Chapter: Ciuman yang Sebenarnya "Tapi... cuma satu yaitu gimana caranya bawa kamu pulang dengan selamat dari cengkeraman bajingan itu.”Alya tidak bisa berkata-kata lagi. Ia hanya bisa menangis, menumpahkan semua emosi yang telah ia pendam selama berbulan-bulan. Beban yang terasa seperti gunung di pundaknya kini perlahan terangkat, menguap ke udara.Arka menariknya perlahan ke dalam sebuah pelukan. Bukan pelukan posesif atau penuh gairah, melainkan pelukan yang menenangkan. Pelukan seorang pelindung. Alya membalas pelukan itu, membenamkan wajahnya di dada bidang Arka, menghirup aroma suaminya yang kini terasa seperti aroma keamanan itu sendiri.“Aku capek, Ka,” isak Alya. “Capek takut. Capek bohong.”“Aku tahu,” bisik Arka di puncak kepalanya. “Aku juga capek. Capek pura-pura nggak peduli. Capek jadi pengecut yang nggak berani ngakuin perasaannya sendiri.”Alya sedikit melonggarkan pelukannya, menatap Arka dengan mata sembapnya. “Perasaan?”Arka menatapnya lekat. Semua keraguan, semua ego, semua ketakutan yang selam
Last Updated: 2025-10-27
Chapter: Pengakuan Arka“Kapan lo bisa balik syuting? Kita butuh kepastian, Ka. Paling nggak, kasih kami perkiraan.” Pertanyaan Revano menggantung di udara, sebuah jembatan rapuh yang menghubungkan dunia nyata dengan neraka pribadi yang baru saja ia tinggalkan. Arka memejamkan matanya sejenak, satu tangannya yang bebas memijat pangkal hidungnya yang terasa nyeri. Suara sahabatnya itu terdengar begitu jauh, seolah berasal dari dimensi lain. Dimensi di mana jadwal syuting dan tuntutan produser masih menjadi hal terpenting di dunia. “Gue… gue usahain secepatnya, Van,” bisik Arka, suaranya serak karena kelelahan dan emosi yang terkuras. Matanya tak pernah lepas dari sosok Alya yang terbaring di ranjang, napasnya teratur namun gelisah. “Nanti gue kabarin lagi. Sorry.” “Oke, bro. Jaga diri. Kalau butuh apa-apa…” “Iya. Thanks.” Arka memutus panggilan tanpa menunggu kalimat Revano selesai. Ia meletakkan ponselnya kembali ke atas meja dengan gerakan lambat, seolah benda itu memiliki bobot berkilo-kilo. Kehen
Last Updated: 2025-10-27
Chapter: Mimpi Buruk Itu Masih Ada "Kenapa…?” bisik Alya setelah meletakkan gelasnya.Matanya yang sembap menatap Arka, penuh dengan pertanyaan yang tak terungkap."Kenapa kamu nggak marah?”Arka menghela napas panjang. Ia duduk di samping Alya, mengambil kedua tangan wanita itu ke dalam genggamannya. Tangan Alya terasa sedingin es.“Marah?” Arka menggeleng pelan. “Untuk apa? Marah karena kamu berusaha melindungi aku? Marah karena kamu menanggung beban yang sama sekali bukan salahmu sendirian?”Ia menatap lekat ke dalam mata Alya. “Satu-satunya orang yang berhak aku marahi adalah diriku sendiri, Al. Aku marah karena aku buta. Aku marah karena aku malah nyakitin kamu dengan cemburu dan ego bodohku, padahal di saat yang sama kamu lagi berjuang sendirian ngelawan monster itu.”Air mata yang Alya kira sudah habis, kembali menggenang di pelupuk matanya. “Aku takut… aku takut banget kamu bakal benci aku, Ka. Kalau kamu tahu…”“Ssssttt…” Arka menarik Alya ke dalam pelukannya, membenamkan wajah wanita itu di dadanya. “Jangan
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Gema Setelah Badai Dunia di sekeliling Alya saat ini terasa berputar dalam kaleidoskop buram. Seragam biru tua, kilatan lencana, hingga suara-suara asing yang tajam dan berwibawa. Namun, satu-satunya hal yang nyata, satu-satunya jangkar di tengah badai itu, adalah sepasang mata di hadapannya. Mata Arka. Hangat, lekat, dan penuh janji yang baru saja terucap. “Ayo kita pergi dari sini,” bisik Arka, suaranya rendah dan mantap, membelah keributan di sekitar mereka.Tangannya yang menangkup wajah Alya bergerak turun, menggenggam bahunya dengan erat namun lembut. Ia memutar tubuh Alya, menjadikannya punggungnya sebagai perisai hidup yang menghalangi pemandangan Rio yang kini digiring oleh dua orang petugas. “Tunggu sebentar, Arka-san.” Suara Kenji terdengar, tenang dan profesional. “Petugas perlu beberapa keterangan awal.” Kevin yang berdiri di sampingnya menyahut cepat, “Biar saya yang urus, Kenji-san. Namun sekarang saya harus bawa mereka pulang. Kondisi Alya nggak memungkinkan.” “Saya mengerti,” jawab
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Akhir dari RioTeriakan putus asa Rio berubah menjadi pekikan kaget saat momentumnya hilang, tubuhnya terlempar ke samping, jauh dari Alya dan Reyhan.TRAK!Serpihan kayu runcing itu terlepas dari genggamannya, berputar di udara sebelum jatuh dengan suara kering di atas lantai kayu yang mahal. Ancaman itu telah berlalu, tetapi badai di dalam ruangan itu baru saja mencapai puncaknya.Arka tidak berhenti. Didorong oleh amarah murni dan ketakutan yang baru saja mencengkeram jantungnya, ia menarik kerah baju Rio, menyeret pria itu berdiri hanya untuk menghantamnya lagi. Pukulan kali ini bukan lagi sekadar luapan emosi, melainkan sebuah pernyataan. Setiap bogem mentah yang mendarat adalah eksekusi atas setiap detik teror yang Rio ciptakan.“Ka, udah! Cukup!” Suara Alya terdengar parau, nyaris tak dikenali. Ia merosot lemas jika saja Reyhan tidak menahannya lebih erat. “Nanti kamu bisa bunuh dia…”Arka seolah tidak mendengar. Ia memojokkan Rio ke dinding, napasnya terengah-engah seperti binatang buas yang
Last Updated: 2025-10-22
Chapter: Duel Arka Vs RioUdara di ruangan mewah itu seakan membeku, tertekan oleh bobot amarah dalam dua kata yang diucapkan Arka. “Lepasin istri gue!” Suara itu bukan teriakan, tapi sebuah geraman yang dalam dan pelan. Suaranya menunjukkan kemarahan yang luar biasa dan sebagai pertanda bahwa perkelahian tidak bisa dihindari.Rio, bukannya gentar, justru melengkungkan bibir. Senyumnya adalah goresan sinis di wajahnya yang tampan, sebuah provokasi terang-terangan. Ia tidak melepaskan Alya, malah menarik gadis itu lebih dekat, menjadikan tubuh gemetar Alya sebagai perisai manusia.“Oh, lihat ini,” cibir Rio, matanya menari-nari mengejek antara Arka dan Alya. “Pahlawan kita akhirnya muncul. Tapi kayaknya telat deh, Bro. Udah gue cicipin duluan.”Ucapan itu adalah bensin yang disiramkan ke api. Namun, sebelum Arka sempat meledak, sebuah gerakan cepat terjadi di sisi lain ruangan. Bukan Arka, melainkan Reyhan yang bergerak lebih dulu. Dengan ketenangan seorang dokter di ruang gawat darurat, ia melangkah maju, tang
Last Updated: 2025-10-21
Bara Dendam Sagara
Di puncak kejayaannya, Sagara Wicaksana adalah mutiara Perguruan Banyu Langit, pewaris takhta yang tak tertandingi. Namun, dalam sekejap, surga itu runtuh. Ia dituduh membunuh gurunya sendiri dan dikhianati oleh sahabat yang paling ia percaya, Rangga Pradipta.
Dibuang ke laut untuk mati, takdir justru menuntunnya pada Ki Jatmika—pendekar sakti yang telah lama menghilang dari dunia persilatan. Di bawah bimbingannya, Sagara mengasah diri, menelan pahitnya kesunyian, dan memupuk api dendam selama tujuh tahun.
Kini, ia kembali dengan wajah baru. Satu per satu, mereka yang merenggut kehormatannya akan diburu tanpa ampun. Tujuh tahun lamanya kebencian membakar nadinya, dan kini saatnya dunia persilatan mengenal siapa dirinya yang sebenarnya.
"Aku bukan Sagara yang dulu. Aku malapetaka, yang takkan berhenti sampai kalian binasa!"
Read
Chapter: Bab 22“Serangan tak terhindarkan?” ulang Sagara, napasnya masih tersengal. Kekecewaan membakar dadanya lebih panas dari tenaga dalam yang baru saja ia lepaskan. “Apa bedanya, Guru? Aku tidak mengerti.”“Sebuah palu godam itu tak tertahankan,” jawab Ki Jatmika, suaranya tenang seperti permukaan danau di pagi hari. “Ia bisa menghancurkan gerbang benteng. Tapi seorang penjaga yang waspada bisa melihatnya datang dari jauh dan menghindar. Seranganmu tadi adalah palu godam.”Ki Jatmika mengambil sehelai daun kering dari tanah. “Sekarang, bayangkan sebuah jarum,” lanjutnya sambil mengangkat daun itu. “Ia tidak bisa menghancurkan gerbang. Tapi jika dilemparkan oleh seorang ahli, ia bisa menembus celah terkecil di baju zirah penjaga itu. Ia tidak tertahankan, tapi ia tak terhindarkan. Itulah Arus Bawah.”Sagara menatap lubang dangkal di batu karang. Ia mengerti teorinya, tapi tubuhnya menolak. “Naluriku, setiap serat ototku berteriak untuk melepaskan kekuatan penuh. Bagaimana cara mengubah palu menj
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Bab 21Sagara mengerutkan kening. “Tusukan Arus Bawah? Itu jurus yang menembus pertahanan, tapi apa bedanya dengan serangan telapak tangan biasa?”Ki Jatmika melangkah mendekat, matanya berkilat di bawah sinar bulan yang meredup. “Serangan biasa bisa dihindari, Sagara. Ia mudah terlihat. Tusukan Arus Bawah bukanlah serangan frontal. Ia adalah bisikan di telinga, racun di dalam cangkir anggur. Ia bukan hanya tentang kekuatan yang tak tertahankan, melainkan kekuatan yang tak terduga.”Ia menjentikkan jarinya ke arah Sagara. Jentikan itu begitu cepat dan lembut, Sagara hampir tidak merasakannya. Tapi sesaat kemudian, sebuah sensasi terbakar muncul di titik energi tepat di atas jantungnya.Sagara terkejut, memegang dadanya. Serangan itu nyaris tak terdeteksi oleh Bisikan Samudra-nya, dan itu dilepaskan hanya dengan satu jentikan santai. Jika itu adalah serangan mematikan, ia pasti sudah mati.“Arus Bawah bekerja dengan meniru alam,” Ki Jatmika menjelaskan, menarik tangannya kembali. “Bayangkan s
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Bab 20Matanya yang biasa teduh kini berkilat penuh kemenangan dan kekejaman yang.....tak pernah ia lihat seumur hidupnya. Sesuatu yang begitu pekat dan murni dalam kebusukannya.Sagara terhuyung mundur seolah dadanya baru saja dihantam palu godam tak kasatmata. Liontin giok itu terlepas dari genggamannya yang gemetar, jatuh tanpa suara ke atas pasir lembut. Napasnya tersengal, dan dingin yang menusuk tulang menjalari seluruh tubuhnya, padahal angin malam di pantai ini terasa hangat. Gambaran itu, seringai Ki Adhi Pramana tampak terbakar di balik kelopak matanya, menolak untuk pergi.“Apa yang kau lihat, Nak?”Suara Ki Jatmika yang dalam dan tenang memecah keheningan, menarik Sagara kembali dari jurang kengerian. Sagara membuka matanya, menatap sang guru dengan pandangan kosong. Keringat dingin membasahi pelipisnya.“Aku... aku melihatnya, Guru.” Suaranya serak, nyaris berbisik. “Wajahnya, wajah pengkhianat itu.”Ki Jatmika tidak menunjukkan keterkejutan. Ia hanya mengangguk pelan, sorot mat
Last Updated: 2025-10-22
Chapter: Bab 19“Mustahil untuk diam di tengah badai, Guru! Mustahil untuk mencari setetes air tawar di tengah lautan asin!” bentak Sagara, matanya yang terpejam bergetar menahan gejolak. “Setiap kali aku mencoba fokus pada satu suara, seratus suara lain menyerbuku! Aku tidak bisa memisahkannya! Ini seperti mencoba menangkap angin dengan jaring!”Ki Jatmika tidak bergerak dari tempatnya berdiri, beberapa langkah di belakang Sagara. Suaranya terdengar tenang, tanpa terpengaruh oleh ledakan frustrasi muridnya. “Kau benar. Kau tidak akan pernah bisa menangkap angin dengan jaring. Itu sebabnya kau bodoh jika terus mencobanya.”“Lalu apa yang harus kulakukan?!” Sagara membuka matanya, menatap sang guru dengan putus asa. “Menyerah? Membiarkan semua suara ini menelanku hidup-hidup?”“Kau masih belum mengerti, Nak,” sahut Ki Jatmika sambil berjalan perlahan mendekati sebuah air terjun megah yang mengalir deras tak jauh dari pantai. Gemuruh airnya jauh lebih keras daripada debur ombak. “Masalahmu bukan pada t
Last Updated: 2025-10-18
Chapter: Bab 18Setelah berlatih tanpa henti hingga larut, Ki Jatmika akhirnya kembali ke rumahnya, meninggalkan Sagara sendirian dengan pikirannya. Nasihat sang guru terus terngiang. Menguasai diri. Gejolak di dalam hati. Sagara tahu persis apa maksudnya. Kekhawatiran akan nasib Larisa adalah badai yang tak pernah reda di dalam jiwanya. Ia duduk bersila di tepi pantai, tepat di batas antara pasir kering dan buih ombak yang datang dan pergi. Ia memejamkan mata, mencoba meniru ketenangan Ki Jatmika. Hembusan angin laut yang asin menyatu dengan setiap tarikan dan hembusan napasnya, membawa pikirannya ke dalam keheningan yang dalam. Suara debur ombak yang tadinya riuh, kini berubah menjadi irama yang menenangkan, seperti detak jantung samudra itu sendiri. Di tengah keheningan itu, sesuatu bergeser. Dunia di balik kelopak matanya yang gelap mulai membentuk gambaran. Tiba-tiba, mata batinnya terbuka. Bukan lagi visi samar yang dipenuhi ketakutan, melainkan sebuah penglihatan yang begitu jernih dan nyata.
Last Updated: 2025-10-17
Chapter: Bab 17“Dia dalam bahaya, Guru. Aku bisa merasakannya. Dia berada di sebuah tempat tersembunyi, mungkin di sebuah gua di balik air terjun. Tapi…” Sagara berhenti sejenak, matanya memancarkan ketidakpercayaan yang mendalam. “…tapi bukan Rangga yang bersamanya. Ada orang lain. Seseorang yang sangat kuat dan jauh lebih berbahaya.” Ki Jatmika terdiam, membiarkan Sagara menyelesaikan pikirannya. Ia tidak langsung melompat pada kesimpulan. “Kau harus berhati-hati, Sagara. Penglihatan dari mata batin bisa menipu. Ia sering kali merupakan cerminan dari ketakutan dan harapanmu sendiri, dibentuk menjadi bayangan yang terasa nyata.”“Tapi ini terasa begitu nyata, Guru!” desak Sagara, mencengkeram lengan Ki Jatmika.“Aku percaya padamu,” jawab Ki Jatmika dengan tenang. “Tapi aura yang kau rasakan itu, yang dingin dan tanpa emosi, maknanya tidak selalu tunggal. Aura seperti itu memang bisa jadi milik seorang pembunuh berdarah dingin. Tapi bisa juga, itu adalah aura seorang pendekar yang sudah membuang h
Last Updated: 2025-10-16