Beranda / Mafia / Istri Pengganti Sang Mafia / 05. Dia Belum Menyerah

Share

05. Dia Belum Menyerah

Penulis: Dedew Eirysta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-12 22:42:31

Tokyo menyambut Qey dan Rafael dengan kemegahan yang berbeda dari Kyoto. Di sini, gedung pencakar langit berdiri angkuh, lampu-lampu kota menyala bahkan di siang hari, dan keheningan pegunungan berganti dengan hiruk-pikuk metropolitan. Rafael menggandeng tangan Qey erat ketika mereka keluar dari bandara Haneda.

Limusin hitam sudah menanti. Sopir membukakan pintu dan Rafael mengajak Qey masuk tanpa sepatah kata pun. Di dalam mobil, Qey memperhatikan wajah Rafael yang kembali tegang. Dia tahu, pertemuan hari ini bukanlah sekadar silaturahmi biasa.

"Kenji Hayama dia benar-benar membantu mencariku waktu itu?" tanya Qey pelan.

Rafael menoleh. "Tanpa dia, kamu mungkin masih tersembunyi di sudut kota dengan identitas palsu. Dia menemukanmu lebih cepat daripada timku. Dia juga memjagamu dari hal-hal yang mungkin terjadi, dan … .” Tatapannya begitu intens. “Aku membayar mahal untuk semua itu!”

“Cih, bukan aku yang menyuruhmu untuk mencariku!” balas Qey dengan nada mencibir. “Memangnya apa yang dia inginkan? Kekuasaan?”

Rafael menggeleng. “Dia bisa mendapatkan kekuasaan dengan mudah.”

“Lalu?”

“Sebuah lahan dan bantuan untuk menyenangkan istrinya.”

Qey memiringkan kepalanya tidak begitu mengerti. “Lahan? Dia ‘kan bisa mendapatkannya dengan mudah? Pasti dia sangat mencintai istrinya.”

“Lahan itu ada di New York dan menjadi salah satu lahan yang dilindungi oleh negara,” jelas Rafael sambil melipat kedua tangannya. “Tidak mudah mendapatkannya, sehingga kaki tangan Kenji mendatangiku untuk mendapatkan lahan itu dengan bayaran akan mencoba mencari keberadaaanmu. Hanya dalam sekejab mereka bisa menemukanmu.”

Qey mengangguk mengerti, memang tidak ada yang gratis di dunia ini. Bukan cuma dalam dunia mafia, bahkan dalam dunia yang biasa saja orang akan membantu kalau ada keuntungannya. Hanya orang tertentu saja yang mau membantu dengan tulus.

“Lalu soal bantuan yang diinginkan oleh Kenji untuk istrinya?” tanya Qey masih penasaran dengan Kenji dan Elara.

“Bantuan mengembangkan kartel milik istrinya.”

“Hah? Istrinya … juga seorang mafia?”

“Secara tidak langsung begitu.”

Tak terasa mereka sampai di rumah Kenji Hayama yang terlihat bukan seperti rumah biasa, terletak di distrik Minato yang elit, rumah itu lebih menyerupai kuil modern bercampur benteng militer. Pagar elektronik, pengamanan ketat, dan penjaga yang bahkan tidak berkedip. Tidak ada satu pun rumah di sana, benar-benar sepi dan mencekam. Qey menggenggam tangan Rafael lebih erat saat gerbang terbuka.

Mereka disambut oleh pengawal dan pelayan yang berwajah dingin dan datar. Saat memasuki aula utama, suara langkah kaki yang tenang menyambut dari ujung ruangan. Kenji Hayama muncul. Pria itu tinggi, ramping, mengenakan setelan hitam khas Yakuza tanpa dasi. Wajahnya dingin seperti patung batu, dan matanya hitam kelam tanpa emosi.

"De Luca," sapa Kenji, suaranya dalam dan nyaris tanpa intonasi.

"Hayama." Rafael menyambutnya dengan anggukan.

Lalu Kenji menatap Qey. Sekilas, pandangan itu cukup membuat bulu kuduk Qey berdiri.

"Jadi ini wanita yang membuatmu kelimpungan?"

Rafael mengangguk. "Ya, dan sekarang dia adalah istriku."

"Hmm, keberanian atau kebodohan, aku belum memutuskan. Tapi dia tampak menarik,” seru Kenji tersenyum miring.

"Kenji," sebuah suara lembut memotong. Dari belakang pilar, muncullah seorang wanita muda dengan rambut panjang kecokelatan dan mata cokelat lembut. Wanita itu tersenyum pada Qey. "Maafkan suamiku, dia belum belajar sopan santun. Aku Elara, senang bertemu denganmu, Qey."

Qey yang sempat menegang langsung merasakan hawa hangat dari wanita itu. Mereka berjabat tangan.

"Senang bertemu denganmu, Nyonya Hayama. Terima kasih sudah mengundang kami,” balas Qey tersenyum manis.

“Elara saja,” timpal Elara yang lebih suka dipanggil nama daripada dipanggil dengan nama belakang suaminya. "Kamu cantik dan yukatamu bagus sekali.”

"Terima kasih. Aku masih menyesuaikan diri, Elara,” sahut Qey sudah bisa bersikap santai.

"Ayo kita bicara di taman belakang. Para pria itu ... lebih suka berdiskusi sambil diam dan saling mengintimidasi. Kita pasti akan bosan jika terus bersama mereka,” ajak Elara yang langsung dekat dan merasa nyaman dengan Qey.

Begitupun Qey yang merasa Elara orang yang tulus mau menerimanua. Mereka tertawa pelan sambil berjalan ke taman, meninggalkan Rafael dan Kenji dalam ruang makan yang mulai diisi dengan sake dan ketegangan mafioso.

*****

Taman di belakang rumah Kenji adalah surga kecil yang tersembunyi dari dunia. Dikelilingi pohon sakura yang mulai mekar dan kolam koi yang luas. Elara membimbing Qey duduk di tepi gazebo kayu.

"Apa kamu bahagia dengan pernikahamu?" tanya Elara tiba-tiba.

Qey terkejut lalu bersikap biasa. "Aku ... tidak tau. Sejujurnya, ini semua terlalu cepat. Pernikahan, bulan madu, dan dia."

"Rafael?"

"Ya, aku tidak tahu apakah dia benar-benar mencintaiku atau hanya ingin balas dendam atas kesalahan yang sudah aku perbuat,” balas Qey dengan tatapan bingung.

Elara menatap kolam. "Kenji juga seperti itu. Dingin, penuh luka, menuntut ketaatan, dan menyebalkan. Tapi perlahan berubah dengan caranya sendiri."

"Apakah kamu mencintainya?" tanya Qey penasaran.

"Aku belajar mencintainya." Elara tersenyum tipis. "Dan aku belajar bertahan, hanya dia yang aku punya di dunia ini. Meskipun dunia mereka tidak memberi banyak pilihan, tapi kamu bisa membuat pilihan di dalamnya."

Qey termenung. Kata-kata Elara menembus hatinya. Selama ini dia berpikir menjadi istri Rafael berarti kehilangan segalanya, tetapi mungkinkah dia bisa membentuk sesuatu dari reruntuhan itu?

Sementara itu di dalam, Rafael dan Kenji duduk di seberang meja kayu, masing-masing dengan segelas sake di tangan.

"Dia masih mencoba melarikan diri?" tanya Kenji sambil menyesap minumannya.

"Tidak lagi,” balas Rafael tersenyum miring. “Tapi aku tau dia belum menyerah."

"Kau menikahinya karena cinta atau dendam, De Luca?" tanya Kenji penasaran..

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Pengganti Sang Mafia   07. Orang Tua Gianna

    Ancaman ketiga datang dalam bentuk yang jauh lebih jelas, beberapa menit setelah Qey dan Rafael keluar dari ruangan sebuah peluru tajam menembus jendela ruang kerja itu.Para pengawal panic dan alarm dibunyikan. Seluruh rumah dikunci secara otomatis. Qey yang syok refleks menjerit, lalu langsung dibawa ke ruangan bawah tanah oleh Rafael.“Ini bukan sekadar ancaman. Ini adalah deklarasi perang,” ucap Rafael kepada salah satu pengawalnya.Dia memanggil Kenji lewat sambungan terenkripsi. Elara juga ikut dalam pembicaraan, menyarankan Rafael untuk memindahkan Qey sementara ke tempat lebih aman. Atau mungkin ke rumah mereka di Jepang, namun Rafael menolak.“Jika mereka ingin menyerangnya, mereka harus melewati aku terlebih dahulu.”Dilihatnya Qey yang masih syok, tetapi tidak menangis. Hanya diam sambil menghembuskan napas dengan pelan.“Semua akan baik-baik saja,” ucap Rafael menenangkan Qey.Perempuan itu menoleh dengan wajah datar. “Bohong! Tidak ada yang baik-baik saja dalam duniamu!”

  • Istri Pengganti Sang Mafia   06. Tidak Akan Pernah Normal

    Rafael menatap kosong ke cangkirnya. "Awalnya dendam, tapi sekarang aku ingin menjaganya. Dia satu-satunya yang membuat hidupku lebih berwarna."Bukan hanya setelah menikah, Qey memang membuat hidup Rafael lebih berwarna sejak menengenal Qey kecil yang menggemaskan. Dia yang merupakan anak tunggal selalu dituntut untuk melakukan yang keluarganya inginkan. Hingga akhirnya pindah sekolah dan berteman dengan Dean. Keluarga Dean tidak sekaya keluarganya, namun mereka begitu harmonis dan tidak menuntut banyak hal pada anak-anaknya. Lalu Rafael mengenal Qey yang terus melihat ke arahnya sampai memberikannya sebuah permen sambil tersenyum. Sejak saat itu Rafael selalu datang ke rumah Dean membawa cemilan untuk Qey dan selalu membela anak itu jika bertengkar dengan Dean. Dan seketika semuanya berubah saat Rafael harus pergi.Kenji menyipitkan mata. "Jangan sampai kamu jadikan dia kelemahan. Dunia kita tidak punya tempat untuk kelembutan, De Luca.”"Aku mengerti.”Kenji tertawa singkat. "Kamu

  • Istri Pengganti Sang Mafia   05. Dia Belum Menyerah

    Tokyo menyambut Qey dan Rafael dengan kemegahan yang berbeda dari Kyoto. Di sini, gedung pencakar langit berdiri angkuh, lampu-lampu kota menyala bahkan di siang hari, dan keheningan pegunungan berganti dengan hiruk-pikuk metropolitan. Rafael menggandeng tangan Qey erat ketika mereka keluar dari bandara Haneda.Limusin hitam sudah menanti. Sopir membukakan pintu dan Rafael mengajak Qey masuk tanpa sepatah kata pun. Di dalam mobil, Qey memperhatikan wajah Rafael yang kembali tegang. Dia tahu, pertemuan hari ini bukanlah sekadar silaturahmi biasa."Kenji Hayama dia benar-benar membantu mencariku waktu itu?" tanya Qey pelan.Rafael menoleh. "Tanpa dia, kamu mungkin masih tersembunyi di sudut kota dengan identitas palsu. Dia menemukanmu lebih cepat daripada timku. Dia juga memjagamu dari hal-hal yang mungkin terjadi, dan … .” Tatapannya begitu intens. “Aku membayar mahal untuk semua itu!”“Cih, bukan aku yang menyuruhmu untuk mencariku!” balas Qey dengan nada mencibir. “Memangnya apa yang

  • Istri Pengganti Sang Mafia   04. Siapkan Dirimu

    Qey berdiri terpaku, tangan menutupi dadanya, napasnya memburu karena kaget, malu, dan marah bercampur menjadi satu. Rafael berdiri di depannya dengan wajah dingin, seolah tidak merasa bersalah setelah merobek gaun yang dikenakannya. “Kamu gila!” teriak Qey, matanya berkaca-kaca. “Sudah kubilang kalau aku tidak suka pakaian dengan punggung bolong dan … robek bagian depan,” ucap Rafael tenang, lalu berjalan ke lemari. “Pilih gaun yang lain. Atau biar aku pilihkan.” Qey gemetar, bukan karena takut tetapi karena amarah yang menumpuk. Dengan kasar, ia mengambil jubah mandi dan menyampirkannya ke tubuhnya. “Kamu tidak berhak memperlakukan aku seperti ini!” Rafael menatapnya dari depan lemari. “Aku suamimu dan kamu milikku, jadi kamu harus menuruti semua ucapanku!” Malam itu tetap berlanjut. Qey akhirnya terpaksa mengganti pakaiannya, tidak munhkin kalau dia mengenakan pakaian robel, dia mengambil gaun gelap berlengan panjang yang membuat Rafael mengangguk puas. Qey menatap sinis l

  • Istri Pengganti Sang Mafia   03. Tapi Aku Tidak Suka

    Hari pernikahan itu akhirnya tiba. Di luar, dunia menyaksikannya sebagai sebuah perayaan mewah dua keluarga terpandang. Tetapi bagi Qey, ini adalah hari pemakaman dari kehidupan lamanya. Dia berdiri di balik tirai sutra putih kamar pengantin, tubuhnya dibalut gaun pernikahan rancangan eksklusif dari Milan, namun hati dan pikirannya terasa terkubur dalam peti yang tak bernafas. Dari luar jendela, dia bisa mendengar suara musik klasik mengalun dan tawa tamu-tamu terhormat. Rafael memang tahu caranya mengatur pertunjukan. Pernikahan itu dijaga ketat, disiarkan diam-diam ke media, dan diperlihatkan sebagai simbol persatuan dua dinasti besar. Tidak ada yang tahu bahwa sang pengantin perempuan berdiri di sana karena terpaksa. Pintu kamar terbuka. seseorang mengetuk pintu lalu Qey mempersilakannya untuk masuk. Dean muncul sambil tersenyum mendekatinya. “Apakah Kakak tidak bisa membantuku untuk kabur?” pinta Qey dengan penuh harapan. Gelengan diberikan oleh Dean sambil mengelus kepala

  • Istri Pengganti Sang Mafia   02. Permainan dari Kekuasaanmu

    Sore itu udara Tokyo terasa jauh lebih dingin daripada biasanya. Angin menusuk hingga ke tulang dan salju turun perlahan dari langit kelabu. Namun, dinginnya musim dingin tak sebanding dengan hawa yang membekukan seluruh tubuh Qey saat Rafael De Luca berdiri di ambang pintu studio seni kecil tempat ia bekerja. Tubuh Qey membeku. Ia hanya bisa menatap wajah lelaki itu, wajah yang dulu sering ia lihat di rumahnya, tersenyum tipis kepada ibunya, berbicara dengan ayahnya, mengacak rambut kakaknya, bahkan terkadang mengejeknya saat mereka masih kecil. Tapi pria di hadapannya sekarang adalah Rafael yang berbeda. Lebih dingin dan lebih berbahaya. "Ka-kamu tidak serius ‘kan?" Qey berusaha tersenyum miring, walau wajahnya pucat pasi. "Kamu tau aku tidak bermain-main, Qey!” balas Rafael dengan tegas. Dalam sekejap, Rafael menyentakkan pinggang Qey dan menariknya lebih dekat. Pelan tapi pasti, tangan dinginnya naik ke dagu Qey, memaksanya menatap ke matanya. "Aku memberimu pilihan, buka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status