Sore ini, sepulang bekerja Kenzo ada janji dengan teman-temannya. Siapa lagi jika bukan Verel dan Andra. Sudah lama mereka tidak kumpul karena Kenzo yang sebelumnya disibukkan dengan rencana pernikahan dan memperbaiki perusahaan milik keluarga istrinya yaitu Adiasta Group. Kenzo sudah mengabari Keisya jika hari ini ia akan terlambat menjemputnya tetapi Kenzo sendiri pastikan tidak akan sampai larut malam. Maka dari itu Kenzo meminta Keisya untuk bersantai lebih dulu di rumah Olla agar istrinya itu tidak terlalu stres dengan datang bulannya, dan nanti ia akan menjemputnya . Laki-laki itu menyunggingkan senyum saat Keisya membalas pesannya dan mengatakan agar Kenzo membelikannya martabak manis saat menjemputnya. “Si pengantin baru senyum-senyum terus. Habis dikirimin pap sama istri ya?” Sindir Verel dengan nada jenaka. Terlihat sekali jika Kenzo salah tingkah setelah mendengar guyonan itu. “Nggak usah salting kali. Apa gue bilang. Lo pasti jatuh pada pesona seorang Keisya. Dia itu ca
Keisya bangun dari tidurnya dengan rasa nyeri mendera perut bagian bawahnya. Begitu sampai di kamar mandi, perempuan itu menyadari jika dirinya sedang datang bulan. Astaga, ia lupa belum menyetok pembalut di rumah ini. Dan perutnya amat sakit sekarang. Keisya terduduk lemas di kloset yang tertutup. Saat kembali, Kenzo sudah tidak ada di kamarnya. Keisya mencari-cari suaminya tapi ia tak menemukannya di sudut ruangan manapun. Hingga akhirnya Keisya memutuskan untuk ke kamar tamu untuk meminta tolong kepada mamanya. Pada saat Keisya sedang berjalan mendekati ruangan tersebut, Kenzo melihat perempuan itu. Laki-laki itu bahkan terlihat sudah rapi. Matanya mengikuti gerakan tubuh Keisya yang keluar dari kamarnya mendekati kamar tamu dan segera mengetuknya. Kenzo menyadari ada yang aneh dari istrinya. Ia beberapa kali mendengar ringisan dari perempuan itu. Posisi berdirinya juga aneh, sedikit membungkuk dan tangan meremas pinggang. “Ada apa?” Kenzo bertanya. Ia sedikit terkejut saat me
Mobil Kenzo terparkir di carport. Itu artinya Kenzo sampai lebih dulu dari pada dirinya. Begitu sampai dirumah Keisya ingin segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket di kamar mandi kamarnya. Sayangnya bayangan tentang berendam sejenak buyar saat langkah kakinya harus terhenti karena menjumpai seseorang di depan pintu. Melihat siapa yang menjumpainya itu, suasana hati Keisya menjadi masam. “Oh lihat, siapa yang datang. Mama dan papaku.” Di lain sisi, Kenzo juga terkejut mendapati keberadaan sang mertua. Laki-laki itu menundukkan kepalanya dan tersenyum tipis sebagai sapaan. “Selamat sore, ma, pa.” Sapa Keisya dan Kenzo bersamaan ramah pada mama papanya yang berdiri memandangi pasangan itu. “Hai, honey. Mantu ganteng dan anak cantik mama apa kabar?” “Baik ma.” Keisya tidak banyak bertanya. Perempuan itu mengangguk. Saat menoleh ke samping lagi untuk melihat keadaan Kenzo, dada suaminya sudah tidak kembang kempis seperti sebelumnya. “Kami keatas dulu, ma. Nanti biar kakak
Kenzo dan Keisya. Hubungan pernikahan mereka masih berjalan kaku selama beberapa hari ini. Mereka masih seperti dua orang yang dipaksa untuk tinggal satu rumah yang sama. Sebatas itu. Kenzo memasuki ruang makan. Di sana sudah ada Bi Iin yang cekatan menghidangkan menu sarapan. Kenzo adalah ripe orang yang membutuh kan makanan berat untuk sarapan, jadi harus selalu ada nasi di pagi hari. Tidak hanya ada Bi Iin, pagi ini ada juga Keisya yang berpenampilan rapi. Perempuan itu memakai kemeja berwarna cream yang di kemudian dilapisi oleh v-neck cardigan keluaran Thom Brown berwarna hitam dan dipadukan dengan rok berwarna senada. Kenzo menarik kursi dan mulai membalik piring. Laki-laki itu tersentak saat Keisya bergabung di meja makan membawa secangkir kopi dan diletakkan di sebelah piring Kenzo. Matanya tidak berhenti mengikuti pergerakan Keisya setelah perempuan itu meletakkan cangkir kopinya. “Kamu mulai bekerja hari ini?” tanya Keisya. Kentara sekali jika pertanyaan itu sekedar basa
Rolls-Royce Phantom yang dikemudikan oleh Kenzo memasuki komplek perumahan. Keisya mengenali komplek perumahan ini. Aarden Townhouse. Setahu Keisya, harga rumah di sini tidak murah. Aarden jelas membuat kompleks perumahan ini untuk para kaum elit. Fasilitas yang diberikan juga sepadan dengan harga yang dipatok. Mereka tiba di depan rumah dengan gaya minimalis berlantai dua. Jika dibandingkan dengan rumah keluarganya, rumah ini kemungkinan hanya berkisar separuh luas rumah milik papanya. Tapi rumah itu jelas sangat nyaman. Apalagi dengan taman kecil yang ada di halaman depan. Tepatnya di sebelah carport. Rumput gajahnya dipangkas dengan rapi. Ada pula kolam ikan dengan air mancur yang bergemericik. Kenzo turun terlebih dahulu dan langsung menuju bagasi mobil untuk mengeluarkan koper mereka. Setelah menginap sehari di rumah orang tua Kenzo, keduanya ke rumah Keisya untuk mengemas barang-barang dan menyewa jasa pindahan. “Ini Bi Iin. Yang bantu bersih-bersih dan masak di sini.”
Mereka sampai di kediaman orang tua Kenzo pukul setengah sepuluh pagi. Hari ini memang Kenzo dan Keisya akan pulang ke rumah orang tua Kenzo dulu. Sebelum memutuskan di mana mereka akan tinggal selanjutnya. Mama Jenny menyambut keduanya dengan antusias, sambil memperlihatkan senyum-senyum menggoda. Kenzo sudah jelas mengenali senyum itu. Pasti Mama Jenny mengira jika putranya sudah melakukan malam pertama. Sayangnya pikiran perempuan itu sama sekali tidak benar. Setelah pesta, pasutri itu memang berencana untuk menginap di hotel semalaman. Tapi tidak untuk satu kamar. Mereka memesan dua kamar yang bersebelahan, karena Kenzo yang memintanya. “Kenzo bawa istrimu ke kamarmu dulu. Turun lagi pukul satu siang ya. Kita makan siang bersama.” “Baik, ma.” Kenzo melirik Keisya. Mengkode perempuan itu mengikutinya. Koper mereka sudah dibawakan pelayan ke atas. Mereka menaiki lift dalam diam hingga kotak besi itu berhasil mengantarkan mereka sampai ke lantai dua. Kenzo melangkah keluar terle