Share

Melepas rindu pada ayah

Reiki mengikuti langkah Daffin, Sampainya di basement pak Budi sudah siap di dalam mobilnya. Jika Daffin lembur dua orang inilah yang selalu menemaninya dan terpaksa ikutan untuk lembur juga.

Jalanan kota Jakarta sudah tampak lenggang, jam sudah menunjukkan pukul 12:22. Hanya untuk menghasilkan produk yang terbaik Daffin rela untuk lembur hingga dini hari, jika tidak mengingat anak buahnya ia akan lembur hingga pagi menjelang.

Pak Budi sopir pribadi Daffin mengantarkan Daffin lebih dulu ke apartementnya barulah ia mengantar Reiki dan terakhir barulah ia pulang ke rumah.

Daffin memilih tinggal di apartement karena ia ingin sedikit bebas dan tidak terus di tanya oleh sang mami soal calon pendamping hidup. Apartment yang terletak di daerah semanggi memiliki fasilitas yang cukup memuaskan untuk penghuninya.

Dengan menggunakan private lift Daffin sudah sampai di dalam apartemantnya. Ia meletakkan jas dan juga tasnya di sembarang tempat, ia menghempaskan bokongnya di kursi bar tender. Meneguk air mineral untuk membasahi kerongkongannya. Di apartement mewah ini hanya Daffin lah penghuninya, ia tidak mempekerjakan orang untuk menginap. Daffin memilih art yang pulang pergi, ia ingin apartementnya menjadi tempat privasinya. Jadi setelah ia pulang dari kantor Daffin menginginkan apartementnya sudah kosong.

Terkadang mami yang datang ke apartementnya sekedar menjenguk anaknya dan sedikit memberi wejangan untuk anak semata wayangnya agar mempercepat mencari istri mengingat hidup Daffin tidak teratur, apalagi kalau sudah kerja Daffin akan lupa waktu.

Selesai menghilangkan dahaga Daffin beranjak dan menuju kamarnya, membersihkan tubuh yang lengket oleh keringat. Daffin menguyur tubuhnya di bawah shower, rasa dingin menyeruak di permukaan kulitnya, sengaja ia mandi menggunakan air dingin agar segarnya lebih terasa.

Hanya butuh waktu lima belas menit daffin telah selesai mandi, ia berjalan kearah walk in closet memilih celana pendek dengan kaos polos untuk menemaninya tidur malam ini. Setelah memakai baju Daffin langsung naik ke atas ranjangnya, tubuhnya juga letih akibat terlalu diporsir untuk bekerja. Kedua tangannya digunakan untuk sandaran kepala, kini pikirannya kembali lagi pada perusahaan. Daffin percaya ia akan mendapatkan orang yang telah menghiatinya, dan ia juga percaya kalau produknya nanti yang paling banyak diminati oleh para masyarakat. Saat pikirannya terbang kemasalah perusahaan tiba-tiba otaknya mengingat pertemuannya dengan wanita jutek yang dua kali ia tabrak. Daffin terus menggelengkan kepalanya agar wajah wanita itu segera hilang dari ingatannya tapi wanita itu selalu membayangi Daffin.

“Dasar wanita aneh,”celetuk Daffin yang berusaha menghalau pikirannya tentang wanita yang ditemuinya.

Ia pun langsung memejamkan matanya berharap wanita itu hilang dari ingatannya.

***

Setelah masalahnya dengan Kevin selesai kini Alvira kembali memikirkan masalah keuangannya, ia sangat membutuhkan banyak uang untuk biaya koasnya. Sepulang dari kampus Alvira berniat ke kantor sang ayah untuk meminta uang. Berharap ibu tirinya tidak berada di sana, ibu tirinya kerap kali mencari masalah dengannya dan selalu mengadu yang tidak-tidak oleh ayahnya. Ibu tirinya tidak mau harta sang suami berpindah kepada anak-anaknya. Karena sampai saat ini pun Maya belum memiliki anak. Maya adalah nama ibu tiri Alvira istri kedua dari ayahnya.

Sebenarnya Arka masih wajib untuk membiayai anak-anaknya karena mereka merupakan anak kandungnya dan dirinya juga sampai saat ini belum menceraikan ibu dari Alvira.

Arka sebenarnya orang yang sangat bertanggung jawab hanya saja Maya istri keduanya selalu saja mempunyai cara untuk menjatuhkan Alea dan anak-anaknya, ia pun yang menyebabkan Alea dan anak-anaknya diusir. Dia juga yang sudah menjebak Arka agar menikahinya.

Saat itu Arka ada rapat di sebuah restauran hotel, karena Maya sudah berapa kali mengoda Arka namun Arka tidak mempedulikannya. Saat itu lah, waktu yang tepat untuk Maya menjebak Arka. Maya memasukkan obat tidur dalam minuman Arka, dan saat rapat telah selesai Arka mengadu kepalanya pusing Maya langsung membukakan kamar untuk Arka agar beistirahat sebentar. Ketika Arka sudah mulai tertidur dengan pulas, Maya mulai bereaksi, ia pun memanggil orang suruhannya. Dibukanya baju yang menempel di tubuh Arka lalu ia juga membuka bajunya membiarkan dirinya setengah telanjang dan ia berpose seolah olah mereka telah menghabiskan waktu yang panjang. Kisahnya seperti layaknya sinetron dalam ikan terbang.

Setelah peristiwa itu Maya terus meneror Arka untuk minta dinikahi dan membawa bukti  foto beserta tespack kalau dirinya lagi hamil anak dari Arka. Entah saat itu tespack siapa yang dibawa Maya karena pada akhirnya sampai detik ini Maya tak kunjung hamil.

Karena kebodohan Arka juga lah ia begitu percaya dengan wanita yang berhati iblis tersebut.

Alvira sudah berada di loby PT ANGKASA dalam hati ia berdoa semoga pertemuannya dengan ayahnya kali ini dilancarkan.

“Permisi mbak, bapak Arka Bagaskaranya ada di tempat?” tanyanya pada sang resepsionis.

“Sebentar ya mbak, oh ya dengan siapa?”tanya nya balik.

“Alvira,” jawab Alvira singkat sambil mengamati sang resepsionis memengang telpon guna menelpon seseorang. Masih setia berdiri di depan meja resepsionis Alvira menunggu jawaban dari ayahnya dengan perasaan yang sulit diartikan.

“Mbaknya bisa langsung naik saja ke ruangan bapak di atas,” ucap mbak resepsionis, setelah meletakkan kembali telponnya.

“Terima kasih mbak,” balas Alvira dengan tersenyum.

“Mbaknya tau kan di mana ruangannya?” tanya mabk resepsionis lagi yang menghentikan langkah Alvira.

Alvira mengangguk, lalu melanjutkan langkahnya menuju lift. Setelah menunggu beberapa menit pintu besi itu terbuka Alvira masuk lalu menekan tombol di mana ruangan sang ayah berada. Jatung Alvira berdetak sangat cepat, semakin mendekat dengan ruangan semakin cepat pula detakannya. Sudah sekian lama ia tidak menemui sang ayah ada perasaan rindu, khawatir dan takut kini hinggap di hatinya. Setelah pintu besi itu terbuka Alvira melangkahkan dengan sangat lambat, tepat di depan pintu kayu besar bertuliskan CEO ia berdiri dengan ragu Alvira mengetok pintu itu.

"Tok...tok...tok...," Alvira mengetuk pintu dengan perasaan ragu.

“Masuk,” ucap seseorang dari dalam.

Alvira membuka pintu kayu itu secara perlahan wajahnya terus menunduk tidak berani untuk menatap sang ayah. Alvira masih menghormati Arka sebagai ayahnya walaupun Arka pernah menyakiti hatinya.

Alvira jalan masuk ke dalam dengan wajah yang tidak berani menatap sang ayah yang sudah lama tidak ia temui.

Arka berdiri dari tempat duduknya berjalan mendekat ke arah sang putri sulungnya.

“Ayo sini enggak usah nunduk terus,” ucap Arka, yang membawa Alvira untuk duduk di sofa.

Keduanya duduk saling berdampingan, Alvira menatap sang ayah sebentar lalu mengamati setiap sudut ruangan sang ayah. Tidak ada yang berubah sama seperti dulu, saat ia masing sering berkunjung.

“Ada apa?’” tanya Arka membuka obrolannya.

Sebelum Alvira mengatakan maksud yang sebenarnya ia ingin sekali memeluk sang ayah karena Alvira begitu merindukannya. Air matanya sudah menggenang dipelupuk mata, tapi Alvira menahannya agar tidak sampai jatuh membasahi pipinya, Seburuk apapun sang ayah di hati Alvira ia tetap mencintainya.

Arka yang melihat putri ingin menanggis ia pun langsung memeluknya.

“Menanggislah,” ujarnya kemudian.

Seketika itu juga air mata Alvira turun dengan sangat deras tanpa bisa dihentikan lagi. Sambil memeluk sang ayah Alvira menanggis sesegukkan, ia belum bisa berbicara saat ini. Dengan memeluk sang ayah kini perasaannya sangat lega semua yang dipikirkannya hilang begitu saja. Alvira memang sangat begitu dekat dengan sang ayah, ia selalu bercerita tentang apa yang dialaminya dengan sang ayah. Tapi semenjak ia pindah dan baru ini lagi ia bisa memeluk cinta pertamanya itu.

“kamu kenapa?” tanya Arka tepat di telinga Alvira yang masih memeluk putrinya.

Alvira masih enggan untuk mengeluarkan suara, tanggisnya belum bisa dihentikan. Hingga baju bagian bahu Arka ayahnya basah oleh air mata Alvira.

Perlahan Arkan mengendorkan pelukkannya lalu mengambilkan air mineral yang berada di meja itu untuk Alvira agar ia menjadi lebih tenang.

Alvira menerimanya dan meminumnya hingga tandas.

“Haus,” goda Arka agar Alvira sedikit tersenyum.

Benar saja Alvira langsung tersenyum menanggapi godaan sang ayah.

“Aku kangen ayah,” ucap Alvira dan kembali memeluk sang ayah.

"Ayah marah sama aku sehingga ayah tidak pernah menemui aku dan juga Raka?" tanya Alvira sambil menatap wajah Arka.

“Ayah kira kalian marah sama ayah, jadi kalian tidak ingin bertemu dengan ayah lagi,” papar Arka.

Alvira menggeleng," aku malah selalu menunggu ayah datang ke rumah," jawab Alvira yang kemudian menyenderkan kepalanya di bahu sang ayah. Alvira jika bersama sang ayah ia akan menjadi putri kecil yang selalu ingin di manja.

“Kalau ayah merindukan kalian ayah selalu ke rumah kalian hanya saja ayah tidak pernah keluar dari mobil cukup melihat kalian dari jauh karena ayah takut kalian masih marah sama ayah," jelas Arka.

“Kami sudah memaafkan ayah kok,” balas Alvira kemudian kembali menatap mata arka.

“Sebenarnya Alvira ke sini selain ingin bertemu ayah karena kangen, Alvira juga ingin meminta bantuan pada ayah. Alvira butuh uang yah, buat biaya kuliah karena Alvira bulan depan sudah koas. Tabungan Alvira enggak cukup yah, usaha kue ibu juga lagi sepi,” papar Alvira.

"Maaf kalau Alvira datang-datang hanya ingin minta uang saja, karena Alvira tidak tau mau minta ke mana lagi. Alvira betul-betul membutuhkannya saat ini.

Arka mendengarnya mengerutkan keningnya, masalahnya setiap bulan ia mengirimkan uang untuk anak-anaknya dan ia menyuruh sang seketaris untuk melakukannya. “Berarti ada yang tidak beres,” batin Arka.

BERSAMBUNG...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status