Cherry bersama sang mama mulai masuk ke ruang keluarga, di mana Cherry melihat seseorang dengan tubuh yang bisa dibilang gemuk itu tengah duduk dihadapan sang ayah. Dengan langkah percaya diri Cherry melangkah mendekati pria itu. Bahkan tanpa permisi Cherry langsung saja duduk disebelahnya dan mengalungkan tangannya pada lengan pria itu. Bergelayut sok kenal dan bertingkah centil. Ck, jika bukan karna mobil kesayangan dan harta warisan keluarga Johnson, Cherry tidak akan pernah sudi bertindak seperti ini. Bukan gayanya sama sekali.
Sontak semua orang yang melihat tingkah seorang Cherry Naomi tersentak kaget, terlebih lagi sang ayah."Apa yang sedang kau lakukan Cherry Naomi?" geram sang ayah yang terlihat malu dengan tingkah putrinya itu."Aku hanya mencoba akrab pada pria yang dijodohkan denganku, Pa!" Ujar Cherry dengan begitu percaya diri tersenyum lebar pada ayahnya.Jawaban Cherry membuat sang mama mengulum bibirnya. Oh, sepertinya putrinya ini salah sasaran."Tapi bukan aku yang akan dijodohkan denganmu sayang," ujar pria yang ada di sebelah Cherry.Cherry menolehkan kepalanya sembari mengernyitkan dahinya. Cherry tampak menelisik wajah pria di hadapannya ini. Jika dilihat-lihat tidak mungkin sang ayah menjodohkan dengan pria yang terlihat seumuran dengan ayahnya ini.Apa? Tunggu! Seumuran dengan ayahnya?"Aku masih sangat mencintai mendiang istriku, sayang. Jadi, yang akan menjadi calon suamimu adalah putraku bukan aku."Oh My God! Siram Cherry dengan air dingin sekarang juga. Rentetan kalimat yang keluar dari mulut pria paruh baya disampingnya ini benar-benar menenggelamkannya hingga ke inti bumi."Jadi, apa kau lebih tertarik dengan ayahku, Nona?" sahut seseorang dari balik punggung Cherry.Cherry yang masih merasa malu dengan tingkahnya pun menolehkan kepala dengan ragu. Namun saat matanya menangkap sosok yang ada di balik punggungnya itu sontak pupil matanya melebar melihat seorang pria berjalan kearahnya dengan begitu tegap, panas dan damn! So sexy.Oh sialan! Pikiran Cherry melayang hanya dengan melihat pria itu. Wajahnya sungguh rupawan, hidung mancung, rahang tegas, kulit putih, bibir tipis berwarna merah muda dan ditambah dengan rambut hitam panjang yang dikuncir kebelakang menambah kesan maskulin para pria itu dan lebih tampan berkali- kali lipat. Apa Cherry sedang melihat manusia titisan dewa saat ini?"Dia adalah pria yang akan aku jodohkan denganmu," ujar pria paruh baya disebelahnya sekali lagi. Dan hal itu mampu menerbangkan Chery ke langit tingkat tujuh saat ini juga.•••••Cherry sudah berada di dalam kamarnya saat ini. Sembari memainkan ponsel pintarnya dengan wajah yang berseri-seri. Damn! Wanita muda ini tampaknya terkena serangan love at first sight. Cinta pandangan pertama yang membuatnya nyaris seperti wanita gila karena jatuh cinta.Cherry menghidupkan ponselnya dan sesuai dugaannya, ada puluhan panggilan dan ratusan chat yang berasal dari sahabat- sahabatnya itu.Felix My Puppy : "Yak !! Kau dimana Cherry Naomi! Muncul lah ke permukaan! Aku butuh penjelasan sialan!"Valerie Gadis Centil : "Apakah kau benar-benar makan malam dengan pria gendut itu gadis bar-bar?"Jack Itu Waria : "Memikirkan hal ini aku nyaris pingsan!"Anda : "@ValerieGadisCentil Bukan hanya makan malam tapi kami sudah mempersiapkan tanggal untuk bertunangan ♡´・ᴗ・`♡. Aku menerima perjodohan ini. Dan kurasa, aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali menatapnya."Felix My Puppy : "BUKA PINTU GERBANG RUMAHMU SEKARANG JUGA CHERRY NAOMI!! KAMI AKAN DATANG DALAM 15 MENIT!! MENSTERILKAN OTAKMU YANG SEDANG TIDAK WARAS ITU!!"Setelah membaca pesan dari Felix sahabatnya yang sangat manis layaknya anak anjing itu Cherry melempar ponselnya asal.Demi Tuhan! Kali ini dirinya sangat berterimakasih pada sang ayah karna telah menjodohkan dirinya dengan pria tampan seperti Jenaro Rafandra.Saat membayangkan wajah tampan itu, seakan ingatan Cherry kembali pada percakapan sahabatnya beberapa waktu lalu. Jenaro adalah simpanan dari Tante Alice.Cherry kembali meraih ponselnya, membuka akun media sosial lalu mencari sebuah nama disana. Menscroll setiap gambar yang ada pada akun seseorang itu.Cherry terkekeh dengan apa yang ia temukan dalam akun seseorang itu. Akun seorang pria yang mengunggah siluet tubuh seorang wanita. Cherry yakin sekali jika siluet wanita dalam akun Jenaro itu adalah tante Alice. Cherry tidak salah kira, tubuh istri dari pamannya yang super sibuk itu memanglah menggoda meskipun telah melahirkan seorang anak."Aku akan membawamu ke jalan yang menuju surga Jey! Bukan jalan menuju neraka." Cherry menatap layar ponselnya dengan kilatan penuh ambisi disana.•••••Nyatanya menaklukkan seorang Jenaro Rafandra Xiaver tak semudah mencampurkan air dengan gula. Sejak pertemuan kedua orangtua mereka lalu dilanjutkan dengan acara pertunangan 2 minggu setelahnya. Hingga saat ini tepat 18 minggu Cherry dan Jenaro saling mengenal tak ada perubahan apapun yang terjadi di antara keduanya.Jenaro masih saja layaknya kutub, dingin nyaris tak tersentuh. Pria itu selalu mengabaikan Cherry, sama sekali tak membalas pesan dan bahkan menolak panggilan- panggilan telepon yang seringkali Cherry lakukan untuk berkomunikasi bahkan bersikap begitu perhatian pada tunangannya itu.Jenaro justru secara terang- terangan menunjukkan taringnya pada Cherry dan tak tahu malu memperlihatkan kemesraannya bersama tante Cherry sendiri yaitu Alice.Geram? Tentu saja! Cherry merasa dipermainkan oleh tunangannya itu. Namun Cherry bukanlah sosok yang bisa menyerah begitu saja ketika mendapatkan penolakan. Ambisinya begitu besar, ketika Cherry sudah memilih maka pilihannya itu harus menjadi miliknya. Termasuk memiliki Jenaro adalah sebuah keharusan untuk Cherry.Bahkan para sahabat Cherry sampai tak habis fikir, jika seorang gadis bar- bar itu berkali- kali mempermalukan dirinya sendiri hanya untuk seorang pria yang mengagumi istri pria lain. Sebenarnya dimana letak otak cerdas Cherry Naomi saat ini?Cherry berjalan memasuki gedung pencakar langit dengan membawa satu paper bag ditangan kirinya. Berjalan dengan santai tanpa memperdulikan orang- orang yang menatap kearah dirinya. Cherry selalu menjadi pusat perhatian, dan dia sangat paham itu. Pesonanya memang tak pernah terbantahkan, namun hanya seorang Jey nama kesayangan dari Cherry untuk tunangannya itu yang terlalu bodoh menurutnya. Ada barang baru kenapa harus memilih barang bekas? Ck, itulah yang selalu ada dalam pikiran Cherry.Cherry membuka pintu ruangan utama sang Presdir Arosoft tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu hingga membuat dua manusia yang sedang berpangutan satu sama lain itu mendadak melepaskan diri. Siapa lagi kalau bukan Jenaro dan juga tante Alice.[masa sebelum prolog - selesai]
"Aku bisa memesan taksi online, ataupun meminta jemput pada supir. Kenapa kau harus repot–repot untuk mengantarku, Jey? Kau sudah sangat terlambat," ujar wanita manis itu sembari memasang sabuk pengamannya.Raut wajah Cherry justru terlihat lebih panik daripada Jenaro. Bahkan wanita itu langsung melompat turun dari pangkuan sang tunangan saat mendengar pekikan suara Jemian dari dalam ponsel Jenaro.Ia dapat mendengar jelas, karena memang Jemian memekik kencang sekali. Pria itu terdengar marah lantaran ada pertemuan pentin bernilai jutaan dollar yang harus Jenaro hadiri, namun pria itu justru belum sampai di kantornya.Cherry sudah menawarkan diri untuk tidak diantar pulang oleh Jenaro, karena jarak Arosoft dan rumahnya cukup memakan waktu sekitar 15 menit. Namun siapa sangka, jika pria ini dengan sangat keras kepala tetap ingin mengantarnya untuk pulang. "Kau ingin aku di cap sebagai tunangan yang jahat?" ujar Jenaro tanpa menatap ke arah Cherry. Matanya yang tajam dan rahangnya yang
"Ganti bajumu," ujarnya pertama kali, yang bukannya segera mengiyakan ajakan Cherry karena mengejar waktu, namun pria tampan itu justru tampak tak suka dengan pilihan baju yang ia gunakan. "What? Memangnya ada apa dengan baju ini?" sahut wanita itu yang begitu terkejut. Rahang Jenaro tampak menggeras."Celanamu terlalu pendek, Cherry Naomi!" ujarnya dengan tajam, bahkan tatapan dinginnya begitu kentara. Mendesah kesal, lantas Cherry membalas, "Tapi kau bilang aku bebas memilih sesuai seleraku!" ujarnya tak mau kalah. Oh, ayolah! Pakaian casual dan nyaman seperti ini adalah seleranya. Bukan Jenaro Rafandra namanya jika ia mengalah begitu saja. "Cepat ganti atau aku akan menguncimu di sini?" balas pria itu dengan tegas, membuat wanita sukses merosotkan rahangnya. Tak ingin berdebat, mau tak mau ia menuruti apa yang pria itu katakan. Membalik tubuhnya dengan jengkel, dan kembali menuju walk in closet pria itu. Hampir empat puluh menit waktu berlalu, namun apa yang terjadi? Sama! Pr
"Apakah milik Tante Alice?" Saat ini degup jantung Cherry berdetak sangat cepat, ia berusaha mengendalikan dirinya apabila memang jawaban pria itu akan kembali melukai hatinya. Seharusnya ia tak perlu bertanya bukan? Karena jawaban pria itu sudah pasti, jika pakaian wanita yang ada di walk in closetnya adalah milik Tante Alice, kekasihnya. "Ia bahkan tidak tahu bahwa aku pemilik penthouse ini," ujar Jenaro tampak tenang saat mengatakannya. Berbeda dengan Cherry yang menatapnya seakan tak percaya. "Tidak mungkin!" Bantah wanita cantik itu dengan cepat. "M-Maksudku, kalian sudah berpacaran lama, tidak mungkin jika Tante Alice tak mengetahui tempat ini!""Kau wanita pertama yang ku ajak ke sini, Cherry Naomi." Balas Jenaro tampak datar dan tak merasa terganggu, jelas sekali jika pria ini memang tak berbohong sama sekali. "What?" Pungkas Cherry sembari merosotkan rahangnya. Di sela-sela rasa terkejutnya dalam hati wanita itu ia tersenyum lebar. Ada perasaan lega yang luar biasa saat m
Sinar mentari yang cukup terang membuat seseorang terbangun mengerjap dari tidur nyenyaknya. Jenaro Rafandra, pria itu tampak terbangun lebih dulu. Mengerjapkan matanya perlahan hingga menemukan seorang wanita yang masih tampak lelap menyelami mimpinya.Seulas senyum tak dapat ia tahan manakala melihat wajah cantik itu meskipun dalam keadaan memejamkan mata dan wajah dengan sia-sia riasannya. Benar, mana mungkin Cherry Naomi sempat membersihkan riasannya karena semalam wanita itu langsung terlelap setelah dua ronde percintaan mereka. Tangan Jenaro terulur, menyelipkan anak-anak rambut yang sedikit menutupi paras ayu itu. Senyumnya tak bisa pudar manakala mengingat bahwa ia adalah pria yang pertama untuk wanita ini, entah mengapa rasanya sangat bahagia sekali.Ada rasa bangga dalam diri Jenaro karena berhasil menjadi yang pertama untuk Cherry Naomi. "Kau berhasil menghancurkan pertahananku, sweetie." Bisiknya lembut sembari menatap wanitanya. Pria itu tampak tersenyum masam, ingatan
Attention — [cw // mature content, harsh word, dirty talks, kissing, and more. Minor atau yang tidak suka bacaan vulgar, mohon di skip]——— happy reading. "Bukankah kau merasa risih jika aku terlalu sering menempel denganmu?" Pungkas wanita cantik itu, dan sukses membuat Jenaro mendengus tak suka. Wanita ini selalu saja membalikkan keadaan dengan membandingkan pada dirinya. Perlakuannya pada wanita itu. "Meskipun begitu bukan berarti kau bisa mengabaikanku seenaknya, Cherry Naomi!" Balas pria itu kembali tak suka jika wanita ini mengabaikannya. Banyak wanita yang mengagumi bahkan memuja sosok Jenaro Rafandra. Wanita-wanita itu selalu saja berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya. Bahkan di pesta kali ini, tak sedikit wanita dengan tingkah jalangnya terang-terangan menggoda dirinya.Termasuk kebiasaan Cherry Naomi sebelumnya, wanita itu selalu mengusiknya. Dan kini, Jenaro merasa marah saat wanita itu tak lagi mengusiknya, bahkan mengabaikannya seperti ia sama sekali tak nampak
"Aku mengajak kau kemari bukan untuk membuatmu mengagumi setiap sudut isi rumahku, Cherry Naomi." Terdengar suara berat dan setengah menggeram itu dibalik punggung wanita cantik yang sedari tadi tampak sibuk mengabadikan setiap inci penthouse mewah ini. Cherry yang sibuk dengan ponselnya pun tampak acuh dengan ucapan pria itu yang tak lain adalah Jenaro Rafandra, si tuan rumah. Wanita manis itu tampak sibuk dengan ponselnya, mengambil gambar di beberapa sudut rumah pria itu lalu ingin memamerkannya pada sahabat-sahabatnya, terlebih Valerie. Gadis itu pasti akan merasa iri padanya karena bisa masuk ke dalam penthouse 'The Castle'. "Jey, sebentar! Aku harus merekam ini, lalu mengirimkan pada Valerie agar wanita itu semakin menangis melihat benda-benda canggih ini. Lalu aku juga akan mengirimkannya pada Felix dan juga Jack, mereka pasti–," ucapan wanita itu terpotong, manakala ponsel pintarnya direbut dengan paksa oleh seseorang yang tiba-tiba mendekat pada dirinya. "Jey! What are y