Share

200 Hari Menjerat Pebinor
200 Hari Menjerat Pebinor
Penulis: bunnylovely

01. Prolog

"Oh, wow— Astaga! Apakah aku akan menyaksikan live adegan mesum kalian?" Ujar Cherry Naomi sarkas sembari memasang raut wajah pura-pura terkejutnya. Pekikannya itu lantas membuat dua orang yang tengah bercumbu rayu itupun sontak saling menjauhkan diri. Cherry mendengus kesal manakala ia melihat sang wanita tampak merapikan baju atasnya, lebih tepatnya mengancingkan baju atasnya. Tanpa sadar tangannya mengepal dengan erat. Suasana paginya yang cerah mendadak rusak melihat dua manusia yang sama—sama tak punya otak itu.

"Di mana sopan santunmu Cherry Naomi?" Ujar sang pria menatap tajam ke arah wanita yang telah mengganggu aktivitasnya itu. Wanita bernama Cherry itupun lantas tersenyum miring, lalu tungkainya bergerak maju dengan santai menuju meja kerja milik Jenaro Rafandra, tunangannya.

"Sopan santun?" ujar Cherry seraya menyunggingkan salah sudut bibirnya. "Oh, lalu bagaimana dengan seorang sekretaris duduk di atas pengakuan bosnya? Bahkan hampir saja menyodorkan dadanya? Ck, apakah termasuk itu dalam kategori sopan Tuan Jenaro yang terhormat?" Tanya Cherry masih dengan wajah angkuhnya sembari melirik sinis ke arah wanita yang sudah berjarak dari tunangannya itu.

Jenaro menggeram mendengar sindiran Cherry. "Dia kekasihku. Dan dia berhak duduk di manapun termasuk dalam pangkuanku sekalipun," balas Jenaro tak kalah tajam.

Cherry terkekeh kecil, merasa lucu dengan perkataan tunangannya yang kaku ini. "Dan aku adalah tunanganmu, Jey. Lebih tinggi statusku dibandingkan dengan tante Alice yang hanya menjadi kekasih gelapmu."

Cherry menundukkan kepalanya, bibirnya tepat berhenti di dekat telinga kanan Jenaro Rafandra. Lalu kemudian ia berbisik, "Bahkan akulah yang lebih pantas untuk duduk dipangkuanmu atau mungkin saja melakuan humping bersamamu," bisik Cherry tanpa rasa malu dan terlihat tenang, membuat mata Jenaro dan Alice seketika melebar.

"Jaga bicaramu Cherry Naomi!" Geram Alice yang mendadak emosi dengan perkataan Cherry Naomi. Ia pun menarik Cherry menjauh dari Jenaro. Matanya menatap Cherry dengan tajam, bahkan nafasnya mulai memburu. Jika Cherry bukanlah keponakan dari suaminya, tentu saja Alice akan menampar mulut gadis muda itu.

Jenaro yang melihat wanitanya emosi, ia pun langsung mengenggam tangan Alice, bermaksud menenangkan. Cherry yang melihatnya sontak tersenyum sinis.

"Kembalilah dulu ke tempatmu, Baby. Aku harus berbicara dengan Cherry," ujar Jenaro meminta Alice untuk mengalah daripada dirinya harus mendengar keributan di pagi ini di ruang kerjanya.

Cherry memutar bola matanya jenggah mendengar panggilan yang tunangannya sematkan untuk istri pamannya itu. Muak sekali mendengarnya. 'Baby? Ck, menggelikan sekali! Akan aku buat panggilan itu menjadi Tante, Jey!' batin Cherry dalam hatinya.

Alice mendengus kesal, kenapa dirinya lagi yang harus mengalah jika berhadapan dengan gadis muda itu. Dengan hati yang dongkol Alice mulai berjalan menjauh. Menatap Cherry dengan mata yang menghunus tajam. Lalu, dengan wajahnya yang kesal ia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan prianya itu. Menutup pintu ruangan dengan kasar.

Setelah kepergian Alice, Jenaro kembali menatap dingin ke arah Cherry. Jenaro mengakui jika gadis di hadapannya ini memanglah cantik. Bahkan saat ini gadis itu hanya menggunakan celana kain dan setelan jas berwarna senada dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai itu sudah membuatnya terlihat manis. Paras Cherry Naomi Johnson yang cantik dan manis itu sayangnya tidak berlaku untuk meluluhkan hati seorang Jenaro Rafandra Xiaver.

Bagi pria rupawan bak malaikat itu, Cherry hanyalah pengganggu! Gadis tak tahu diri yang selalu mengusik kehidupan sehari- harinya.

"Kenapa kau kemari? Ruanganmu bukan disini," ujar Jenaro dengan malas.

Cherry bekerja magang di perusahaan Jenaro karena terpilih menjadi illustrator untuk peluncuran avatar game milik Arosoft yang terbaru sejak 4 minggu yang lalu. Bukan karena gadis itu adalah tunangannya serta ayahnya merupakan sabahat dari ayah Jenaro. Namun, Cherry berhasil memenangkan lomba yang perusahaannya buat. Salah satu rewardsnya adalah mendapatkan kesempatan magang di Arosoft. Serta pemikiran gadis itu yang luar biasa pintar, membuat jajaran petinggi di Arosoft terkesan padanya.

Cherry meletakkan paper bag cukup besar yang sedari tadi dalam genggamannya itu ke atas meja kerja milik Jenaro. "Mama menitipkan ini untukmu Jey," ucap Cherry sedikit menyodorkan paper bag itu.

Jenaro tersenyum sinis, setelah mengusik hidupnya dengan pesan dan panggilan tak jelas kini gadis itu mulai membuat ulah kembali dengan alasan titipan ibunya? Sungguh tidak tahu malu sekali.

"Untuk apa kau selalu melakukan hal bodoh dan tak berguna ini, Cherry Naomi?" desis Jenaro menatap Cherry begitu sengit.

Mendengar ucapan pria yang disukainya itu sontak Cherry tertawa kecil. Kemudian menatap sang tunangan dengan tersenyum tipis.

"Tentu saja untuk membebaskanmu dari hal menyedihkan dan berlumuran dosa seperti ini, Jey. Sangat disayangkan jika pria tampan sepertimu hanya berperan menjadi selingkuhan," ujar Cherry yang tak kalah pedas menembus ulu hati Jenaro.

Pria itu membelakkan matanya, ucapan Cherry mampu melukai hatinya. Setiap lontaran kalimat wanita itu seakan racun untuknya. Namun dirinya tidak ingin merasa tertindas begitu saja bukan?

Pria itu lantas berdecak dan tertawa renyah. "Ck, coba saja jika kau mampu! 200 tahun pun kau tak akan sanggup," ujarnya sembari tersenyum remeh pada Cherry.

"200 tahun?" Sahut Cherry dengan cepat memasang wajah tampak terkejut namun sebenarnya ia ingin sekali tertawa.

"Bahkan 200 hari terlalu lama hanya untuk sekedar mencairkan hatimu, tunanganku yang dingin," balas Cherry tampak percaya diri.

Jenaro mendelik, bebal sekali memang gadis ini.

"Kalau begitu mari kita buat kesepakatan, Jey!" ujar Cherry dengan begitu yakin. Mata Jenaro memicing tajam setelah mendengar ucapan Cherry. Menaikkan salah satu alisnya seolah meminta penjelasan. "Mari kita buat kesepakatan Jey. Jika aku gagal membuatmu jatuh hati dalam waktu 200 hari. Maka aku siap memutuskan pertunangan ini dan aku tidak akan mengusik hidupmu kembali."

Jenaro tampak terkejut dengan ucapan berani gadis itu yang memberinya sebuah tawaran gila seperti ini. "Apa kau yakin sanggup untuk tidak mengusikku?" tanya Jenaro menelisik mata Cherry.

"Ya," sahut Cherry dengan cepat meskipun dalam hatinya tak rela jika harus berpisah dengan pria panas seperti Jenaro.

Jenaro tampak berpikir, namun tak lama kemudian pria itu mulai membuka suara.

"Baiklah, aku setuju."

"Tapi dengan syarat, aku bebas menemui Alice kapan pun aku mau," ujar Jenaro setelahnya.

"What?" Pekik Cherry yang terkejut dengan perkataan Jenaro. Sial! Jenaro pandai mengambil keuntungan. Wajah bulat Cherry terlihat menggeras samar-samar. "Aku juga punya syarat!" sahut Cherry tidak ingin kalah. Membuat Jenaro lagi-lagi terkejut. Gadis ini pantang menyerah sekali.

"Kita masing-masing punya 3 permintaan yang harus dilakukan baik aku ataupun dirimu. Tenang! Aku tidak akan memintamu meninggalkan istri pamanku itu," ujar Cherry yang melihat raut wajah Jenaro yang mulai menatapnya tajam.

"Hanya itu?" tanya Jenaro memastikan.

Cherry menganggukkan kepalanya. Mengulum bibir tebalnya sekilas, tampak sedikit khawatir jika pria itu menolak tawarannya.

"Baiklah, aku setuju." Jenaro menyetujui dengan 3 permintaan itu, setidaknya Cherry tidak menyuruhnya untuk jauh bahkan memisahkan dirinya dengan Alice. Tanpa Jenaro sadari Cherry menyeringai, ia tak menyangka jika tunangannya itu akan menyutujui hal ini.

"Kalau begitu aku akan menggunakan permintaan yang pertama hari ini," ucap Cherry sembari melipat tangannya di depan dada.

"Apa? Sekarang?" ujar Jenaro yang kembali dibuat terkejut.

"Ya." Sahut Cherry dengan cepat.

"Kau gila?" Desis Jenaro tak menyukai ide dari Cherry. Mereka baru saja membuat kesepakatan, namun wanita itu seakan sangat siap untuk menyerangnya.

"Bukankah semakin cepat, maka akan semakin baik kau bisa lepas dariku, Jey!" ujar Cherry. 'Itu pun jika kau sanggup' tambahnya dalam hati.

Jenaro tampak berpikr, benar juga apa yang dikatakan oleh gadis di hadapannya ini. Semakin cepat mereka melakukan perjanjian, maka semakin cepat pula ia akan terbebas dari gadis penganggu itu. "Baiklah! Apa permintaanmu?"

"Permintaan pertamaku gampang. Pecat tante Alice dan carilah sekretaris yang baru," balas Cherry seraya tersenyum iblis penuh kemenangan.

●○●○●○●○

Halo, aku author bunny. Selamat datang, selamat berkenalan dengan Cherry & Jenaro. Aku harap kalian menyukainya (ノ*°▽°)ノ

follow I* ku di @/hyiambunny. Yang ingin bertanya tentang novelku bisa DM ke sana ya ♡

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status