Share

04. Mertua Idaman

Author: dwiditaa29
last update Last Updated: 2025-05-17 14:01:15

Mereka sampai di kediaman orang tua Kenzo pukul setengah sepuluh pagi. Hari ini memang Kenzo dan Keisya akan pulang ke rumah orang tua Kenzo dulu. Sebelum memutuskan di mana mereka akan tinggal selanjutnya. 

Mama Jenny menyambut keduanya dengan antusias, sambil memperlihatkan senyum-senyum menggoda. Kenzo sudah jelas mengenali senyum itu. Pasti Mama Jenny mengira jika putranya sudah melakukan malam pertama. Sayangnya pikiran perempuan itu sama sekali tidak benar. 

Setelah pesta, pasutri itu memang berencana untuk menginap di hotel semalaman. Tapi tidak untuk satu kamar. Mereka memesan dua kamar yang bersebelahan, karena Kenzo yang memintanya. 

“Kenzo bawa istrimu ke kamarmu dulu. Turun lagi pukul satu siang ya. Kita makan siang bersama.” 

“Baik, ma.” 

Kenzo melirik Keisya. Mengkode perempuan itu mengikutinya. Koper mereka sudah dibawakan pelayan ke atas. Mereka menaiki lift dalam diam hingga kotak besi itu berhasil mengantarkan mereka sampai ke lantai dua. Kenzo melangkah keluar terlebih dahulu diikuti Keisya yang mengekor di belakang laki-laki itu. 

Keisya mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut-sudut rumah orang tua Kenzo. Jelas rumah ini megah dan mewah dengan gaya mediteranian. Rumah orang tuanya memang cukup besar juga, tapi tidak sebesar istana ini. Rumah ini rasanya lebih tepat disebut sebagai mansion. Saat pertama kali ke sini, Keisya hanya tahu lantai satu saja. 

Mereka sampai di dalam kamar Kenzo. Di samping pintunya ada koper keduanya. 

“Kamar kamu ada disebelah kanan. Ini kamar saya. Kita akan beda kamar selama pernikahan ini.” 

Keisya tercengang. Bagaimana bisa satu rumah tetapi berbeda kamar? Jika orang tua Kenzo mengetahui hal itu apakah mereka tidak akan kena masalah?

“Jangan khawatir, saya sudah mempersiapkan ini semua. Lift menuju lantai dua sudah saya kunci dengan sistem otomatis saya. Jadi, tidak ada yang bisa masuk kesini kecuali kamu yang memberitahukannya kepada orang tua saya.” 

“Oke.” Keisya yang lelah, saat ini merasa tidak peduli dengan celotehan Kenzo. Ia melangkahkan kakinya dan membuka pintu kamar yang sudah Kenzo persiapkan untuknya. 

Kamar itu terlihat rapi. Tidak terlalu feminim, tapi cukup bagus dengan interiornya. 

Keisya menjatuhkan bokongnya di atas tempat tidur. Kehidupan pernikahannya baru dimulai dan Keisya hanya bisa menebak-nebak bagaimana rumah tangganya berjalan dengan Kenzo. Keisya menggeram dalam hati, bahkan sampai ketiduran. 

Sementara di sisi kamar sebelah kiri, alias kamar Kenzo. Pria itu melepas kemejanya begitu ia sampai di kamarnya, lalu menyampirkannya di punggung sofa kemudian menghempaskan tubuhnya ke kasur kesayangannya. Rasa lelah atas serangkaian pesta kemarin menggerogoti tubuhnya. Rasa-rasanya Kenzo tidak akan sanggup beraktivitas hari ini.

Kenzo berbaring menyandar di kepala ranjang. Selimut menutupi seluruh kaki hingga pinggang. Laki-laki itu menggulir ponselnya. Mencari nama Alya -mantan kekasihnya di kolom pencarian. 

Kenzo menemukannya. Ia mengeklik foto bagian profil yang jelas terlihat bahwa wanita itu sedang berpose layaknya princes di suatu tempat. Alya memang memiliki tubuh yang bagus, bahkan lebih bagus dari Keisya. Sayangnya, ia tidak secantik Keisya dan tidak sesabar Keisya. 

“Hai, Al. Kamu apa kabar? Foto kamu memang selalu cantik. Cantik seperti aslinya. Aku kangen, bisakah kita bertemu sebentar saja?” ucapnya dengan nada teriris. 

Kemudian Kenzo kembali menatap layar ponselnya guna mencari postingan di media sosial Alya lebih banyak. Beberapa foto juga terlampir di sana. Alya memang suka meng-upload fotonya di sosial media. Semasa mereka berpacaran dulu, Alya memang sering mengabadikannya melalui sosial medianya yang menurut wanita itu adalah moment penting. 

*** 

Keisya bangun dengan tubuh yang rasanya remuk. Terutama kakinya. Bagian tubuhnya yang itu terasa paling pegal karena berdiri seharian untuk menyalami para tamu. Bisa dipastikan jika kakinya itu bengkak. Rasanya panas sekali. 

Ia menatap langit-langit kamar. Keisya tidak tahu pukul berapa sekarang. Gorden kamar masih tertutup rapat, jadi Keisya tidak tahu sudah setinggi apa matahari di langit. Ia tertidur sangat pulas karena semalam tidurnya sempat terganggu. Ia bahkan tidak bermimpi. 

Tok tok ~ 

“Siapa?” suara itu berasal dari dalam kamar Keisya. 

“Kamu sudah bangun?” 

Keisya beranjak dari ranjangnya, ada Kenzo yang berdiri di depan pintu kamar. Laki-laki itu tampak segar dengan rambutnya yang basah. Sepertinya laki-laki itu baru selesai mandi. Bagian leher kausnya saja masih terlihat basah. 

“Jam berapa sekarang?” 

“Sudah pukul 1 siang.” 

Hah. Sudah sesiang itu ternyata. Keisya langsung meraih ponsel yang ada di nakas. Ia mengernyit karena benar yang dibilang Kenzo. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Itu artinya makan siang akan segera dilaksanakan. Ibu mertua nya berkata bahwa ia akan menunggunya di meja makan pukul satu. 

“Kenapa tidak membangunkanku?” 

“Saya juga baru bangun 30 menit yang lalu dan sepertinya kamu masih tidur sangat pulas. Pintu kamarmu masih terkunci rapat. Saya tidak mau mengganggu tidur kamu, saya tahu kamu kelelahan karena acara kemarin.” 

Keisya diam tidak menanggapi jawaban dari Kenzo. Ia lupa bahwasanya mereka memang saat ini tidak satu kamar. Jadi, jika Keisya sudah bangun pun Kenzo tidak akan mengetahuinya kalau mereka tidak saling keluar kamar. 

***

“Keisya, sini makan nak. Mama sudah menyuruh koki di rumah ini untuk menghidangkan makanan paling lezat. Kamu makan yang banyak ya, Sayang.” Jenny. Ibu mertua yang diharapkan semua perempuan di dunia ini benar-benar sangat menyayangi Keisya layaknya anak kandung. 

“I-iya, ma. Oh iya, papa di mana ma? Nggak ikut makan bareng?” tanya itu keluar dari mulut Keisya yang menyadari bahwa tidak adanya Zayden di tengah-tengah mereka. 

“Ikut kok. Nanti papa akan menyusul. Kita mau menunggu papa atau duluan saja?” 

“Nunggu papa dulu aja, ma. Nggak enak juga kalau duluan. Lebih enak bareng-bareng makannya.” sahut Kenzo yang dianggukkan oleh Jenny. 

Setelah menunggu sekitar 2 menit, akhirnya Zayden datang. Ia menarik kursinya untuk duduk kemudian Jenny mengambilkan secentong nasi dan ditaruh di atas piringnya. Mama Jenny juga menuangkan segelas air untuk suaminya. 

Sementara Keisya yang belum mengerti menjadi seorang istri, jujur saja saat ini ia masih gugup. Ia takut hal yang dilakukannya salah di mata Kenzo. Untungnya ada Mama Jenny. Ibu mertuanya itu mengajarkan Keisya untuk melayani Kenzo yang saat ini sudah sah menjadi suaminya. Jenny tidak marah. Hal seperti itu sangat lumrah bagi semua perempuan yang baru saja menikah. Toh hidup Keisya juga biasanya selalu di siapkan, jadi tidak heran kalau dia belum terbiasa untuk menyiapkan. 

“Maaf, ya, ma.” 

“No, it’s okay darling. Mama nggak marah. Hal ini wajar bagi siapapun perempuan diluar sana.” 

Keisya benar-benar beruntung memiliki ibu mertua seperti Jenny ini. Sudah baik, ramah, dan tidak nge-judge orang seenaknya. Ia benar-benar ibu yang baik untuk anaknya. Pantas Kenzo sangat sangat dan menghargai ibunya, tapi kenapa tidak dengan Keisya yang ia anggap seperti tidak ada. 

“Ngomong-ngomong, kalian akan tinggal di mana setelah ini?” tanya itu keluar dari mulut Zayden. Sambil melangsungkan makan malam, Zayden pikir ini adalah moment yang pas untuk dia menanyakan hal itu pada anak dan menantunya. 

Namun, keduanya memang belun memutuskan untuk tinggal di mana setelah menikah. Lebih tepatnya mereka belum mendiskusikannya. Beberapa hari yang lalu Jenny sempat menyampaikan jika Kenzo belum memiliki hunian setelah menikah, papanya akan memberikannya satu rumah. 

Keisya tidak masalah jika mereka harus tinggal di salah satu hotelnya. Hotelnya juga bukan hotel sembarangan. Hotelnya sudah masuk dalam kelas penthouse. 

“Papa sudah punya rumah untuk kalian. Kalian bisa tinggal di sana jika kalian bersedia.” 

“Kamu bersedia? Tapi jika kamu kurang nyaman, saya bisa mengikutimu untuk tinggal di mana saja yang kamu inginkan.” 

“Tidak. Aku tidak keberatan dan aku bersedia. Kita tinggal di sana saja.” 

Kenzo mengangguk. Soal rumah yang akan mereka tempati sudah disepakati yaitu pemberian dari sang papa. Zayden tinggal menghubungi asisten rumah tangga yang dipekerjakan di rumahnya untuk membersihkan rumah dan menyiapkan kamar untuk mereka. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Dingin    7. Honeymoon

    Mobil Kenzo terparkir di carport. Itu artinya Kenzo sampai lebih dulu dari pada dirinya. Begitu sampai dirumah Keisya ingin segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket di kamar mandi kamarnya. Sayangnya bayangan tentang berendam sejenak buyar saat langkah kakinya harus terhenti karena menjumpai seseorang di depan pintu. Melihat siapa yang menjumpainya itu, suasana hati Keisya menjadi masam. “Oh lihat, siapa yang datang. Mama dan papaku.” Di lain sisi, Kenzo juga terkejut mendapati keberadaan sang mertua. Laki-laki itu menundukkan kepalanya dan tersenyum tipis sebagai sapaan. “Selamat sore, ma, pa.” Sapa Keisya dan Kenzo bersamaan ramah pada mama papanya yang berdiri memandangi pasangan itu. “Hai, honey. Mantu ganteng dan anak cantik mama apa kabar?” “Baik ma.” Keisya tidak banyak bertanya. Perempuan itu mengangguk. Saat menoleh ke samping lagi untuk melihat keadaan Kenzo, dada suaminya sudah tidak kembang kempis seperti sebelumnya. “Kami keatas dulu, ma. Nanti biar kakak

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Dingin    06. Gara-gara Kenzo

    Kenzo dan Keisya. Hubungan pernikahan mereka masih berjalan kaku selama beberapa hari ini. Mereka masih seperti dua orang yang dipaksa untuk tinggal satu rumah yang sama. Sebatas itu. Kenzo memasuki ruang makan. Di sana sudah ada Bi Iin yang cekatan menghidangkan menu sarapan. Kenzo adalah ripe orang yang membutuh kan makanan berat untuk sarapan, jadi harus selalu ada nasi di pagi hari. Tidak hanya ada Bi Iin, pagi ini ada juga Keisya yang berpenampilan rapi. Perempuan itu memakai kemeja berwarna cream yang di kemudian dilapisi oleh v-neck cardigan keluaran Thom Brown berwarna hitam dan dipadukan dengan rok berwarna senada. Kenzo menarik kursi dan mulai membalik piring. Laki-laki itu tersentak saat Keisya bergabung di meja makan membawa secangkir kopi dan diletakkan di sebelah piring Kenzo. Matanya tidak berhenti mengikuti pergerakan Keisya setelah perempuan itu meletakkan cangkir kopinya. “Kamu mulai bekerja hari ini?” tanya Keisya. Kentara sekali jika pertanyaan itu sekedar basa

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Dingin    05. Rumah Baru

    Rolls-Royce Phantom yang dikemudikan oleh Kenzo memasuki komplek perumahan. Keisya mengenali komplek perumahan ini. Aarden Townhouse. Setahu Keisya, harga rumah di sini tidak murah. Aarden jelas membuat kompleks perumahan ini untuk para kaum elit. Fasilitas yang diberikan juga sepadan dengan harga yang dipatok. Mereka tiba di depan rumah dengan gaya minimalis berlantai dua. Jika dibandingkan dengan rumah keluarganya, rumah ini kemungkinan hanya berkisar separuh luas rumah milik papanya. Tapi rumah itu jelas sangat nyaman. Apalagi dengan taman kecil yang ada di halaman depan. Tepatnya di sebelah carport. Rumput gajahnya dipangkas dengan rapi. Ada pula kolam ikan dengan air mancur yang bergemericik. Kenzo turun terlebih dahulu dan langsung menuju bagasi mobil untuk mengeluarkan koper mereka. Setelah menginap sehari di rumah orang tua Kenzo, keduanya ke rumah Keisya untuk mengemas barang-barang dan menyewa jasa pindahan. “Ini Bi Iin. Yang bantu bersih-bersih dan masak di sini.”

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Dingin    04. Mertua Idaman

    Mereka sampai di kediaman orang tua Kenzo pukul setengah sepuluh pagi. Hari ini memang Kenzo dan Keisya akan pulang ke rumah orang tua Kenzo dulu. Sebelum memutuskan di mana mereka akan tinggal selanjutnya. Mama Jenny menyambut keduanya dengan antusias, sambil memperlihatkan senyum-senyum menggoda. Kenzo sudah jelas mengenali senyum itu. Pasti Mama Jenny mengira jika putranya sudah melakukan malam pertama. Sayangnya pikiran perempuan itu sama sekali tidak benar. Setelah pesta, pasutri itu memang berencana untuk menginap di hotel semalaman. Tapi tidak untuk satu kamar. Mereka memesan dua kamar yang bersebelahan, karena Kenzo yang memintanya. “Kenzo bawa istrimu ke kamarmu dulu. Turun lagi pukul satu siang ya. Kita makan siang bersama.” “Baik, ma.” Kenzo melirik Keisya. Mengkode perempuan itu mengikutinya. Koper mereka sudah dibawakan pelayan ke atas. Mereka menaiki lift dalam diam hingga kotak besi itu berhasil mengantarkan mereka sampai ke lantai dua. Kenzo melangkah keluar terle

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Dingin    03 . Hari Pernikahan

    Siang itu Kenzo kembali menjemput Keisya di kantornya. Seminggu yang lalu keduanya sudah bertemu dengan pihak WO. Hari ini mereka akan mengunjungi butik untuk mengukur badan untuk gaun dan tuksedo. Selama ini Keisya tidak punya keinginan tertentu untuk pesta pernikahannya, karena ia sendiri memang tidak menaruh harapan besar pada pernikahannya. Ia sendiri sudah membayangkan jika Kenzo akan menceraikannya setelah masing-masing tujuan mereka sudah tercapai melalui pernikahan ini.Mereka sampai di butik dan disambut oleh asisten designer yang bekerja di sana. Perempuan yang mengenalkan dirinya sebagai Vanya itu membimbing mereka menuju sebuah ruangan. Di dalam ruangan tersebut ada beberapa gaun yang terpajang. Tidak hanya warna putih, ada beberapa warna lain. “Kenzo!” itu adalah suara Melisa Adriano. Perancang busana sekaligus adik perempuan dari Zayden Adriano. Melisa akan membantu Keisya mewujudkan gaun yang diinginkannya. Tante dari pria yang akan dijodohkan dengannya itu cukup ter

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Dingin    02. Surat Perjanjian

    “Vy, tolong reservasi meja untuk dua orang malam ini. Dan carikan gue informasi nomor ponsel pribadi, Keisya.” “Siap laksanakan, Bos!” Ivy -sekertaris pribadi sekaligus sahabat pria dingin itu tersenyum kecil pada Kenzo yang saat ini begitu fokus dengan layar komputernya. Sedikit geli mendengar atasannya memintanya mencari tahu ponsel calon istrinya. Bukankah aneh jika tidak mengetahui nomor ponsel pribadi seseorang yang sudah ditetapkan sebagai calon pasangan sehidup-semati. Oh, Ivy lupa kondisi mereka sedikit berbeda dengan calon-calon pasangan pada umumnya. Ivy meninggalkan Kenzo dan kembali ke mejanya sendiri. Melakukan tugas yang diberikan kepadanya. Pertama ia akan melalukan reservasi di restoran langganan Kenzo, kemudian mencari nomor ponsel Keisya. Sebelumnya mereka memang sudah mengantungi nomor ponsel Keisya, namun itu nomor yang digunakan untuk kepentingan pekerjaan. Kenzo menghentikan kegiatannya mengecek file di monitor saat ponselnya bergetar. Ada pesan dari Ivy yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status