Home / Mafia / Istri Pengganti Sang Mafia / 06. Tidak Akan Pernah Normal

Share

06. Tidak Akan Pernah Normal

Author: Dedew Eirysta
last update Last Updated: 2025-08-12 22:43:26

Rafael menatap kosong ke cangkirnya. "Awalnya dendam, tapi sekarang aku ingin menjaganya. Dia satu-satunya yang membuat hidupku lebih berwarna."

Bukan hanya setelah menikah, Qey memang membuat hidup Rafael lebih berwarna sejak menengenal Qey kecil yang menggemaskan. Dia yang merupakan anak tunggal selalu dituntut untuk melakukan yang keluarganya inginkan. Hingga akhirnya pindah sekolah dan berteman dengan Dean. Keluarga Dean tidak sekaya keluarganya, namun mereka begitu harmonis dan tidak menuntut banyak hal pada anak-anaknya. Lalu Rafael mengenal Qey yang terus melihat ke arahnya sampai memberikannya sebuah permen sambil tersenyum. Sejak saat itu Rafael selalu datang ke rumah Dean membawa cemilan untuk Qey dan selalu membela anak itu jika bertengkar dengan Dean. Dan seketika semuanya berubah saat Rafael harus pergi.

Kenji menyipitkan mata. "Jangan sampai kamu jadikan dia kelemahan. Dunia kita tidak punya tempat untuk kelembutan, De Luca.”

"Aku mengerti.”

Kenji tertawa singkat. "Kamu benar-benar berubah. Tapi hati-hati, musuhmu akan mencium bau sikapmu pada Qey seperti mencium bau darah."

Tak lama kemudian, pelayan datang untuk menyampaikan pesan Elara bahwa makan malam sudah siap. Kedua lelaki itu bersama-sama menuju ke meja makan agar tidak membuat istri mereka menunggu lama.

Makan malam disajikan di beranda dengan pemandangan Tokyo Tower dari kejauhan. Qey duduk di samping Elara yang mulai banyak bicara tentang hidupnya yang pernah tingal di Amerika dan kehidupannya selama di Jepang, tantangan sebagai istri Yakuza, dan bagaimana menjaga kewarasan di dunia yang penuh kekerasan.

Rafael tidak banyak bicara, matanya tak pernah lepas dari Qey yang terlihat senang dan antusias mendengar cerita dari Elara.

Saat malam semakin larut, Elara menepuk tangan Qey. "Besok aku ingin kamu ikut bersamaku ke panti asuhan tempatku menjadi sukarelawan. Ini akan membantumu melihat bahwa hidup di dunia mereka tidak harus selalu gelap."

Sebelum menjawab, Qey melihat pada Rafael yang mengangguk pelan. Dia tersenyum dan berkata, "Aku akan senang sekali."

Kalau hanya keluar bersama Elara, Rafael yakin Qey akan baik-baik saja. Kenji tidak mungkin membiarkan istrinya kenapa-napa, apalagi ada pengawal selalu siap siaga menjaga Elara.

"Simpan istrimu baik-baik, De Luca. Dunia kita selalu bergerak dan badai akan segera datang,” ucap Kenji memberikan saran serta peringatan.

Rafael mengangguk. "Aku tahu. Untuk pertama kalinya, aku punya sesuatu yang layak untuk dipertahankan."

Dan malam pun menutup pertemuan dua mafia dari dunia yang berbeda. Dalam ketegangan dan keheningan, lahirlah ikatan yang mungkin menjadi satu-satunya harapan untuk sesuatu yang lebih baik.

*****

Setelah dua minggu menghabiskan waktu di Tokyo dalam bulan madu yang tak terduga—dimulai dari awal yang canggung hingga momen intim pertama antara Rafael dan Qey—pasangan itu akhirnya kembali ke Italia. Selama di Jepang, mereka sempat berkunjung ke kediaman Kenji dan Elara, pasangan mafia lintas negara yang cukup disegani dan berpengaruh. Qey tidak pernah menyangka bahwa dirinya bisa merasa nyaman di lingkungan mafia, apalagi bersahabat dengan Elara yang lembut namun tangguh. Elara membuatnya merasa seperti manusia lagi, bukan sekadar istri pengganti dalam permainan kekuasaan Rafael.

Setelah pesawat mendarat dan konvoi kendaraan membawa mereka kembali ke kediaman keluarga De Luca, Qey membuka jendela limosin dan menghirup udara rumah yang kini terasa berbeda. Ada bagian dari dirinya yang nyaris nyaman, bahkan nyaris percaya bahwa mungkin, hanya mungkin, dia bisa menjalani hidup ini bersama Rafael. Namun dia tahu kalau ketenangan itu tidak bertahan lama. Apalagi bagi mafia seperti Rafael.

Sore itu, Qey duduk di balkon kamar mereka sambil membaca novel yang sempat dibelikan Rafael dari Jepang. Raut wajahnya terlihat santai, tubuhnya diselimuti sweater tipis karena udara musim semi mulai mendingin.

Tiba-tiba, sebuah amplop berwarna hitam mendarat di pangkuannya. Qey terlonjak kaget. Dia memandang ke sekeliling dengan panik, tetapi balkon di lantai atas itu seharusnya mustahil dijangkau orang luar. Tidak ada suara dan tidak ada bayangan.

Dengan tangan bergetar, dia membuka amplop itu.

‘Bahkan burung dalam sangkar emas pun bisa dicabik-cabik. Jangan terlalu nyaman, Nyonya De Luca. Kematian tidak butuh undangan’

Tidak ada tanda tangan. Tidak ada nama.

Qey terdiam. Dia buru-buru berdiri dan membawa surat itu masuk ke kamar. Rafael belum pulang dari urusan bisnisnya sore ini. Entah mengapa, dia merasa enggan langsung memberitahukan kepada suaminya. Bukan karena tidak percaya, tetapi karena dia takut Rafael akan menggunakan cara kekerasan yang tak terbayangkan kepada siapa pun yang dicurigainya.

Sampai malam tiba Qey memasukkan surat tersebut ke laci tersembunyi dalam lemari bukunya. Dia tidak tidur nyenyak. Setiap suara angin di jendela membuatnya gelisah. Dia mulai bertanya-tanya—apakah bulan madu itu terlalu indah untuk menjadi kenyataan?

Merasa bosan dan tidak bisa tidur, Qey berjalan-jalan ke taman pribadi di halaman belakang rumah. Ada suara langkah yang mengikuti dari kejauhan, tetapi setiap kali dia menoleh, tidak ada siapa pun. Para pengawal tetap berjaga, namun entah mengapa, Qey merasa ada celah yang tidak terlihat oleh mata biasa. Seorang pelayan membawa sebuah buket bunga ke kamarnya. Bunga mawar hitam.

"Siapa yang mengirim bunga malam-malam begini?" tanya Qey dengan dahi mengerut.

"Tidak ada nama, Nyonya. Hanya ini," ujar sang pelayan sambil memberikan secarik kertas kecil.

Di sana tertulis:

‘Kau akan menyesal telah menyandang nama itu. Bersiaplah’

Kali ini, Qey tidak bisa diam. Dia menunggu Rafael pulang dan menunjukkan kedua surat tersebut tanpa suara. Ekspresi wajah Rafael berubah drastis. Seketika, ruangan terasa membeku.

"Kenapa tidak segera memberitahuku?" tanya Rafael dingin.

"Karena aku tahu apa yang akan kamu lakukan," balas Qey tak gentar.

"Tentu saja aku akan memburu mereka. Dan kubunuh jika perlu!" desis Rafael sambil merobek surat itu di tangannya. “Ini bukan sekadar ancaman murahan. Mereka tahu siapa kamu. Mereka tahu siapa aku.”

“Siapa mereka?” bisik Qey tidak tahu mereka yang Rafael maksud.

Rafael menatap mata istrinya lama, lalu berjalan ke arah lemari dan mengambil sebuah kotak besi kecil. Dia mengeluarkan sepucuk pistol kecil dan menyerahkannya pada Qey.

"Mulai sekarang, kamu tidak boleh sendirian, bahkan di rumah ini. Dan kamu akan belajar cara bertahan hidup, Qey. Karena ini bukan hanya soal menjadi istriku. Ini tentang bertahan sebagai bagian dari dunia ini!” ucap Rafael sungguh-sungguh disertai perasaan khawatir.

Untung saja Qey mau memberitahunya tentang surat itu, kalau tidak pasti dia akan kecolongan. Dan sepertinya Rafael akan mengantisipasi dengan memperketat penjagaan di rumah.

“Sekarang kamu tidurlah! Jangan pikirkan apapun!” kata Rafael pergi meninggalkan perempuan itu begitu saja.

Seperti yang sudah diperingatkan oleh Kenji, sekarang Rafael harus extra menjaga Qey. Rafael memanggil orang kepercayaannya dan mulai menyisir semua jaringan musuhnya. Namun semua informasi mengarah pada satu kemungkinan: seseorang dari dalam.

"Seseorang dari rumah ini mengkhianati kita," gumam Rafael di ruang rahasianya sambil memandang layar monitor pengawasan. "Dan aku akan membuatnya membayar dengan mahal!"

Sementara itu, Qey hanya bisa berdoa dalam hati. Dunia mafia benar-benar tidak mengenal kata 'tenang' atau 'aman'. Bahkan cinta pun tidak cukup untuk menyelamatkanmu dari peluru yang datang tanpa suara.

Namun satu hal yang pasti, Qey tidak lagi bisa lari. Dia harus bertahan dan melawan serta bertarung jika perlu.

*****

Keesokan harinya, Rafael mengatur pelatihan intensif bagi Qey. Di area belakang mansion yang telah direnovasi menjadi tempat latihan pribadi, Qey mulai belajar menembak, bela diri dasar, dan cara membaca situasi berbahaya.

“Pegang senjatanya seperti ini. Jangan tegang, tapi jangan terlalu lemas,” ujar Rafael di belakangnya, membetulkan posisi tangan Qey yang sedang menggenggam pistol.

“Aku merasa seperti sedang bersiap untuk perang dunia,” gumam Qey mendesah pasrah.

“Karena kamu memang sedang hidup di dalamnya,” balas Rafael masih telaten melatih perempuan itu.

Hari pertama latihan Qey berkeringat cukup banyak, jatuh, terluka, bahkan menangis dalam diam. Tetapi dia tidak mau menyerah begitu saja. Ada bara kecil di dalam hatinya yang mulai menyala. Dia tidak ingin terus-menerus merasa seperti korban.

Malam hari, tubuh Qey terasa remuk. Ingin rasanya pergi dan menyerah, tetapi itu tidak akan menyelesaikan masalah.

“Aku mulai lupa rasanya hidup normal,” ucap Qey suatu malam dengan nada lelah.

“Masuk ke duniaku artinya kamu tidak akan pernah normal, Qey,” jawab Rafael.

Perempuan itu menatap Rafael dengan kesal. “Lalu kenapa kamu menyeretku masuk?!”

“Karena ini bagian dari hukumanmu, lagipula tidak hidup dengan normal bukan berarti tidak bisa bahagia.”

Qey sangsi dengan ucapan Rafael bahwa mereka bisa bahagia, lebih tepatnya Qey yang sedari awal tidak pernah bahagia dengan pernikahannya dengan Rafael, ditambah sekarang dia harus hidup sebagaimana seorang mafia. Benar-benar melelahkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pengganti Sang Mafia   07. Orang Tua Gianna

    Ancaman ketiga datang dalam bentuk yang jauh lebih jelas, beberapa menit setelah Qey dan Rafael keluar dari ruangan sebuah peluru tajam menembus jendela ruang kerja itu.Para pengawal panic dan alarm dibunyikan. Seluruh rumah dikunci secara otomatis. Qey yang syok refleks menjerit, lalu langsung dibawa ke ruangan bawah tanah oleh Rafael.“Ini bukan sekadar ancaman. Ini adalah deklarasi perang,” ucap Rafael kepada salah satu pengawalnya.Dia memanggil Kenji lewat sambungan terenkripsi. Elara juga ikut dalam pembicaraan, menyarankan Rafael untuk memindahkan Qey sementara ke tempat lebih aman. Atau mungkin ke rumah mereka di Jepang, namun Rafael menolak.“Jika mereka ingin menyerangnya, mereka harus melewati aku terlebih dahulu.”Dilihatnya Qey yang masih syok, tetapi tidak menangis. Hanya diam sambil menghembuskan napas dengan pelan.“Semua akan baik-baik saja,” ucap Rafael menenangkan Qey.Perempuan itu menoleh dengan wajah datar. “Bohong! Tidak ada yang baik-baik saja dalam duniamu!”

  • Istri Pengganti Sang Mafia   06. Tidak Akan Pernah Normal

    Rafael menatap kosong ke cangkirnya. "Awalnya dendam, tapi sekarang aku ingin menjaganya. Dia satu-satunya yang membuat hidupku lebih berwarna."Bukan hanya setelah menikah, Qey memang membuat hidup Rafael lebih berwarna sejak menengenal Qey kecil yang menggemaskan. Dia yang merupakan anak tunggal selalu dituntut untuk melakukan yang keluarganya inginkan. Hingga akhirnya pindah sekolah dan berteman dengan Dean. Keluarga Dean tidak sekaya keluarganya, namun mereka begitu harmonis dan tidak menuntut banyak hal pada anak-anaknya. Lalu Rafael mengenal Qey yang terus melihat ke arahnya sampai memberikannya sebuah permen sambil tersenyum. Sejak saat itu Rafael selalu datang ke rumah Dean membawa cemilan untuk Qey dan selalu membela anak itu jika bertengkar dengan Dean. Dan seketika semuanya berubah saat Rafael harus pergi.Kenji menyipitkan mata. "Jangan sampai kamu jadikan dia kelemahan. Dunia kita tidak punya tempat untuk kelembutan, De Luca.”"Aku mengerti.”Kenji tertawa singkat. "Kamu

  • Istri Pengganti Sang Mafia   05. Dia Belum Menyerah

    Tokyo menyambut Qey dan Rafael dengan kemegahan yang berbeda dari Kyoto. Di sini, gedung pencakar langit berdiri angkuh, lampu-lampu kota menyala bahkan di siang hari, dan keheningan pegunungan berganti dengan hiruk-pikuk metropolitan. Rafael menggandeng tangan Qey erat ketika mereka keluar dari bandara Haneda.Limusin hitam sudah menanti. Sopir membukakan pintu dan Rafael mengajak Qey masuk tanpa sepatah kata pun. Di dalam mobil, Qey memperhatikan wajah Rafael yang kembali tegang. Dia tahu, pertemuan hari ini bukanlah sekadar silaturahmi biasa."Kenji Hayama dia benar-benar membantu mencariku waktu itu?" tanya Qey pelan.Rafael menoleh. "Tanpa dia, kamu mungkin masih tersembunyi di sudut kota dengan identitas palsu. Dia menemukanmu lebih cepat daripada timku. Dia juga memjagamu dari hal-hal yang mungkin terjadi, dan … .” Tatapannya begitu intens. “Aku membayar mahal untuk semua itu!”“Cih, bukan aku yang menyuruhmu untuk mencariku!” balas Qey dengan nada mencibir. “Memangnya apa yang

  • Istri Pengganti Sang Mafia   04. Siapkan Dirimu

    Qey berdiri terpaku, tangan menutupi dadanya, napasnya memburu karena kaget, malu, dan marah bercampur menjadi satu. Rafael berdiri di depannya dengan wajah dingin, seolah tidak merasa bersalah setelah merobek gaun yang dikenakannya. “Kamu gila!” teriak Qey, matanya berkaca-kaca. “Sudah kubilang kalau aku tidak suka pakaian dengan punggung bolong dan … robek bagian depan,” ucap Rafael tenang, lalu berjalan ke lemari. “Pilih gaun yang lain. Atau biar aku pilihkan.” Qey gemetar, bukan karena takut tetapi karena amarah yang menumpuk. Dengan kasar, ia mengambil jubah mandi dan menyampirkannya ke tubuhnya. “Kamu tidak berhak memperlakukan aku seperti ini!” Rafael menatapnya dari depan lemari. “Aku suamimu dan kamu milikku, jadi kamu harus menuruti semua ucapanku!” Malam itu tetap berlanjut. Qey akhirnya terpaksa mengganti pakaiannya, tidak munhkin kalau dia mengenakan pakaian robel, dia mengambil gaun gelap berlengan panjang yang membuat Rafael mengangguk puas. Qey menatap sinis l

  • Istri Pengganti Sang Mafia   03. Tapi Aku Tidak Suka

    Hari pernikahan itu akhirnya tiba. Di luar, dunia menyaksikannya sebagai sebuah perayaan mewah dua keluarga terpandang. Tetapi bagi Qey, ini adalah hari pemakaman dari kehidupan lamanya. Dia berdiri di balik tirai sutra putih kamar pengantin, tubuhnya dibalut gaun pernikahan rancangan eksklusif dari Milan, namun hati dan pikirannya terasa terkubur dalam peti yang tak bernafas. Dari luar jendela, dia bisa mendengar suara musik klasik mengalun dan tawa tamu-tamu terhormat. Rafael memang tahu caranya mengatur pertunjukan. Pernikahan itu dijaga ketat, disiarkan diam-diam ke media, dan diperlihatkan sebagai simbol persatuan dua dinasti besar. Tidak ada yang tahu bahwa sang pengantin perempuan berdiri di sana karena terpaksa. Pintu kamar terbuka. seseorang mengetuk pintu lalu Qey mempersilakannya untuk masuk. Dean muncul sambil tersenyum mendekatinya. “Apakah Kakak tidak bisa membantuku untuk kabur?” pinta Qey dengan penuh harapan. Gelengan diberikan oleh Dean sambil mengelus kepala

  • Istri Pengganti Sang Mafia   02. Permainan dari Kekuasaanmu

    Sore itu udara Tokyo terasa jauh lebih dingin daripada biasanya. Angin menusuk hingga ke tulang dan salju turun perlahan dari langit kelabu. Namun, dinginnya musim dingin tak sebanding dengan hawa yang membekukan seluruh tubuh Qey saat Rafael De Luca berdiri di ambang pintu studio seni kecil tempat ia bekerja. Tubuh Qey membeku. Ia hanya bisa menatap wajah lelaki itu, wajah yang dulu sering ia lihat di rumahnya, tersenyum tipis kepada ibunya, berbicara dengan ayahnya, mengacak rambut kakaknya, bahkan terkadang mengejeknya saat mereka masih kecil. Tapi pria di hadapannya sekarang adalah Rafael yang berbeda. Lebih dingin dan lebih berbahaya. "Ka-kamu tidak serius ‘kan?" Qey berusaha tersenyum miring, walau wajahnya pucat pasi. "Kamu tau aku tidak bermain-main, Qey!” balas Rafael dengan tegas. Dalam sekejap, Rafael menyentakkan pinggang Qey dan menariknya lebih dekat. Pelan tapi pasti, tangan dinginnya naik ke dagu Qey, memaksanya menatap ke matanya. "Aku memberimu pilihan, buka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status