(Bukan) Pernikahan Impian

(Bukan) Pernikahan Impian

By:  Nita Ve  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
10 ratings
22Chapters
3.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Vanella Rose Karina yang seharusnya bisa mewujudkan pernikahan impian bersama lelaki yang sangat dicintainya, Malvin Prawira, justru harus kehilangan sang calon suami di hari bahagia mereka. Tidak hanya itu, Vanella terpaksa harus menikah dengan saudara kembar Malvin, yaitu Marvino Prawira. Menghadapi hari-hari menyesakkan karena kehilangan Malvin, Vanella berusaha keras untuk tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Tidak hanya Vanella, para sahabatnya yaitu Ranti, Alby, dan Tara juga harus merasakan pahitnya kehidupan pernikahan. Masing-masing menyimpan rahasia yang ketika terkuak juga menggoyahkan persahabatan mereka. Akankah mereka terus bertahan dengan kehidupan pernikahan yang menyesakkan? Cover by: @qadridesign

View More
(Bukan) Pernikahan Impian Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Langit
gk lanjut kak
2023-04-30 08:15:00
0
user avatar
Chelsada Simanjuntak
ini ceritanya mandek apa gimana thor
2022-02-13 23:16:02
1
user avatar
Eluna
Bagus dan rapi.
2021-09-22 17:48:42
2
user avatar
Kingvillage
baru bab satu aja udah sedih :'(
2021-09-22 17:30:37
2
user avatar
Eneng Susanti
So sweet ... ceritanya bikin baper. Semangat, Kak.
2021-09-22 12:36:27
1
user avatar
Ei Rin
bagus kak ceritanya... lanjut kak..
2021-09-22 10:06:19
1
user avatar
Sellova96
Bagus ceritanya kak, next
2021-09-21 07:43:08
1
user avatar
Kingwanati
Good for reading
2021-09-20 22:53:27
1
user avatar
Triwahyuni Triwahyuni
ceritanya bagus kak, lanjutt...
2021-09-20 20:53:25
1
user avatar
Pena Air
wahh keren kak ceritanya
2021-09-20 20:47:33
1
22 Chapters
Bab 1. Pertemuan dan Perpisahan
Hiasan bunga mawar memenuhi kamar pengantin itu. Kelopaknya pun bertaburan di tempat tidur. Warna merah muda mendominasi, mulai dari dinding, gorden, selimut, dan berbagai benda lainnya. Sementara di depan meja rias, sang calon pengantin tengah menatap pantulan dirinya di cermin. Terukir jelas senyuman kebahagiaan di wajahnya. Di belakangnya duduk kedua sahabat yang mendampingi saat-saat mendebarkan itu. "Gue nggak nyangka, akhirnya hari ini datang juga," ucap Vanella Rose Karina sembari memegang tangan Ranti dan Tara sahabatnya yang sedari tadi berada di pundaknya. Hari itu memang adalah hari yang dinantikan Vanella sejak lama, di mana dia akan menikah dengan Malvin Prawira, sahabatnya ketika SMA. Perjuangan mereka tidaklah mudah. Malvin yang telah jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama telah berkali-kali ditolaknya. Bahkan dulu dia sangat membenci Malvin karena baginya Malvin hanyalah seorang siswa yang hobi bolos dan dikenal bobrok.
Read more
Bab 2. Hari Terakhir
Indahnya bunga-bunga di taman yang mengelilingi bangku tampak seperti gambaran suasana hati kedua sejoli yang tengah meneguk minuman sembari saling bertatapan itu. Mereka tertawa setelahnya. "Gila lo. Sebotol langsung abis?" ucap Vanella. "Iya lah. Namanya juga capek abis jogging. Lo apaan minum cuma segitu. Pantes badan lo kurus dan lembek kaya agar-agar," ledek Malvin. Vanella memukul lengan Malvin. "Kata siapa gue lembek? Gimana pukulan gue? Sakit, kan?" Malvin mengusap lengannya sambil meringis. "Sakit lah. Gak berubah ya dari dulu masih aja galak. Jadi ngeri mau nikah sama lo. Apa gak jadi aja, ya." Gadis berambut cokelat panjang itu menarik telinga Malvin dengan kuat sembari kembali memukuli lengan Malvin. "Bisa gak sih gak usah ngomong aneh-aneh? Kan gue udah bilang dijaga omongannya. Kan omongan itu doa. Pokoknya kalau terjadi apa-apa lo yang salah." 
Read more
Bab 3. Tanggung Jawab Baru
Kemewahan terlihat jelas di rumah besar berwarna putih itu. Rumah dengan tiga lantai yang belum lama selesai dibangun. Itulah rumah yang disiapkan Malvin untuk Vanella. Malam itu Vanella memijakkan kaki untuk pertama kalinya di sana. Namun, bukan dengan Malvin, melainkan dengan Marvino. Beberapa asisten rumah tangga menyambut kedatangan mereka dengan sapaan dan senyuman ramah. Mereka bergegas membawakan beberapa koper barang-barang yang dibawa sepasang pengantin baru itu. Bola mata Vanella berputar mengamati setiap detail rumah itu sambil dia terus memeluk boneka beruang pemberian Malvin. Kini kakinya menuntunnya ke lantai dua. Dia membuka pintu salah satu kamar. Dia pun dibuat tercengang dengan warna merah muda yang mendominasi kamar itu. Hampir seratus persen benda di kamar itu berwarna merah muda. Vino yang berdiri di belakang Vanella dibuat heran. Tatapannya menunjukkan kegelian. Bagi dirinya ten
Read more
Bab 4. Obat Kesedihan
Para asisten rumah tangga saling berbisik ketika Vanella dan Vino menuruni tangga dengan tangan yang bertaut erat. Mereka tersenyum sendiri melihatnya. Apalagi kali ini sepasang pengantin baru itu memperlihatkan senyum mereka seolah-olah kebahagiaan itu memang benar adanya. Saat hendak makan, keromantisan itu kembali terlihat. Vanella mengambilkan nasi dan lauk ke piring Vino. Mengetahui para ART itu memperhatikannya, Vino pun menyuapi Vanella. Awalnya Vanella diam sejenak, lalu perlahan dia membuka mulutnya. "Bener-bener pengantin baru yang romantis, ya," ujar Bi Dara, salah satu ART di ruma Vanella. "Iya. Cocok banget. Ganteng dan cantik," jawab Bi Sasti. Bisikan itu terdengar di telinga Vanella dan Vino. Hal itu membuat Vino menyeringai puas.  "Aku ada perlu. Jadi keluar bentar. Kalau papa dateng, tolong bilang suruh nunggu, ya," ujar Vino setelah menghabiskan makanan di
Read more
Bab 5. Kejutan dalam Kenangan
Sebelumnya rumah yang sangat luas itu dipenuhi tawa Vanella dan para sahabatnya. Namun, malamnya setelah ketiga sahabat Vanella itu pulang, rumah kembali sepi. Vanella pun kembali ke mode diam dan murung.  Bingung akan melakukan apa sambil menunggu sang suami pulang, Vanella akhirnya memutuskan untuk melihat-lihat isi rumahnya. Dia belum tahu persis setiap ruangan di rumah itu, terutama di lantai tiga.  Ternyata yang ada di lantai tiga bukanlah kamar seperti yang Vanella pikirkan sebelumnya, melainkan lapangan olahraga. Saat memasuki ruangan pertama, Vanella melihat ada net dan beberapa raket yang tergantung di sana. Jelas itu adalah lapangan bulutangkis. Begitu memasukinya, Vanella bisa melihat dengan jelas isi dalamnya. Dia tercengang karena isi ruangan itu mirip seperti lapangan bulutangkis dalam ruangan yang digunakan untuk ekskul di SMA-nya dulu di mana dia, Malvin, Ranti, dan Alby biasanya bermain bulutan
Read more
Bab 6. Keingintahuan
Sama seperti hari biasanya, pagi itu Vanella hendak ke dapur untuk membuatkan sarapan bagi sang suami. Dia tengah mengikat rambutnya di depan cermin.   Baru saja akan melangkah ke luar, Vino yang keluar dari kamar mandi mengadangnya. "Tunggu!"   Vino mengambil kertas yang ada di meja dan memberikannya pada Vanella. "Ini daftar makanan dan minuman yang aku suka dan nggak suka."   Bukannya fokus pada daftar isi, Vanella malah terheran-heran dengan Vino yang mengenakan masker. Karena wajah Vino tertutup masker, Vanella berani menatapnya.   "Kenapa? Sakit? Flu? Batuk? Biar aku ambilin obat, ya."   "Nggak usah. Aku nggak biasa minum obat."   "Nggak usah nolak. Kalau sakit harus diobatin.   "Aku nggak sakit." Vino memalingkan wajahnya.   "Terus kenapa pake masker?"   "Terserah aku. Inget ya, pernikahan
Read more
Bab 7. Pekerjaan Impian
Selama di perjalanan, Vanella hanya menatap ke luar kaca jendela mobil. Tenggelam dalam pikirannya sendiri. Namun, sopir taksi itu menghentikan lamunannya. "Mbak, abis ketemu pacarnya ya tadi?" Vanella terkejut. "Bukan. Itu temen saya, Pak. Saya sudah menikah." "Oh saya kira pacarnya, Mbak. Emang suami Mbak nggak marah kalau Mbak ketemu temen laki-laki?" "Enggak. Saya juga sudah izin sama suami." "Wah pengertian banget ya suami Mbak. Jarang lho ada lelaki kaya gitu. Kebanyakan malah pencemburu banget sama istri." Vanella hanya terdiam karena apa yang dipikirkan sopir itu tidaklah sama dengan kenyataan. Vino bukan melarang karena pengertian, tetapi karena tidak peduli. Sama seperti dia yang juga tidak akan peduli kalau Vino bertemu atau dekat dengan wanita lain. Baru turun dari taksi, Vanella sudah dihadang oleh Vino yang berdiri di depan
Read more
Bab 8. Merantaunya Kembali Alby
Malam itu, Alby yang hendak pergi ke Jakarta mampir ke rumah Ranti untuk berpamitan. Di jok belakang motornya sudah ada tas besar yang berisi pakaian dan beberapa barang lainnya. Buru-buru akan berangkat, Alby tidak bisa lama-lama di sana. Sehingga mereka hanya berbincang sebentar di depan rumah. "Cepet pulang, ya. Janji abis pulang langsung nikah," rengek Ranti sambil memegang erat lengan Alby. "Iya iya. Sabar dong. Kan aku kerja juga buat bahagiain kamu. Aku pasti cepet pulang. Aku kan bakalan kangen terus sama lesung pipi ini." Alby mengusap lesung pipi Ranti. "Sebel tau harus jauhan gini." "Kan nggak lama. Tenang aja. Ya udah ya aku mau berangkat. Mana tadi ayah kamu." "Oh ya, bentar." Ranti melepas tangan Alby, lalu masuk memanggil ayahnya. Mereka pun keluar bersama. "Nak Alby udah mau berangkat?" "Iya, Om."
Read more
Bab 9. Pacar Baru Tara
Pagi itu Ranti mengunjungi butik miliknya, Ranti's Boutique. Dia berusaha menyibukkan diri agar tidak dibayangi kesedihan karena kepergian Alby. Sesekali bahkan Ranti membantu melayani para pengunjung yang datang. Mengetahui Ranti baru saja ditinggal Alby merantau kembali, Tara datang ke butik untuk menghibur Ranti. Dia pun mengejutkan Ranti dari belakang dengan menepuk bahu gadis berambut ikal sebahu itu. Melihat Tara ada di depannya, Ranti tersenyum hingga terlihat lesung pipinya. "Tara! Ngapain lo pagi-pagi ke butik gue?" "Gue udah nebak pasti lo ke sini buat menghibur diri, kan? Gue sengaja dateng karena gue tau pasti lo lagi galau, lagi mewek bombay." "Ih enggak lah. Nih buktinya gue senyum." "Ya itu kan karena lo di sini. Coba kalau di rumah. Pasti udah ngabisin tisu sekardus." "Gue mah kalau sedih ya nangis aja. Nggak peduli tempat. Gue bukan Vanella y
Read more
Bab 10. Melupakan tanpa Menghindari
Sejak di mobil hingga tiba di rumah, Vanella beberapa kali mengecek ponselnya. Dia resah karena Pak Dito belum juga mengiriminya email. Ditambah masalah persahabatannya dengan Tara.  Begitu fokus pada ponselnya, Vanella sampai terkejut saat melihat Vino yang ternyata sedari tadi duduk di sofa yang ada di depannya. "Kok udah pulang?" Lelaki beralis tipis itu melipat tangan di depan dada. Dia mengernyit menatap sang istri sambil sesekali membetulkan maskernya. "Kenapa kelihatan nggak tenang gitu? Ada masalah?" Vanella meletakkan tasnya di sofa, lalu duduk sembari menghela napas. "Aku cuma lagi nungguin email Pak Dito. Padahal katanya cerpen yang buat aku edit mau dikirim pagi ini. Kok nggak ada email ya sampai sekarang? Apa aku salah nulis alamat emailku kemarin?" "Pak Dito udah ngirim ke emailku." "Apa? Kenapa ke email kamu?"&
Read more
DMCA.com Protection Status