sebal karena ucapan Aludra di pesawat tadi, Arka kini sengaja bersikap cuek pada gadis itu agar Aludra tak selalu menuduhnya yang tidak-tidak.

"Masa enggak peka?" tanya Aludra.

"Kamu mau apa?" tanya Arka. "Lagipula kita tinggal naik lift, enggak harus jalan. Ayo."

"Enggak mau, capek," kata Aludra.

"Alula."

"Kamunya sini," pinta Aludra.

"Mau apa?"

"Sini aja dulu," ucap Aludra.

Menghela napas, mau tak mau Arka kembali menghampiri Aludra lalu berdiri di depannya. "Mau apa?" tanyanya.

"Balik badan," pinta Aludra.

"Mau ngapain?" tanya Arka.

"Udah balik badan aja buruan," perintah Aludra.

"Jangan aneh-aneh," pinta Arka sebelum menuruti permintaan Aludra.

"Iya enggak," ucap Aludra. "Ayo balik badan."

"Oke."

Tanpa banyak bicara, Arka berbalik badan sehingga kini posisinya membelakangi Aludra. Tersenyum, Aludra memandang punggung tegap Arka lalu meminta pria itu berjongkok.

"Mas Arka jongkok," pinta Aludra.

"Kamu sebenarnya mau apa sih, La?" tanya Arka semakin tak paham.

"Jongkok aja Mas, jangan banyak tanya," perintah Aludra.

"Awas aja kalau macam-macam," ancam Arka ketika perlahan dia merendahkan posisi hingga akhirnya dia berjongkok di depan Aludra yang tiba-tiba saja mengalungkan kedua tangan di leher Arka—disusul tubug Aludra yang kini menimpa punggungnya—membuat Arka yang tak siap, hampir saja tersungkur jika tak langsung menyeimbangkan diri.

"Kamu bikin kaget!" ujar Arka.

"Maaf," ucap Aludra sambil terkekeh.

"Sekarang kamu mau ngapain nempel-nempel di punggung aku?" tanya Arka kemudian.

"Gendong," pinta Aludra singkat.

"Hah?"

"Gendong Mas Arka, aku capek," rengek Aludra yang rasanya sudah tak kuat lagi berjalan lebih jauh.

"Lula."

"Gendong atau aku akan terus diem di sini sampe malam?" tanya Aludra.

"Kamu ini udah dewasa lho, masa kaya gini?" tanya Arka. Sekarang, ucapan Amanda kembali terngiang di pikirannya.

'Alula itu gadis mandiri. Dia enggak manja.'

Hoax. Setelah menikah, Arka akan menyimpulkan jika apa yang diucapkan Amanda hanyalah sekadar hoax belaka, karena nyatanya tak ada sisi mandiri sedikit pun dari perempuan yang kini masih setia menempel di punggungnya itu.

Ah, sekarang Arka jadi berpikir, apa dirinya sudah ditipu? Apa semua cerita yang dikatakan Amanda tentang Alula semuanya bohong, agar Arka mau menikah dengan gadis itu?

Jika iya, Amanda tega. Bagaimana bisa dia menipu anaknya sendiri agar mau menikah dengan gadis manja seperti ini.

"Emangnya kalau capek mandang dewasa enggaknya seseorang?" tanya Aludra. "Mau dewasa atau enggak, kalau capek tetep capek kali."

"Iya tapi kan-"

"Jadi enggak mau?" tanya Aludra. Merajuk. Dia mengedarkan pandangannya hingga tak lama seorang pria tak sengaja melintas. Dari wajah, pria tersebut terlihat seperti seorang turis luar negeri karena wajahnya yang bule. "Excuse me."

Berhenti, pria tersebut memandang Aludra penuh tanya. "Yes, what's wrong?" tanyanya.

"I'm tired, can you carry me up? (Saya lelah, bisa anda gendong saya ke atas?"

"Sorry?"

"Alula," ujar Arka yang langsung menarik tangan Aludra untuk menjauh. "Kamu apaan sih?!"

"Ya abisnya kamu enggak mau gendong aku," ucap Aludra.

"Iya tapi enggak minta gendong sama orang asing juga, Lula," kata Arka tak habis pikir.

"Terserah aku dong," jawab Aludra acuh. "Udah ah, aku mau nyamperin dia lagi."

Berniat pergi, Aludra justru berbalik ketika tangan Arka menarik tangannya untuk kembali mendekat lalu di detik yang sama, Arka meraih tubuh Aludra dan menggendongnya. Tak di belakang, Arka menggendong Aludra di depan dengan gaya bridal style—membuat jarak wajah keduanya cukup dekat.

"Diam," pinta Arka. "Kamu itu udah punya suami, jangan genit."

"Ya tapi kan-"

Dihadapkan dengan wajah tampan Arka dengan jarak sedekat ini membuat Aludra dilanda kegugupan, tak tahu kenapa. Tidak munafik, sebagai perempuan normal, Aludra cukup mengakui ketampanan Arka yang tidak manusiawi itu.

"Jangan banyak protes," pinta Arka yang kini melangkahkan kakinya menuju lift yang kebetulan terbuka. Hanya berdua tanpa ada siapapun lagi, Arka memilih untuk mengarahkan pandangannya lurus ke depan, sementara Aludra masih memandangi wajah tampan Arka.

Sebenarnya niat Aludra meminta Arka menggendongnya memiliki dua tujuan yaitu; dia memang benar-benar lelah, dan yang kedua dia sengaja ingin merusak image Alula di depan Arka sebagai bentuk kekesalannya pada sang kakak karena sudah menjadikan dirinta tumbal, sementara Alula bebas di luar negeri sana.

Aludra memang sudah menyetujui untuk menggantikan peran Alula menjadi istri Arka, tapi tetap saja di hatinya ada sedikit rasa kesal dan untuk melampiaskan rasa kesalnya, Aludra akan membuat image Alula jelek di mata Arka agar nanti ketika kembali, Alula sibuk memperbaiki imagenya di depan Arka.

"Arka," panggil Aludra ketika kini dia dan Arka masih ada di dalam lift.

"Lupa terus," celetuk Arka.

"Ah iya, Mas Arka," kata Aludra.

"Apa?"

"Waktu dijodohin, kenapa kamu enggak nolak?" tanya Aludra yang tiba-tiba saja penasaran dengan sikap penurut Arka. Padahal, biasanya kebanyakan pria selalu membantah ketika dijodohkan oleh kedua orang tuanya.

"Kenapa tanya itu?"

"Pengen aja, penasaran soalnya," kata Aludra.

Arka terdiam sejenak—mencoba berpikir untuk mencari jawaban yang tepat, karena jika dia bicara yang sebenarnya, Arka takut Aludra tersinggung.

"Kenapa?" tanya Aludra karena Arka yang tak kunjung menjawab. "Bukan karena enggak laku, kan? Kamu ganteng, masa enggak laku."

"Bukan," jawab Arka.

"Terus kenapa?"

"Kamu enggak perlu tau," jawab Arka yang akhirnya memutuskan untuk tak bicara jujur.

"Ih gitu," kata Aludra kecewa. Hening. Aludra nampak berpikir, hingga tak lama dia tiba-tiba saja teringat dengan sebuah novel yang pernah dia baca.

Selain tukang nonton drakor, Aludra juga suka membaca novel.

"Mas Arka."

"Apa?"

"Kamu ... "

"Kamu apa?" tanya Arka sambil menunduk—memandang Aludra.

"Normal, kan?"

"Maksud kamu?"

"Hm." Aludra bergumam. "Kamu ... enggak impotent, kan?"

"Hah?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
ini mulai menantang arkanya bilang impoten mau bukti ni
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
minta gendong rara ya ampun manis banget kalian sayang nya buka pasangan halal
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
ya ampun manja nya rara .........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sebatas Pengantin Pengganti   339). Extra Chapter 10

    *** "Semangat, Sayang. Jangan tegang ya." Menunggu sekitar satu jam setelah sampai di rumah sakit, Aludra akhirnya siap masuk ruang operasi untuk melahirkan putri kecilnya. Tak didampingi Aurora, yang datang ke rumah sakit hanya Dewa karena memang sang istri tak bisa pergi setelah kedua cucunya sigap menghadang agar sang Oma tak bisa ke mana-mana. Namun, tentu saja Aurora berjanji akan datang setelah Regan maupun Raiden berhasil dia tidurkan. Untuk Amanda dan Dirga, kedua orang tua Arka juga sedang dalam perjalanan setelah ditelepon oleh sang putra setengah jam lalu. "Doain ya, Pa." "Pasti, Ra," kata Dewa. Seumur hidup Aludra, ini adalah kali ketiga dia masuk ruang operasi. Pertama saat melahirkan Regan dan Raiden, kedua ketika mendapatkan donor dari Alula dan ketiga, sekarang—ketika dia akan melahirkan putri ketiganya. Sensasinya masih sama. Ruang operasi di setiap rumah sakit masih terasa dingin dan mungkin sedikit menyeramkan. "Kita mulai sekarang ya, Bu." "Iya, dokter."

  • Sebatas Pengantin Pengganti   338). Extra Chapter 9

    ***"Aku takut."Aludra yang sejak tadi duduk bersandar sambil mengelus perutnya seketika menoleh ketika Arka yang sejak tadi fokus mengemudi tiba-tiba saja berucap demikian."Takut apa?" tanya Aludra.Arka menoleh sekilas. "Takut kamu lahiran di jalan," ucapnya. "Usia kehamilan kamu tuh udah tiga puluh tujuh minggu, Ra. Duh ngeri kan kalau lahiran di jalan.""Ck, lebay," celetuk Aludra. "Dokter Ellina kan bilang kalau HPL aku dua minggu lagi, Mas. Santai aja kali.""Kan bisa maju.""Ya jangan maju," kata Aludra. Dia kemudian mengusap lagi perutnya yang buncit. "Jangan lahir dulu ya, Sayang. Mama mau nengok aunty dulu.""Iya Mama," ucap Arka.Hari ini, Aludra memang mengajak Arka ke Karawang untuk mengunjungi makam Alula. Tak membawa anak-anak, seperti biasa Aludra menitipkan Regan dan Raiden bersama Aurora juga Dewa yang sudah berkunjung lebih dulu kemarin ke makam Alula.Kemarin, terhitung delapan belas bulan sudah Alula pergi menghadap Sang Pencipta dan Aludra masih merasa semuany

  • Sebatas Pengantin Pengganti   337). Extra Chapter 8

    ***"Mas Arka buruan ih! Kok lama!"Sekali lagi Aludra yang sejak tadi menunggu di sofa dekat tangga berteriak memanggil Arka yang tak kunjung turun. Padahal, sudah hampir sepuluh menit dia menunggu suaminya turun."Iya sayang, iya. Sebentar," sahut Arka. Memakai pakaian santai, pria itu turun dengan sedikit tergesa-gesa di tangga. "Enggak sabaran banget kamu tuh ya.""Bawaan bayi," celetuk Aludra sambil mengusap perutnya yang buncit. Minggu ini terhitung tiga puluh minggu sudah usia kandungan Aludra."Ck, alasan aja.""Emang kenyataannya gitu.""Regan sama Raiden mana?""Ke mall sama Papa dan Mama.""Beneran jadi anak Oma sama Opa ya mereka tuh," kata Arka."Ya begitulah."Sejak hamil, itensitas Aludra mengasuh anak-anak memang berkurang karena Raiden dan Regan lebih sering dipegang oleh Aurora.Selain sudah tak asi lagi, Aludra juga tak boleh kelelahan selama hamil, sementara Regan dan Raiden yang sudah genap berusia dua tahun semakin lama semakin aktif."Ya udah kita berangkat seka

  • Sebatas Pengantin Pengganti   336). Extra Chapter 7

    ***"Ini kamu seriusan mau lahiran enggak sih?"Melihat sang istri yang nampak begitu tenang menghadapi proses kontraksi, pertanyaan tersebut akhirnya dilontarkan Damar yang sejak tadi setia duduk di samping Arsya.Kehamilannya sudah mencapai tiga puluh delapan minggu, sore tadi Arsya mengalami sedikit pendarahan. Segera dibawa menuju rumah sakit, dokte kandungan lain yang selama ini menangani Arsya mengatakan jika perempuan itu sudah mengalami bukaan.Ketika datang, Arsya baru mengalami bukaan dua dan sekarang setelah tiga jam berlalu—tepatnya pukul delapan, bukaan tersebut baru sampai ke angka lima.Masih ada lima lagi angka yang harus dilewati Arsya sebelum bukaan lengkap dan bayi yang selama ini dia kandung bisa lahir ke dunia."Emang kenapa?" Arsya yang sejak tadi sibuk mengatur napas sambil menikmati gelombang cinta yang cukup luar biasa, lantas mendongak dan menatap suaminya itu. "Tenang banget," celetuk Damar. "Di film-film tuh yang aku lihat, cewek mau lahiran itu biasanya n

  • Sebatas Pengantin Pengganti   335). Extra Chapter 6

    ***"Ini seriusan enggak nyadar apa gimana?"Aludra dan Arka mengernyit tak paham sambil memandang Arsya setelah pertanyaan tersebut dilontarkan perempuan tersebut."Maksudnya?" tanya Aludra."Enggak sadar apa?" tanya Arka."Nih." Arsya menunjukkan testpack yang beberapa menit lalu dipakai Aludra. Bukan testpack biasa, testpack yang dipakai adalah testpack digital yang bisa langsung menunjukkan usia kehamilan seorang ibu karena memang saat ini Aludra sedang mengandung."Ten weeks pregnant," gumam Aludra-mengeja tulisan pada testpack lalu Arka yang ikut membaca, spontan menerjemahkan."Hamil sepuluh minggu," ucap Arka.Untuk beberapa detik, sepasang suami istri tersebut bisa dibilang nge-bug, karena setelah membaca testpack baik Aludra maupun Arka saling diam."Kok pada diem sih?" tanya Arsya."Jadi maksudnya aku hamil?" tanya Aludra."Yes, Ra. Kamu hamil," kata Arsya. "Udah sepuluh minggu malah kehamilan kamu tuh.""Kok bisa?" tanya Arka. "Aludra kan baru telat datang bulan dua bulan

  • Sebatas Pengantin Pengganti   334). Extra Chapter 5

    ***"Mas mandinya udah belum, aku udah siapin sarapan tuh. Katanya mau meeting sama Papa?"Masuk ke kamar, pertanyaan tersebut dilontarkan Aludra pada Arka ketika suaminya itu tak terlihat di dalam kamar."Mas!""Di wc, Ra!" teriak Arka—membuat Aludra seketika terkekeh karenanya."Oh lagi nabung, oke. Aku tunggu," kata Aludra. Melangkah masuk, dia duduk di pinggir kasur lalu merentangkan tubuhnya di sana.Tak lama berselang, Aludra menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka—menampakkan Arka yang sudah rapi dengan pakaian kantornya seperti biasa.Hampir setahun setelah kepindahannya ke Jakarta secara resmi, Arka tak lagi memegang jabatan manajer di perusahaan Dewa karena sang mertua memercayakan posisi CEO pada menantunya itu.Dan tentu saja jabatan yang dipegang Arka sekarang membuat pekerjaannya lebih sibuk dari biasa."Sakit perut aku tuh," kata Arka sambil melangkahkan kakinya mendekati Aludra yang langsung beringsut ketika Arka duduk di sampingnya."Mas. Kok kamu bau?" tanya Aludra—

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status