Share

4. Kontrak Kerja

“Maaf, Tuan. Tapi, saya tidak bisa,” ucap Anna pada akhirnya.

Dia tidak mungkin mengundurkan diri begitu saja. Sky Crystal sudah seperti rumah bagi Anna.

“Kenapa?” Dominic melipatkan kedua tangannya di depan dada. “Kau tahu 'kan Sky Crystal milikku.”

“Maaf, Sir. Aku butuh pekerjaan ini.”

“Kalau begitu, kau bisa mulai bekerja besok di rumahku selama satu minggu.” Dominic tersenyum miring.

Anna hanya bisa menggaruk kepalanya yang terasa tidak gatal.

Baru sebentar saja, ia ingin mencekik pria tua ini.

Apalagi, jika harus bekerja selama satu minggu dengannya?

“Baiklah. Karena 7 hari sepertinya tak cukup, aku memerintahkanmu untuk menjadi koki pribadiku selama tiga puluh hari,” ucap Dominic mendadak.

“Apa?!”

Dominic menahan tawa melihat kepanikan di wajah perempuan itu.

Entah mengapa, sejak melihat Anna tadi, dendamnya tiba-tiba membara lagi.

Dan, tiba-tiba saja ide konyol itu muncul.

Rasanya tak masalah menambah waktunya untuk tinggal di Vermont bila dirinya bisa membalaskan dendamnya dengan puas pada wanita gila ini!

"Jika tidak bersedia, kau bisa mengundurkan diri. Banyak yang butuh dengan pekerjaan ini.”

Setelah mengatakan itu, Dominic pergi meninggalkan Anna yang masih berdiri mematung.

“Sialan! Dasar pria tua!” pekiknya dalam hati kala sadar sudah dikerjai Dominic.

***

Hanya saja, Anna memang tidak punya pilihan lain, selain menyetujui tawaran Dominic.

Dia benar-benar butuh dengan pekerjaan yang sudah memberikan hidup padanya selama tiga tahun terakhir.

Dan di sini lah Anna berada. Di dalam ruangan Austin dengan pria yang dianggap menyebalkan itu.

“Ini surat perjanjian dan kontrak kerjamu!” Dominic melemparkan lembaran kertas di atas meja dengan kasar.

“Surat perjanjian?”

“Ya. Anggap saja itu masa percobaanmu. Jika kau lolos, kau bisa kembali bekerja menjadi koki di Sky Crystal.” Dominic mengatakan itu dengan gaya angkuhnya.

“Tapi, Sir, kau tidak pernah mengatakan ini sebelumnya. Tidak ada masa percobaan apa pun,” ujar Anna dengan sedikit tegas.

Baginya, Dominic tidak bisa dibiarkan begitu saja!

Meski atasan, dia tak bisa semena-mena.

Sayangnya, Dominic adalah pemimpin perusahaan besar yang berkuasa.

Ucapannya hampirlah mutlak dan harus dituruti banyak orang, termasuk Anna.

Dengan senyum sinis, pria itu pun berkata, “Baiklah kalau begitu. Kau aku pecat—“

Deg!

“Tidak. Tidak!” Anna memotong perkataan Dominic dengan cepat.

Gadis itu juga segera mengambil kertas yang ada di atas meja, lalu membacanya dengan rasa kesal, “Aku akan menerima apa pun tawaranmu.”

“Hanya satu bulan, An. Satu bulan. Kau harus bisa bertahan selama itu,” bisik Anna pada dirinya sendiri.

“Bagus! Oh, ya, jangan lupa baca kontrak kerjanya juga! ” perintah Dominic.

Dia tidak ingin Anna melewatkan satu poin pun dari setiap kontrak yang mereka buat.

Mendengar itu, Anna pun membaca semua perjanjian dan kontrak yang Dominic buat sendiri.

Meski demikian, semua isinya sudah bisa Anna tebak.

Hanya Dominic yang diuntungkan dalam kontrak kerja mereka!

"Kau sudah mengerti?" tanya pria itu memastikan.

Anna mengangguk pelan. "Tapi, kau tidak sungguh-sungguh, 'kan, Sir? Di sini tertulis jika aku mengundurkan diri sebelum kontrak kerja kita berakhir, kau akan meminta denda lima kali lipat."

"Sama sekali tidak!" Dominic benar-benar terlihat serius.

"Ah, baiklah." Helaan napas panjang terdengar dari Anna.

Dia sudah pasrah. Semua isi perjanjian itu terlihat tidak masuk akal.

Melihat Anna diam—tanpa ingin mengatakan apa pun lagi, Dominic segera menghubungi Austin dan Harry.

Tak lama, kedua temannya itu untuk masuk.

Wajah mereka tampak terkejut kala melihat kertas yang sedang dibaca Anna.

Austin bahkan langsung merebutnya dan menatap Dominic tajam. “Dom, ini tidak masuk akal!”

Namun, Dominic tak merasa terganggu. Ia malah menopang kakinya, santai. “Kenapa? Kau kan tau jika aku kurang suka keramaian, dan aku butuh koki pribadi selama berada di Vermont.”

“Tapi, tetap saja. Kau bilang hanya akan tinggal selama tujuh hari saja, bukan satu bulan!”

“Apa, satu bulan?” Kini, Harry merebut kertas perjanjian itu dari tangan Austin.

Dia lantas menggeleng tidak percaya dengan tingkah Dominic.

“Anna, kau boleh keluar!” ucap Harry.

Namun, Dominic menggeleng. “Aku tidak mengizinkan itu!”

“Anna, keluar! Kami ingin bicara dengan Dom.” Kali ini, Harry tampak begitu tegas—tak bisa dibantah.

Menyadari ketegangan tak masuk akal itu, Anna pun berdiri dengan sedikit lesu.

Setelahnya, dia keluar menuruti perintah Harry. Hanya saja dalam hati, dia berharap jika nasib baik akan berpihak kepadanya......

Brak!

Kala suara pintu tertutup terdengar, Harry langsung duduk di hadapan Dominic.

“Kau tidak bisa seperti ini, Dom,” ucapnya.

“Jangan ikut campur!” perintah Dominic, lalu mengambil sebatang rokok lalu menghidupkan dan mulai menghisapnya.

“Dom, jangan bertingkah kekanak-kanakan hanya karena kesalahannya kemarin.” Austin ikut menimpali.

“Aku hanya ingin memberinya pelajaran. Ingat, dia sudah menyepelekanku,” kilah Dom.

“Tapi, kontrak satu bulan itu terlalu berlebihan.”

“Iya, benar kata Austin. Bagaimana dengan pekerjaanmu di New York?” tanya Harry dengan mencoba mengingatkan Dominic pada semua pekerjaannya.

Dominic terlihat berpikir sejenak. Ucapan sang sahabat tampak masuk akal.

Jadi, diambilnya ponsel dari sakunya, lalu menekan salah satu kontak.

“Halo, Dom.” Suara berat seorang pria di New York terdengar begitu Dominic menekan kontak di ponselnya.

“Dam, kau bisa urus pekerjaanku untuk satu bulan ke depan?”

“Apa?! Kau gila?” teriak Adam.

“Tidak. Aku masih waras.” Dominic menghela napas panjang. “Aku akan tetap bekerja, tapi dari Vermont. Kirim semua pekerjaan melalui email. Kau bisa, bukan?”

Terdengar helaan napas panjang dari Adam. “Bagaimana dengan rapat penting?”

“Virtual!” tegas Dominic, “Aku akan tetap bekerja di sini, ada beberapa proyek yang harus aku selesaikan, lagi pula libur musim dingin sudah hampir tiba.” Dominic menyunggingkan senyum licik ke arah para sahabatnya.

“Oke. Akan aku atur ulang semua jadwalmu.”

“Oke, good!” Tanpa basa-basi, Dominic langsung memutuskan panggilan begitu saja. “Kalian lihat? Sekarang jangan ada lagi yang melarangku!”

Austin dan Harry sama-sama mendesah kasar. Sifat keras kepala Dominic benar-benar membuat mereka berdua sakit kepala.

Mereka benar-benar tidak bisa berbuat apapun.

Jika mereka mencoba melarang lagi, Dominic bisa saja akan memilih tinggal di Vermont lebih lama.

Dan itu tidak baik untuk semua orang!

Sementara itu, Dominic tersenyum miring.

'Setelah tiga puluh hari, aku akan tetap memecatnya apapun yang terjadi!' tekadnya dalam hati.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Gras Sabar
sepertinya Dominic mencintai Anna hanyak saja masih ingin menguji dan mengetes Anna karena Dominic punya rasa penasaran dg Anna apalagi masakannya sudah merasa ccok dilidahnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status