Share

200 Hari Menjerat Pebinor
200 Hari Menjerat Pebinor
Author: bunnylovely

01. Prolog

Author: bunnylovely
last update Last Updated: 2021-06-07 21:54:14

"Oh, wow— Astaga! Apakah aku akan menyaksikan live adegan mesum kalian?" Ujar Cherry Naomi sarkas sembari memasang raut wajah pura-pura terkejutnya. Pekikannya itu lantas membuat dua orang yang tengah bercumbu rayu itupun sontak saling menjauhkan diri. Cherry mendengus kesal manakala ia melihat sang wanita tampak merapikan baju atasnya, lebih tepatnya mengancingkan baju atasnya. Tanpa sadar tangannya mengepal dengan erat. Suasana paginya yang cerah mendadak rusak melihat dua manusia yang sama—sama tak punya otak itu.

"Di mana sopan santunmu Cherry Naomi?" Ujar sang pria menatap tajam ke arah wanita yang telah mengganggu aktivitasnya itu. Wanita bernama Cherry itupun lantas tersenyum miring, lalu tungkainya bergerak maju dengan santai menuju meja kerja milik Jenaro Rafandra, tunangannya.

"Sopan santun?" ujar Cherry seraya menyunggingkan salah sudut bibirnya. "Oh, lalu bagaimana dengan seorang sekretaris duduk di atas pengakuan bosnya? Bahkan hampir saja menyodorkan dadanya? Ck, apakah termasuk itu dalam kategori sopan Tuan Jenaro yang terhormat?" Tanya Cherry masih dengan wajah angkuhnya sembari melirik sinis ke arah wanita yang sudah berjarak dari tunangannya itu.

Jenaro menggeram mendengar sindiran Cherry. "Dia kekasihku. Dan dia berhak duduk di manapun termasuk dalam pangkuanku sekalipun," balas Jenaro tak kalah tajam.

Cherry terkekeh kecil, merasa lucu dengan perkataan tunangannya yang kaku ini. "Dan aku adalah tunanganmu, Jey. Lebih tinggi statusku dibandingkan dengan tante Alice yang hanya menjadi kekasih gelapmu."

Cherry menundukkan kepalanya, bibirnya tepat berhenti di dekat telinga kanan Jenaro Rafandra. Lalu kemudian ia berbisik, "Bahkan akulah yang lebih pantas untuk duduk dipangkuanmu atau mungkin saja melakuan humping bersamamu," bisik Cherry tanpa rasa malu dan terlihat tenang, membuat mata Jenaro dan Alice seketika melebar.

"Jaga bicaramu Cherry Naomi!" Geram Alice yang mendadak emosi dengan perkataan Cherry Naomi. Ia pun menarik Cherry menjauh dari Jenaro. Matanya menatap Cherry dengan tajam, bahkan nafasnya mulai memburu. Jika Cherry bukanlah keponakan dari suaminya, tentu saja Alice akan menampar mulut gadis muda itu.

Jenaro yang melihat wanitanya emosi, ia pun langsung mengenggam tangan Alice, bermaksud menenangkan. Cherry yang melihatnya sontak tersenyum sinis.

"Kembalilah dulu ke tempatmu, Baby. Aku harus berbicara dengan Cherry," ujar Jenaro meminta Alice untuk mengalah daripada dirinya harus mendengar keributan di pagi ini di ruang kerjanya.

Cherry memutar bola matanya jenggah mendengar panggilan yang tunangannya sematkan untuk istri pamannya itu. Muak sekali mendengarnya. 'Baby? Ck, menggelikan sekali! Akan aku buat panggilan itu menjadi Tante, Jey!' batin Cherry dalam hatinya.

Alice mendengus kesal, kenapa dirinya lagi yang harus mengalah jika berhadapan dengan gadis muda itu. Dengan hati yang dongkol Alice mulai berjalan menjauh. Menatap Cherry dengan mata yang menghunus tajam. Lalu, dengan wajahnya yang kesal ia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan prianya itu. Menutup pintu ruangan dengan kasar.

Setelah kepergian Alice, Jenaro kembali menatap dingin ke arah Cherry. Jenaro mengakui jika gadis di hadapannya ini memanglah cantik. Bahkan saat ini gadis itu hanya menggunakan celana kain dan setelan jas berwarna senada dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai itu sudah membuatnya terlihat manis. Paras Cherry Naomi Johnson yang cantik dan manis itu sayangnya tidak berlaku untuk meluluhkan hati seorang Jenaro Rafandra Xiaver.

Bagi pria rupawan bak malaikat itu, Cherry hanyalah pengganggu! Gadis tak tahu diri yang selalu mengusik kehidupan sehari- harinya.

"Kenapa kau kemari? Ruanganmu bukan disini," ujar Jenaro dengan malas.

Cherry bekerja magang di perusahaan Jenaro karena terpilih menjadi illustrator untuk peluncuran avatar game milik Arosoft yang terbaru sejak 4 minggu yang lalu. Bukan karena gadis itu adalah tunangannya serta ayahnya merupakan sabahat dari ayah Jenaro. Namun, Cherry berhasil memenangkan lomba yang perusahaannya buat. Salah satu rewardsnya adalah mendapatkan kesempatan magang di Arosoft. Serta pemikiran gadis itu yang luar biasa pintar, membuat jajaran petinggi di Arosoft terkesan padanya.

Cherry meletakkan paper bag cukup besar yang sedari tadi dalam genggamannya itu ke atas meja kerja milik Jenaro. "Mama menitipkan ini untukmu Jey," ucap Cherry sedikit menyodorkan paper bag itu.

Jenaro tersenyum sinis, setelah mengusik hidupnya dengan pesan dan panggilan tak jelas kini gadis itu mulai membuat ulah kembali dengan alasan titipan ibunya? Sungguh tidak tahu malu sekali.

"Untuk apa kau selalu melakukan hal bodoh dan tak berguna ini, Cherry Naomi?" desis Jenaro menatap Cherry begitu sengit.

Mendengar ucapan pria yang disukainya itu sontak Cherry tertawa kecil. Kemudian menatap sang tunangan dengan tersenyum tipis.

"Tentu saja untuk membebaskanmu dari hal menyedihkan dan berlumuran dosa seperti ini, Jey. Sangat disayangkan jika pria tampan sepertimu hanya berperan menjadi selingkuhan," ujar Cherry yang tak kalah pedas menembus ulu hati Jenaro.

Pria itu membelakkan matanya, ucapan Cherry mampu melukai hatinya. Setiap lontaran kalimat wanita itu seakan racun untuknya. Namun dirinya tidak ingin merasa tertindas begitu saja bukan?

Pria itu lantas berdecak dan tertawa renyah. "Ck, coba saja jika kau mampu! 200 tahun pun kau tak akan sanggup," ujarnya sembari tersenyum remeh pada Cherry.

"200 tahun?" Sahut Cherry dengan cepat memasang wajah tampak terkejut namun sebenarnya ia ingin sekali tertawa.

"Bahkan 200 hari terlalu lama hanya untuk sekedar mencairkan hatimu, tunanganku yang dingin," balas Cherry tampak percaya diri.

Jenaro mendelik, bebal sekali memang gadis ini.

"Kalau begitu mari kita buat kesepakatan, Jey!" ujar Cherry dengan begitu yakin. Mata Jenaro memicing tajam setelah mendengar ucapan Cherry. Menaikkan salah satu alisnya seolah meminta penjelasan. "Mari kita buat kesepakatan Jey. Jika aku gagal membuatmu jatuh hati dalam waktu 200 hari. Maka aku siap memutuskan pertunangan ini dan aku tidak akan mengusik hidupmu kembali."

Jenaro tampak terkejut dengan ucapan berani gadis itu yang memberinya sebuah tawaran gila seperti ini. "Apa kau yakin sanggup untuk tidak mengusikku?" tanya Jenaro menelisik mata Cherry.

"Ya," sahut Cherry dengan cepat meskipun dalam hatinya tak rela jika harus berpisah dengan pria panas seperti Jenaro.

Jenaro tampak berpikir, namun tak lama kemudian pria itu mulai membuka suara.

"Baiklah, aku setuju."

"Tapi dengan syarat, aku bebas menemui Alice kapan pun aku mau," ujar Jenaro setelahnya.

"What?" Pekik Cherry yang terkejut dengan perkataan Jenaro. Sial! Jenaro pandai mengambil keuntungan. Wajah bulat Cherry terlihat menggeras samar-samar. "Aku juga punya syarat!" sahut Cherry tidak ingin kalah. Membuat Jenaro lagi-lagi terkejut. Gadis ini pantang menyerah sekali.

"Kita masing-masing punya 3 permintaan yang harus dilakukan baik aku ataupun dirimu. Tenang! Aku tidak akan memintamu meninggalkan istri pamanku itu," ujar Cherry yang melihat raut wajah Jenaro yang mulai menatapnya tajam.

"Hanya itu?" tanya Jenaro memastikan.

Cherry menganggukkan kepalanya. Mengulum bibir tebalnya sekilas, tampak sedikit khawatir jika pria itu menolak tawarannya.

"Baiklah, aku setuju." Jenaro menyetujui dengan 3 permintaan itu, setidaknya Cherry tidak menyuruhnya untuk jauh bahkan memisahkan dirinya dengan Alice. Tanpa Jenaro sadari Cherry menyeringai, ia tak menyangka jika tunangannya itu akan menyutujui hal ini.

"Kalau begitu aku akan menggunakan permintaan yang pertama hari ini," ucap Cherry sembari melipat tangannya di depan dada.

"Apa? Sekarang?" ujar Jenaro yang kembali dibuat terkejut.

"Ya." Sahut Cherry dengan cepat.

"Kau gila?" Desis Jenaro tak menyukai ide dari Cherry. Mereka baru saja membuat kesepakatan, namun wanita itu seakan sangat siap untuk menyerangnya.

"Bukankah semakin cepat, maka akan semakin baik kau bisa lepas dariku, Jey!" ujar Cherry. 'Itu pun jika kau sanggup' tambahnya dalam hati.

Jenaro tampak berpikr, benar juga apa yang dikatakan oleh gadis di hadapannya ini. Semakin cepat mereka melakukan perjanjian, maka semakin cepat pula ia akan terbebas dari gadis penganggu itu. "Baiklah! Apa permintaanmu?"

"Permintaan pertamaku gampang. Pecat tante Alice dan carilah sekretaris yang baru," balas Cherry seraya tersenyum iblis penuh kemenangan.

●○●○●○●○

Halo, aku author bunny. Selamat datang, selamat berkenalan dengan Cherry & Jenaro. Aku harap kalian menyukainya (ノ*°▽°)ノ

follow I* ku di @/hyiambunny. Yang ingin bertanya tentang novelku bisa DM ke sana ya ♡

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   37. Unchanged [END]

    "Aku bisa memesan taksi online, ataupun meminta jemput pada supir. Kenapa kau harus repot–repot untuk mengantarku, Jey? Kau sudah sangat terlambat," ujar wanita manis itu sembari memasang sabuk pengamannya.Raut wajah Cherry justru terlihat lebih panik daripada Jenaro. Bahkan wanita itu langsung melompat turun dari pangkuan sang tunangan saat mendengar pekikan suara Jemian dari dalam ponsel Jenaro.Ia dapat mendengar jelas, karena memang Jemian memekik kencang sekali. Pria itu terdengar marah lantaran ada pertemuan pentin bernilai jutaan dollar yang harus Jenaro hadiri, namun pria itu justru belum sampai di kantornya.Cherry sudah menawarkan diri untuk tidak diantar pulang oleh Jenaro, karena jarak Arosoft dan rumahnya cukup memakan waktu sekitar 15 menit. Namun siapa sangka, jika pria ini dengan sangat keras kepala tetap ingin mengantarnya untuk pulang. "Kau ingin aku di cap sebagai tunangan yang jahat?" ujar Jenaro tanpa menatap ke arah Cherry. Matanya yang tajam dan rahangnya yang

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   36. JANGAN PROTES

    "Ganti bajumu," ujarnya pertama kali, yang bukannya segera mengiyakan ajakan Cherry karena mengejar waktu, namun pria tampan itu justru tampak tak suka dengan pilihan baju yang ia gunakan. "What? Memangnya ada apa dengan baju ini?" sahut wanita itu yang begitu terkejut. Rahang Jenaro tampak menggeras."Celanamu terlalu pendek, Cherry Naomi!" ujarnya dengan tajam, bahkan tatapan dinginnya begitu kentara. Mendesah kesal, lantas Cherry membalas, "Tapi kau bilang aku bebas memilih sesuai seleraku!" ujarnya tak mau kalah. Oh, ayolah! Pakaian casual dan nyaman seperti ini adalah seleranya. Bukan Jenaro Rafandra namanya jika ia mengalah begitu saja. "Cepat ganti atau aku akan menguncimu di sini?" balas pria itu dengan tegas, membuat wanita sukses merosotkan rahangnya. Tak ingin berdebat, mau tak mau ia menuruti apa yang pria itu katakan. Membalik tubuhnya dengan jengkel, dan kembali menuju walk in closet pria itu. Hampir empat puluh menit waktu berlalu, namun apa yang terjadi? Sama! Pr

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   35. Trippin' Over Butterflies

    "Apakah milik Tante Alice?" Saat ini degup jantung Cherry berdetak sangat cepat, ia berusaha mengendalikan dirinya apabila memang jawaban pria itu akan kembali melukai hatinya. Seharusnya ia tak perlu bertanya bukan? Karena jawaban pria itu sudah pasti, jika pakaian wanita yang ada di walk in closetnya adalah milik Tante Alice, kekasihnya. "Ia bahkan tidak tahu bahwa aku pemilik penthouse ini," ujar Jenaro tampak tenang saat mengatakannya. Berbeda dengan Cherry yang menatapnya seakan tak percaya. "Tidak mungkin!" Bantah wanita cantik itu dengan cepat. "M-Maksudku, kalian sudah berpacaran lama, tidak mungkin jika Tante Alice tak mengetahui tempat ini!""Kau wanita pertama yang ku ajak ke sini, Cherry Naomi." Balas Jenaro tampak datar dan tak merasa terganggu, jelas sekali jika pria ini memang tak berbohong sama sekali. "What?" Pungkas Cherry sembari merosotkan rahangnya. Di sela-sela rasa terkejutnya dalam hati wanita itu ia tersenyum lebar. Ada perasaan lega yang luar biasa saat m

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   34. Raspberry Pancake

    Sinar mentari yang cukup terang membuat seseorang terbangun mengerjap dari tidur nyenyaknya. Jenaro Rafandra, pria itu tampak terbangun lebih dulu. Mengerjapkan matanya perlahan hingga menemukan seorang wanita yang masih tampak lelap menyelami mimpinya.Seulas senyum tak dapat ia tahan manakala melihat wajah cantik itu meskipun dalam keadaan memejamkan mata dan wajah dengan sia-sia riasannya. Benar, mana mungkin Cherry Naomi sempat membersihkan riasannya karena semalam wanita itu langsung terlelap setelah dua ronde percintaan mereka. Tangan Jenaro terulur, menyelipkan anak-anak rambut yang sedikit menutupi paras ayu itu. Senyumnya tak bisa pudar manakala mengingat bahwa ia adalah pria yang pertama untuk wanita ini, entah mengapa rasanya sangat bahagia sekali.Ada rasa bangga dalam diri Jenaro karena berhasil menjadi yang pertama untuk Cherry Naomi. "Kau berhasil menghancurkan pertahananku, sweetie." Bisiknya lembut sembari menatap wanitanya. Pria itu tampak tersenyum masam, ingatan

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   33. Don't Stop

    Attention — [cw // mature content, harsh word, dirty talks, kissing, and more. Minor atau yang tidak suka bacaan vulgar, mohon di skip]——— happy reading. "Bukankah kau merasa risih jika aku terlalu sering menempel denganmu?" Pungkas wanita cantik itu, dan sukses membuat Jenaro mendengus tak suka. Wanita ini selalu saja membalikkan keadaan dengan membandingkan pada dirinya. Perlakuannya pada wanita itu. "Meskipun begitu bukan berarti kau bisa mengabaikanku seenaknya, Cherry Naomi!" Balas pria itu kembali tak suka jika wanita ini mengabaikannya. Banyak wanita yang mengagumi bahkan memuja sosok Jenaro Rafandra. Wanita-wanita itu selalu saja berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya. Bahkan di pesta kali ini, tak sedikit wanita dengan tingkah jalangnya terang-terangan menggoda dirinya.Termasuk kebiasaan Cherry Naomi sebelumnya, wanita itu selalu mengusiknya. Dan kini, Jenaro merasa marah saat wanita itu tak lagi mengusiknya, bahkan mengabaikannya seperti ia sama sekali tak nampak

  • 200 Hari Menjerat Pebinor   32. Seperti Wanita Miskin

    "Aku mengajak kau kemari bukan untuk membuatmu mengagumi setiap sudut isi rumahku, Cherry Naomi." Terdengar suara berat dan setengah menggeram itu dibalik punggung wanita cantik yang sedari tadi tampak sibuk mengabadikan setiap inci penthouse mewah ini. Cherry yang sibuk dengan ponselnya pun tampak acuh dengan ucapan pria itu yang tak lain adalah Jenaro Rafandra, si tuan rumah. Wanita manis itu tampak sibuk dengan ponselnya, mengambil gambar di beberapa sudut rumah pria itu lalu ingin memamerkannya pada sahabat-sahabatnya, terlebih Valerie. Gadis itu pasti akan merasa iri padanya karena bisa masuk ke dalam penthouse 'The Castle'. "Jey, sebentar! Aku harus merekam ini, lalu mengirimkan pada Valerie agar wanita itu semakin menangis melihat benda-benda canggih ini. Lalu aku juga akan mengirimkannya pada Felix dan juga Jack, mereka pasti–," ucapan wanita itu terpotong, manakala ponsel pintarnya direbut dengan paksa oleh seseorang yang tiba-tiba mendekat pada dirinya. "Jey! What are y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status