Chapter: BAB 115. JUAN ALMEER "Dikit lagi, Sayang. Raaa," bisik Andaru di telinga Yara. "Ara-ku adalah ibu hebat, semangat sambut adek," imbuhnya dengan nada bergetar, antara tega dan tidak.Sesuai arahan dokter, Yara menarik napas pendek sebelum memulai lagi. Dia tetap tenang tanpa teriakan atau jeritan. Hanya hembusan lirih dari mulutnya meski sakit hebat terasa berdenyut di bawah sana. Tatapan mata Yara kini tak lepas dari manik mata elang yang jua tengah memandangnya. Anggukan, belaian dari Andaru juga bisikan salawat di telinga membuat Yara memiliki kekuatan lebih.Air mata sang CEO ikut menetes manakala Yara terisak. "Mas ridho, 'kan?" lirih Yara."Banget, Ra, banget," balasnya sangat pelan dan terisak tak melepas pandangan mereka."Yuk, lagi Bu. Tarik napas pelan, sambil bilang aaahh ya, lembut aja ... lembut." Perintah dokter pada Yara kembali terdengar.Pimpinan Garvi lantas ikut membimbing Yara dan tak lama. "Oeeekkk!" "Mamaaaaaa," lirih Yara lemas dan langsung didekap Andaru. "Alhamdulillah. Ibunya p
Terakhir Diperbarui: 2024-01-06
Chapter: BAB 114. SURPRISE Aryan yang sedang berada di teras dengan Yono, memperhatikan mobil Andaru berhenti sejenak untuk menurunkan Dewi lalu melaju kembali."Lah, kenapa jalan lagi?" tanya Aryan pada aspri Yara yang tergesa memasuki rumah Dewi berhenti, membungkuk ke arah Aryan sekilas. "Nona kontraksi, Tuan besar. Bos Daru langsung ke rumah sakit lagi," beber Dewi. Setelah itu dia berlari ke dalam menuju kamar Andaru. Seketika Aryan ikut panik, dia meminta Yono menyiapkan mobil karena akan menyusul pasangan Garvi, konvoi dengan Dewi.Selama di perjalanan, panggilan seluler tak Andaru hiraukan karena terfokus pada Yara yang beberapa kali mendesis kesakitan. "Mo, tolong call kakak, Didin dan mama." Andaru memberi perintah saat mobil mulai masuk ke teras IGD. "Baik, Bos." Bimo mengangguk dan ikut turun ketika Andaru mulai menarik tuas pintu.Sang CEO pun gegas, berlari ke sisi kiri mobil dan membuka pintunya. Dia menggamit pinggang Yara dan menarik perlahan sembari tetap meminta Yara agar mengatur napas.
Terakhir Diperbarui: 2024-01-05
Chapter: BAB 113. BYE AFREEN Andini mengirimkan pesan pada Andaru berisi berita tentang Afreen yang tengah sakit dan dalam kondisi koma saat ini. Dia ingin menjenguknya esok hari bila diizinkan. Pesan telah terkirim, sang designer pun mematikan ponsel lalu bersiap tidur.Andini baru sekilas membaca balasan DM dari pria yang dia kenali. Tadi, pikirannya langsung terpusat pada sang sahabat sekaligus mantan istri Andaru itu, sehingga dia belum mencerna dengan benar informasi dari Chris.Bada subuh, Andaru meminta Yara mengambilkan ponsel, setelah berhasil mengaji dua halaman di mushaf kesayangan. "Bacain aja Ra, kalau ada pesan. Sandinya tanggal lahir kamu," kata Andaru masih duduk di sofa."Lah, nanti ketauan sama aku dong," balas Yara yang berdiri disamping nakas lalu berjalan menghampiri suaminya. "Ketauan apaan? ... ponsel dan hatiku bersih dari para hama," sahut Andaru sambil merentang lengan menyambut istrinya."Ya kali pake aplikasi discord juga," kekeh Yara, keki dengan berita viral di aplikasi goyang.And
Terakhir Diperbarui: 2024-01-03
Chapter: BAB 112. HAPPINESS Dua hari berlalu, Andaru bersiap pulang dengan Yara ke Jakarta. Dia sedang duduk di lantai, memakaikan kaus kaki Istrinya ketika Brotoyudho menegur sang cucu menantu, dan ikut bergabung dengan mereka."Mas, kakek barusan dapat telpon dari pengacara kalau Andra sedang diajukan pindah rutan," ujarnya setelah mendaratkan bokongnya disamping Yara.Andaru mendongak sekilas lalu kembali fokus merapikan jempol kaki Yara agar masuk ke lubangnya. "Terus?" Brotoyudho menatap lembut sang cucu mantu. "Makasih ya, Mas." Andaru bergeming, dia enggan menanggapi. Semua itu dilakukan untuk mejauhkan Anton dari Yara sekaligus agar Brotoyudho leluasa menjenguk setiap hari bila sang paman dipindahkan ke Jogja.Mereka akan intens pergi pulang Semarang Jakarta, rasanya segan jika menolak ajakan Jamila untuk mengunjungi pria bejat itu karena alasan masih satu kota dan jaraknya dekat dengan kediaman Jaedy, sementara Yara masih sedikit trauma."Kenapa, Kek?" tanya Jazli ikut duduk di lantai menghadap punggu
Terakhir Diperbarui: 2024-01-02
Chapter: BAB 111. MENANTU JAEDY Jazli berdecak sebal karena usaha melabuhkan stempel di pipi Faiqa digagalkan seorang bocah yang mengetuk kaca mobilnya dari luar.Faiqa tertawa kecil melihat wajah suaminya menahan kesal. Dia lantas menurunkan kaca mobil dan menyapa pelaku penggerebekan kemesraan mereka."Kamu pulang, Dek?" tanya Faiqa pada seorang remaja pria yang sumringah.Kopiah yang tak terpasang dengan benar di kepala, rambut jabrik basah menyembul di sana sini, tak lupa senyuman manis di wajah bulat, membuat paras remaja pria itu terlihat lucu. Tampan tapi berpenampilan slebor. Faiqa mengelus pipinya yang chubby, lalu membenarkan rambut dan letak kopiahnya saat dia meminta salim."Iya, dijemput jiddah-nenek. Mbak lagi apa?" tanyanya malu-malu seraya mengintip ke sosok di sebelah sang kakak.Jazli menekan tombol di pintu lalu keluar dari balik kemudi. Dia berdiri dan menyandarkan satu lengan di atas kap mobilnya. "Faisal, ya?" Lelaki muda yang masih memakai sarung itu berdiri tegak, melempar pandang ke arah p
Terakhir Diperbarui: 2023-12-31
Chapter: BAB 110. PENGUKUHAN Andini menggerutu kala masuk ke mobil dan meninggalkan cafe tadi. Dia kira ketika meminta bertemu dengannya tadi, mereka bakal membahas pekerjaan, tapi malah unfaedah."Gue dah diwanti Dadar buat jauhin lu. Bisa digorok kalau bantuin lagi, Af. Lagian salah lu ngapa buang waktu gitu aja padahal effort Dadar buat pertahanin lu dulu nggak main-main." "Dadar rela nyusulin kemanapun lu transit meski harus pergi pulang di hari yang sama. Lu nggak komit dan malah puter fakta kalau ini salah Dadar. Kurang apa abang gue itu ... sekarang dia bucinin neng geulis, aaah so sweet, mukanya girang mulu saban hari. Gue nggak mau mereka pisah," omel Andini, menghela napas berat sembari mencengkeram erat stir mobil.Tiiin. Suara klakson dari belakang. Andini terkejut, buru-buru melaju pelan. Tiba-tiba seorang pria mengendarai motor CBR 250R berhenti di sebelah Honda Civic yang Andini kendarai, dia mengetuk kaca mobilnya dua kali. Tuk. Tuk."Menepi di depan, ban kiri Nona kempes parah," katanya lantang
Terakhir Diperbarui: 2023-12-30
Chapter: BAB 43.Pintu toko baru saja ditutup Elan. Dia juga memasang tanda closed. Berjaga agar konflik keluarga ini tidak jadi konsumsi publik. Meski dirinya tak tahu apapun.Ibu Deni menatap dingin pria asing ini. Dia mewanti agar Elan tak ikut campur urusan mereka."Siapa kamu!" tanyanya dengan mata menyalak."Malaikat Amaludin," jawab Elan singkat tanpa melihat wajah ibu Deni. Dia memilih berdiri di kusen pintu penghubung ke dapur, bersedekap.Qale meletakkan ponselnya di atas etalase. Dia mencoba menanggapi dengan sabar. "Duduk, Kak, Nyonya," katanya sambil menunjuk kursi tak jauh dari mereka.Ajakan itu diacuhkan. Lea menuding wajah Qale. "Cabut perkara!" sentak Lea. Telunjuknya menyentuh dahi Qale. "Muka polos kelakuan iblis!" maki ibu Deni, sambil memegangi lengan Lea.Qale masih diam. Dia menghargai Lea di depan Ria dan Elan. Membalas pun percuma, hanya menambah kebenciannya nanti. Sembuh dan menerima ingatan masa lalu saja menguras energi, apalagi soal kecewa. Melihat Qale hanya diam, ke
Terakhir Diperbarui: 2025-07-30
Chapter: BAB 42.Pintu toko berbunyi pelan saat Qale mendorongnya masuk. Bau gula karamel dan sisa adonan yang mengering di loyang menyambutnya seperti sapaan hangat seorang ibu.Ria sudah berdiri di balik meja kasir, senyumnya canggung seperti seseorang yang menyimpan kejutan tapi tak tahu harus mulai dari mana.Tatapan Qale pada Ria menyiratkan kalimat, "Mana dia?"Ria membalas dengan lirikan mata ke kanan, ruangan staf. Sambil meladeni pembeli yang akan membayar.Qale memilih merapikan etalase yang sudah kosong, menata pastry itu agar tampak rapi."Dia di dalam, Mbak. Lagi ngeliatin dapur kita kayak lagi audit," bisik Ria sambil menunjuk arah belakang.Qale menaikkan alis, "Kok diizinkan ke dalam?" katanya lalu melangkah pelan masuk ke dalam. Napasnya sempat ditahan ketika melihat sosok pria itu.Kaos putih polos, jaket jeans robek yang digantung di satu bahu, kamera menggantung di leher, dan celana kargo hitam yang digulung seenaknya. Pria itu membalik badan, menatap Qale sekilas, lalu menunduk la
Terakhir Diperbarui: 2025-07-29
Chapter: BAB 41. Qale masih menata napasnya setelah membaca notifikasi di ponselnya."Ngapain Ayah telpon jam segini?" gumamnya seraya meletakkan gawainya asal.Dia lalu kembali merebahkan badannya, mencoba tertidur meski pikirannya berisik.Pagi itu, udara terasa lebih tenang dari biasanya. Qale duduk di meja makan bersama Wafa, semangkuk bubur ayam di hadapannya hanya disentuh beberapa sendok. Pikirannya masih dipenuhi mimpi semalam—tentang ibunya, Lea, dan kalimat singkat yang menggores hati."Aku mau bicara dengan Ayah hari ini," ucap Qale tiba-tiba.Wafa menoleh, sendok di tangannya berhenti di udara. "Kamu yakin? Soal apa?"Qale menatapnya lurus. "Aku harus tahu dari mulut Ayah langsung. Soal Ibu. Soal semuanya."Wafa menunduk sebentar, lalu mengeluarkan sebuah map dari bawah meja. Ia menyodorkannya perlahan. "Tapi aku nggak bisa nemenin, gapapa?" ujarnya sedikit kuatir.Qale mengangguk. "Gak apa, udah biasa sendiri, kan?" celotehnya sedikit tersenyum.Wafa lalu menyerahkan sebuah kertas di map
Terakhir Diperbarui: 2025-07-28
Chapter: BAB 40.Langit mendung saat Qale melangkah keluar dari ruang sidang. Langkahnya tertatih, bukan karena luka di pelipis atau lengannya, tapi karena sesuatu yang jauh lebih dalam : kepercayaan pada keluarga yang runtuh.Wafa menyusulnya dari belakang. Roda kursi dorongnya menyentuh lantai marmer gedung pengadilan dengan bunyi lembut yang anehnya lebih terasa menusuk daripada langkah kaki siapapun di sekeliling mereka."Kamu nggak harus percaya sekarang," ucap Wafa pelan. "Tapi kamu harus bersiap jika kenyataannya memang dia," kata Wafa pelan.Qale duduk di bangku taman kecil di belakang gedung pengadilan. Kepalanya menunduk. Tangannya menggenggam ujung jaketnya erat-erat."Dia ... dia kakakku, Tata" bisiknya. "Sejak kecil, kami selalu sama-sama. Yang nemenin aku main meski Lea hanya diam saja ... kami juga sering berbagi makanan," tutur Qale dengan nada lesu.Wafa menunduk. Suaranya berat. "Mungkin kamu harus ingat juga hal-hal yang waktu itu kamu pikir 'aneh', tapi kamu abaikan."Qale menatapn
Terakhir Diperbarui: 2025-07-27
Chapter: BAB 39.Wafa melihat berkas itu. Dia tidak terkejut, seolah sudah menduga bahwa otak pelakunya sama.Qale bertanya pada Wafa, tapi lelaki itu memintanya fokus pada dirinya agar lekas pulih.Saat kunjungan dokter, Wafa meminta agar Qale bisa diizinkan pulang. Tak lupa surat keterangan sehat agar Qale bisa hadir dipersidangan pekan depan.***Ruang sidang lumayan penuh. Beberapa di antaranya wartawan yang siap mencatat setiap kejadian. Di barisan depan, Qale duduk dengan tubuh tegak, wajahnya pucat tapi sorot matanya tak lagi rapuh. Perban di pelipisnya belum dilepas, dan luka di lengannya masih terasa nyeri jika disentuh. Tapi tidak ada yang lebih menyakitkan daripada rasa ingin tahu yang tak kunjung terjawab.Sementara di kursi pesakitan, Lea duduk dengan rambut tergerai, berhias pita di sisi kanan. Wajahnya tampak tenang, tapi suaranya ketika menjawab pertanyaan jaksa terdengar rapuh dan terbata."Saya ... saya tidak tahu apa-apa. Saya buta saat itu. Mana mungkin saya bisa melihat kejadian b
Terakhir Diperbarui: 2025-07-26
Chapter: BAB 38."Ayah!" sebut Qale tak suka ayahnya membentak Wafa. Hasan menoleh ke arah putrinya. Menunjuk Wafa sambil berucap, "Dia bohongi Ayah."Qale menggeleng. "Biarkan Kak Wafa bicara dulu," pintanya pelan bergantian menatap ayah dan suaminya."Beliau tidak seperti dugaan Anda, Pak. Tapi aku tidak ingin mengatakan apapun tentangnya," jelas Wafa memandang Hasan dengan tatapan datar.Hasan bergeming, tangannya mengepal erat. "Kalian selingkuh, kan!" "Terserah Anda," balas Wafa, tenang seperti biasanya.Qale hanya menghela napas, meminta ayahnya pulang sebab dia ingin bicara dengan Wafa. Awalnya Hasan enggan pergi, tapi panggilan telepon dari supirnya bahwa ada yang ingin melihat sapi, membuatnya gegas beranjak dari sana.Cahaya sore menembus jendela rumah sakit, menyentuh wajah Qale yang perlahan tampak lebih segar. Kepalanya masih terasa berat, pelipisnya berdenyut, dan perban terasa menyesakkan. Ia menggeliat pelan, menoleh ke sisi kanan tempat tidurnya.Wafa masih di kursi roda, tubuhnya
Terakhir Diperbarui: 2025-07-25
Chapter: BAB 115.Farhan langsung mendekat dan mengusap tengkuk Mehru. Dia lalu menuntun istrinya kembali duduk di sebelah Dewiq yang juga terlihat cemas."Tolong ambilkan itu," kata Dewiq pada Farhan, menunjuk ke box putih berisi peralatannya di bawah meja sofa.Lelaki itu gegas meraih benda yang dimaksud dan langsung menyodorkan pada sang mama. Dewiq lantas memeriksa menantunya seksama. Setelah beberapa menit, dia melihat pada Farhan, bergantian dengan Mehru. "Beli testpack, deh. Coba kalian hitung sendiri," katanya sembari bangun meninggalkan mereka.Farhan melihat ke arah istrinya lalu menoleh memanggil sang mama. "Lah, Nyak?" "Masa dokter dan suster nggak peka, hadeuh!" kekeh Dewiq sembari melambaikan tangan."Mas?""Kayaknya sih iya, Yang." Farhan meraih ponselnya dari saku celana. Dia lalu duduk disamping istrinya sambil mengingat dan menghitung masa subur Mehru. "Palingan baru sepekan lebih deh. Pas private party di spa itu 'kan aku haid hari pertama," ujar Mehru mengingat acara satu bulan
Terakhir Diperbarui: 2024-06-13
Chapter: BAB 114.Setelah semua dokumen selesai dirapikan, Farhan di ajak Kemal masuk ke dalam untuk menemui Mehru. Debaran jantungnya mulai tak normal ketika nyaris mencapai ambang pintu. Meski dilakukan serba mendadak, tapi dirinya yakin bahwa Dewiq pasti memberikan segala yang terbaik.Langkah kaki Farhan terhenti ketika melihat wanita cantik dalam balutan kebaya serba putih, berdiri dan menunduk malu-malu. Tidak ada singer seperti Hana. Hanya Tiara mungil sebagai penghias sekaligus penahan agar hijab panjangnya tak mudah bergeser."Neng Eru, suaminya datang," bisik Khuzaemah, mengusap lembut punggung Mehru agar mendongakkan kepalanya.Lengan Farhan ditarik Dewiq agar dia melangkah masuk. Tapi lelaki itu malah menahan tangan ibunya."Nyak, bentaran ngapah. Kagak paham amat ni bunyi jantung dah kek bedug lebaran," sungutnya sambil mengusap dada."Tandanya idup brati. Ayo, waktunya mepet ... kamu 'kan harus kuliah nanti malam," balas sang mama tersenyum lebar.Farhan menepuk wajahnya. "Etdah ... kek
Terakhir Diperbarui: 2024-06-12
Chapter: BAB 113.Kemal tak henti menciumi pipi Farhana dan merangkulnya mesra sejak keluar dari ruangan dokter obgyn. Dia masih setengah tak percaya jika saat ini Hana mengandung buah hati mereka. "Baru tiga pekan." Hana melingkarkan lengannya pada pinggang sang suami. "Alhamdulillah. Kita sementara pindah ke rumah ibu atau mama aja gimana, Za. Biar aku tenang kalau ke toko," ujar Kemal sembari menarik tuas pintu mobil di basement."Nggak mau. Aku pengen di Parung. Kuliah sudah online lagi ... ada mbak yang bantu ngasuh Arsha, bibi pun pasti sering ke rumah liat aku," pinta Hana ketika suaminya sudah duduk di belakang kemudi."Tapi, Sayang ...."Farhana menggenggam jemari kiri Kemal lalu mengecupnya. "Aku tenang dan betah karena di sana ada bau Kakak. Please, nggak mau pindah," tuturnya lembut sambil memandangi wajah teduh sang suami.Putra Khadijah terdiam sesaat, lalu tersenyum mengangguk. "Kalah dah kalau ibun sudah begini," balasnya seraya mengusap pipi Hana yang mulai chubby.Perjalanan mereka
Terakhir Diperbarui: 2024-06-11
Chapter: BAB 112.Farhan gegas ke tangga belakang. Dia menggantikan Hana memapah Kemal naik ke atas."Kenapa, Bang?" "Entah, tiba-tiba pusing banget sampai muter-muter gini," tuturnya lirih sambil menahan kepala.Mehru yang sedang menggendong Farshad, buru-buru merapikan bale di teras belakang. Tapi Hana langsung berlari masuk dan membuka kamar mereka. Dia meminta Farhan memapah suaminya masuk, dan memeriksanya.Kembaran Hana itu gegas turun ke bawah mengambil tas kerja darurat yang ada di bagasi mobilnya.Farhan memeriksa iparnya ini, kemudian meminta Mehru mengambil cairan infus di mobilnya."Pusingnya range berapa, Bang? 1-10," tanya Farhan."7, bukan pusing sakit kepala tapi semua berputar-putar cepat." Kemal masih memejam, sambil memijat tengkuknya."Kalau nyeri parah di bagian tertentu, bilang ya, Bang. Nanti kuresepkan pereda nyeri sebelum cek lab.""Kayaknya Kakak kecapean deh. Pergi pulang antar aku ngampus, ke kantor, ke toko parfum ... ikut ngasuh Arsha, kadang kebangun malam beberapa kali
Terakhir Diperbarui: 2024-06-10
Chapter: BAB 111.Segimanapun lelahnya, Kemal takkan tidur sebelum Hana kembali rileks. Seperti saat ini, dia mengusap lembut pundak mulus istrinya sembari membicarakan tentang rencana Hana.Deep talk mulai jadwal kuliah, kegiatan Kemal, sikon Arsha juga hal lain yang saling berkaitan.Hana serasa menemukan teman sebaya, yang membuatnya bebas mengeluarkan pendapat. Sekaligus figur seperti sang ayah, penyabar juga memiliki visi ke depan.Dengan Kemal dia merasa menjadi dirinya sendiri. Farhana mulai manja, kekanakan meskipun sikap anggunnya sebagai keturunan Tazkiya tetap melekat. Ibun menduselkan kepalanya di dada sang suami. Mendengar detak jantung Kemal sebelum tidur kini bagai candu, selalu membuatnya mudah masuk ke alam mimpi.Rengekan Farshad terdengar oleh Kemal satu jam ke depan. Dia juga lelah tapi tak tega membangunkan Hana.Kemal perlahan melepaskan dekapannya lalu turun dari ranjang mendekati box Arsha. "Hai boy, sama abi, ya. Jangan ganggu ibun, oke?" ucapnya lirih seraya menggendong kepo
Terakhir Diperbarui: 2024-06-09
Chapter: BAB 110.Kemal menjawab Kamala hanya dengan gelengan kepala, dia mengejar Hana yang masuk ke kamar mandi belakang.Tok. Tok."Zaa, buka bentar," pinta Kemal mengetuk pintu, saat mendengar suara mual muntah dari dalam kamar mandi. "Sayang ...."Beberapa detik kemudian, panel itu terbuka. Hana menyembulkan kepalanya di celah pintu.Kemal mendorong pelan, kuatir istrinya kenapa-napa di dalam. "Buka, Sayang."Hana menggeleng sembari menahan pintu. "Kak, bawa daleman aku nggak di mobil?"Dia ingat, pernah melihat satu kontainer di bagasi Innova Zenix milik suaminya. Ketika Hana tanya apa isinya, sang suami menjawab itu adalah pakaian mereka.Untuk berjaga-jaga jika mendadak menginap di suatu tempat. Semua perlengkapan pribadi sudah tertata rapi dalam satu box."Bawa, kenapa?" tanyanya sembari merapikan rambut Hana yang menyembul dari ujung pashmina.Hana menarik lengan sang suami agar mendekat. "Ada pembalut juga?" bisiknya.Kemal mengernyit, sedang mengingat apakah dirinya sudah membeli barang sa
Terakhir Diperbarui: 2024-06-07