Share

Berubah

      "Lu beneran enggak marah sama gue kan?" Tanya Yasmin, melirik ke arah Raina.

       Ini sudah pertanyaan yang ketiga kalinya. Yasmin masih merasa tidak percaya karena sahabatnya itu tampak tenang-tenang saja, tidak seperti dulu. Gadis di hadapannya itu justru sibuk dengan steaknya.

      Biasanya, Raina akan marah, merajuk dan sedikit mendramatisir keadaan, dia juga akan mengatakan kalimat-kalimat yang berlebihan, kadang terdengar menyindir seperti, "Yah, mau bilang apa, gue kan cuman temen enggak penting dikehidupan lu kalau dibandingin sama cowok lu," , atau "Iya deh yang mau beliin kado buat calon mertua, apalah gue ini yang jomblo karatan". Kalimat-kalimat menjengkelkan dari Raina itu kadang membuat Yasmin merasa sangat kesal pada sahabatnya ini, tidak jarang mereka malah jadi bertengkar.

      Kalau saja Yasmin tidak tahu mengenai kisah patah hati Raina, sudah pasti dia tidak akan tahan untuk setia menjadi sahabat gadis manja dan sedikit drama queen ini.

     "Kenapa harus marah, lu enggak bisa jemput, enggak masalah, lagian gue males juga kalau nunggu sampai elu datang, mendingan gue jalan langsung aja, ya kan?" Jawab Raina dengan santai. Dia lebih berkonsentrasi pada steak yang ada dihadapannya, perutnya lapar sekali. Raina tidak sempat makan karena jam penerbang pesawatnya tidak jelas 

     "Lu berubah ya" ucap Yasmin jujur. Raina mengangkat kepalanya, mulutnya masih mengunyah potongan steak. Wajahnya terlihat bingung.

     "Berubah?" Tanya Raina balik, mulutnya sedikit terbuka.

     Yasmin spontan memberikan tisu pada Raina untuk menutupi mulut Raina. Kebiasaan buruk gadis itu, bicara sambil mengunyah makanan.

     "Iya, kayanya pencarian jati diri ke Kalimantan berhasil ya" goda Yasmin. 

     "Sial" balas Raina sambil melemparkan tisu bekas ke arah Yasmin. Mereka lalu tertawa bersama.

     "Gue udah putusin, mau berubah." ucap Raina, kali ini wajahnya terlihat bersungguh-sungguh.

     "Hmm?" Kening Yasmin berkerut. 

     "Yah, no more cry baby, or Ms. drama queen" jelas Raina.

     Dua tahun berada di sebuah daerah terpencil di pulau Kalimantan membuat Raina sadar. Selama ini sikapnya terlalu buruk, pada orang tuanya, pada Yasmin, dan mungkin ini juga yang menyebabkan Rian tidak bisa menerima dirinya, dan kembali pada kekasih lamanya, yang juga sahabat mereka berdua.

      Yasmin tidak menjawab, dia masih menunggu kalimat dari Raina. 

      "Dua tahun ini, gue berusaha jadi mandiri, semua gue lakuin sendiri, gue enggak pernah pulang selama dua tahun ini karena sengaja, gue kepengen tahu betapa pentingnya semua orang dalam hidup gue, yang enggak pernah gue hargai lebih. Gue pikir semua kegagalan cinta gue ini salah Rian, tapi enggak Yas, semua salah gue, setelah merenung setiap hari selama dua tahun, gue sadar kenapa Rian milih Mischa ketimbang gue" lanjut Raina lagi.

      Yasmin masih mendengarkan sisa cerita sahabatnya itu. 

      "Tapi ya rugi banget ya, suka sama satu laki-laki selama hampir 9 tahun, damn!" Raina memaki dirinya sendiri." Raina masih melanjutkan kalimatnya sambil membayangkan kebodohannya, menyukai Rian selama 9 tahun sebelum dia memutuskan bekerja di Kalimantan. 

      Gadis bodoh itu tetap menyukai sahabatnya itu, walaupun dia tahu kalau dia sudah tidak punya kesempatan lagi dengan Rian. Sejak awal masuk kuliah, Rian sudah jelas mengatakan kalau dia hanya menganggap Raina sebagai sahabat saja. Hati Rian tidak pernah berpaling dari Mischa. 

      "Udah ah, cukup sedih-sedihnya, sekarang mending kita fokus buat masa depan, jangan lupa beresin semua keperluan pendaftaran ujian spesialis" balas Yasmin. Raina mengangguk setuju. 

       "Ah, akhirnya kita bareng-bareng lagi yaa" ucap Raina sambil tersenyum senang, dia sangat merindukan Yasmin. Dua tahun tidak bertemu dengan sahabatnya ini. 

       "Hah, kayanya gue harus siap-siap lagi nih sama temen manja gue" ucap Yasmin.

      Raina tertawa, tapi mengangguk setuju. 

       "Jangan khawatir, Raina yang sekarang jauh lebih kuat, enggak cengeng dan drama. Gue janji bakal berubah jadi orang yang lebih baik" janji Raina, gadis itu berdiri dari duduknya, membuat mimik wajah sungguh-sungguh dan meletakkan tangan kanan di dada kirinya, melengkapi kesungguhannya, suara Raina cukup keras sehingga membuat beberapa pengunjung lain di kafe itu mengalihkan pandangan ke meja Raina dan Yasmin, sebagian merasa terganggu, sebagian lagi tertawa geli melihat tingkah konyol Raina. 

      "Ssssttttt... Jangan gitu dong Na, ini semua orang pada liatin kita" bisik Yasmin, wajahnya memerah karena malu melihat tingkah sahabatnya. Dasar gadis aneh, selalu saja bertingkah seenaknya, batin Yasmin dalam hati.

      Raina tersadar, melirik ke kanan dan kiri, lalu menutup wajahnya karena merasa malu sambil terkekeh geli. 

      "Dasar.." ucap Yasmin lagi. Baru saja dia merasa Raina berubah, ternyata bagian ini sama sekali belum berubah, masih saja suka bertingkah sembarangan.

      "Maaf, maaf. Yuk, pulang" ajak Raina. Steaknya sudah habis. Dia makan terlalu cepat.

      "Oke, gue anter ya, jangan lupa, minta maaf sama Ibu dan Ayah lu, mereka cemas banget deh pasti" nasehat Yasmin.

      "Siap!" Seru Raina patuh. Membuat tanda hormat dengan tangan kanannya. 

      Yasmin langsung mengantar Raina pulang ke rumahnya. Hari sudah cukup malam, Yasmin khawatir orang tua Raina akan bertambah cemas. 

      "Thanks tumpangan sama traktirannya Yas" balas Raina setelah sampai didepan rumahnya. 

      "Sampe besok, jangan lupa cepetan urus semua berkas lu," balas Yasmin sebelum pergi pulang.

     "Baik Bu bos!" balas Raina mengacungkan jempol tangan kanannya, pertanda mengiyakan pesan Yasmin.

       Raina berjalan ke dalam rumah setelah mobil Yasmin hilang dari pandangan mata. Dia mengetuk pintu depan rumahnya. Ibu dan Ayah sedang menonton televisi berdua, Rendi, adik Raina belum pulang dari rumah temannya. Saat mendengar ketukan di pintu depan, Ibu dan Ayah langsung bergegas menuju pintu depan. Mereka yakin itu Raina, keduanya sudah tidak sabar untuk bertemu Raina.

      "Nana!" Pekik Ibu sambil memeluk Raina.

      Ayah hanya tersenyum saja, membiarkan istrinya melepaskan kerinduannya pada anak pertama mereka. Paling beberapa hari lagi keduanya akan bertengkar, batin Ayah sambil tertawa dalam hati. 

      "Ayah, Ibu, Nana minta maaf karena selama dua tahun enggak pernah pulang," ucap Raina dengan wajah menyesal. Dia memperhatikan wajah kedua orang tuanya yang tampak bahagia, Raina tidak pernah menyangka akan seperti ini. Dia pikir kedua orang tuanya tidak akan merindukannya seperti ini. 

      "Ibu juga minta maaf kalau terlalu keras sama kamu, janji sama Ibu, kamu jangan pergi tanpa bilang-bilang seperti dulu, ya?" Pinta Ibu.

      Raina mengangguk sambil berjanji dalam hati, dia tidak akan mengecewakan orang tuanya lagi hanya karena masalah cinta. Semoga perubahan sikapnya ini bisa membantu dia mendapatkan cinta yang baru.

     "Iya Bu" balas Raina, patuh. Kembali memeluk ibunya. Lalu setelah selesai, Raina beralih ke ayahnya. 

    "Maafin Nana ya Yah" Ucap Raina, masih belum melepas pelukannya. 

    "Tanpa kamu minta maaf, pasti sudah Ayah maafkan" balas Ayah, mengecup puncak kepala anak gadisnya yang keras kepala ini. 

___________


Jangan lupa komentar di bawah ya..

Happy reading semuanya..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status