Share

4. Kontrak Kerja

Penulis: Amy_Asya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-01 22:37:40

“Maaf, Tuan. Tapi, saya tidak bisa,” ucap Anna pada akhirnya.

Dia tidak mungkin mengundurkan diri begitu saja. Sky Crystal sudah seperti rumah bagi Anna.

“Kenapa?” Dominic melipatkan kedua tangannya di depan dada. “Kau tahu 'kan Sky Crystal milikku.”

“Maaf, Sir. Aku butuh pekerjaan ini.”

“Kalau begitu, kau bisa mulai bekerja besok di rumahku selama satu minggu.” Dominic tersenyum miring.

Anna hanya bisa menggaruk kepalanya yang terasa tidak gatal.

Baru sebentar saja, ia ingin mencekik pria tua ini.

Apalagi, jika harus bekerja selama satu minggu dengannya?

“Baiklah. Karena 7 hari sepertinya tak cukup, aku memerintahkanmu untuk menjadi koki pribadiku selama tiga puluh hari,” ucap Dominic mendadak.

“Apa?!”

Dominic menahan tawa melihat kepanikan di wajah perempuan itu.

Entah mengapa, sejak melihat Anna tadi, dendamnya tiba-tiba membara lagi.

Dan, tiba-tiba saja ide konyol itu muncul.

Rasanya tak masalah menambah waktunya untuk tinggal di Vermont bila dirinya bisa membalaskan dendamnya dengan puas pada wanita gila ini!

"Jika tidak bersedia, kau bisa mengundurkan diri. Banyak yang butuh dengan pekerjaan ini.”

Setelah mengatakan itu, Dominic pergi meninggalkan Anna yang masih berdiri mematung.

“Sialan! Dasar pria tua!” pekiknya dalam hati kala sadar sudah dikerjai Dominic.

***

Hanya saja, Anna memang tidak punya pilihan lain, selain menyetujui tawaran Dominic.

Dia benar-benar butuh dengan pekerjaan yang sudah memberikan hidup padanya selama tiga tahun terakhir.

Dan di sini lah Anna berada. Di dalam ruangan Austin dengan pria yang dianggap menyebalkan itu.

“Ini surat perjanjian dan kontrak kerjamu!” Dominic melemparkan lembaran kertas di atas meja dengan kasar.

“Surat perjanjian?”

“Ya. Anggap saja itu masa percobaanmu. Jika kau lolos, kau bisa kembali bekerja menjadi koki di Sky Crystal.” Dominic mengatakan itu dengan gaya angkuhnya.

“Tapi, Sir, kau tidak pernah mengatakan ini sebelumnya. Tidak ada masa percobaan apa pun,” ujar Anna dengan sedikit tegas.

Baginya, Dominic tidak bisa dibiarkan begitu saja!

Meski atasan, dia tak bisa semena-mena.

Sayangnya, Dominic adalah pemimpin perusahaan besar yang berkuasa.

Ucapannya hampirlah mutlak dan harus dituruti banyak orang, termasuk Anna.

Dengan senyum sinis, pria itu pun berkata, “Baiklah kalau begitu. Kau aku pecat—“

Deg!

“Tidak. Tidak!” Anna memotong perkataan Dominic dengan cepat.

Gadis itu juga segera mengambil kertas yang ada di atas meja, lalu membacanya dengan rasa kesal, “Aku akan menerima apa pun tawaranmu.”

“Hanya satu bulan, An. Satu bulan. Kau harus bisa bertahan selama itu,” bisik Anna pada dirinya sendiri.

“Bagus! Oh, ya, jangan lupa baca kontrak kerjanya juga! ” perintah Dominic.

Dia tidak ingin Anna melewatkan satu poin pun dari setiap kontrak yang mereka buat.

Mendengar itu, Anna pun membaca semua perjanjian dan kontrak yang Dominic buat sendiri.

Meski demikian, semua isinya sudah bisa Anna tebak.

Hanya Dominic yang diuntungkan dalam kontrak kerja mereka!

"Kau sudah mengerti?" tanya pria itu memastikan.

Anna mengangguk pelan. "Tapi, kau tidak sungguh-sungguh, 'kan, Sir? Di sini tertulis jika aku mengundurkan diri sebelum kontrak kerja kita berakhir, kau akan meminta denda lima kali lipat."

"Sama sekali tidak!" Dominic benar-benar terlihat serius.

"Ah, baiklah." Helaan napas panjang terdengar dari Anna.

Dia sudah pasrah. Semua isi perjanjian itu terlihat tidak masuk akal.

Melihat Anna diam—tanpa ingin mengatakan apa pun lagi, Dominic segera menghubungi Austin dan Harry.

Tak lama, kedua temannya itu untuk masuk.

Wajah mereka tampak terkejut kala melihat kertas yang sedang dibaca Anna.

Austin bahkan langsung merebutnya dan menatap Dominic tajam. “Dom, ini tidak masuk akal!”

Namun, Dominic tak merasa terganggu. Ia malah menopang kakinya, santai. “Kenapa? Kau kan tau jika aku kurang suka keramaian, dan aku butuh koki pribadi selama berada di Vermont.”

“Tapi, tetap saja. Kau bilang hanya akan tinggal selama tujuh hari saja, bukan satu bulan!”

“Apa, satu bulan?” Kini, Harry merebut kertas perjanjian itu dari tangan Austin.

Dia lantas menggeleng tidak percaya dengan tingkah Dominic.

“Anna, kau boleh keluar!” ucap Harry.

Namun, Dominic menggeleng. “Aku tidak mengizinkan itu!”

“Anna, keluar! Kami ingin bicara dengan Dom.” Kali ini, Harry tampak begitu tegas—tak bisa dibantah.

Menyadari ketegangan tak masuk akal itu, Anna pun berdiri dengan sedikit lesu.

Setelahnya, dia keluar menuruti perintah Harry. Hanya saja dalam hati, dia berharap jika nasib baik akan berpihak kepadanya......

Brak!

Kala suara pintu tertutup terdengar, Harry langsung duduk di hadapan Dominic.

“Kau tidak bisa seperti ini, Dom,” ucapnya.

“Jangan ikut campur!” perintah Dominic, lalu mengambil sebatang rokok lalu menghidupkan dan mulai menghisapnya.

“Dom, jangan bertingkah kekanak-kanakan hanya karena kesalahannya kemarin.” Austin ikut menimpali.

“Aku hanya ingin memberinya pelajaran. Ingat, dia sudah menyepelekanku,” kilah Dom.

“Tapi, kontrak satu bulan itu terlalu berlebihan.”

“Iya, benar kata Austin. Bagaimana dengan pekerjaanmu di New York?” tanya Harry dengan mencoba mengingatkan Dominic pada semua pekerjaannya.

Dominic terlihat berpikir sejenak. Ucapan sang sahabat tampak masuk akal.

Jadi, diambilnya ponsel dari sakunya, lalu menekan salah satu kontak.

“Halo, Dom.” Suara berat seorang pria di New York terdengar begitu Dominic menekan kontak di ponselnya.

“Dam, kau bisa urus pekerjaanku untuk satu bulan ke depan?”

“Apa?! Kau gila?” teriak Adam.

“Tidak. Aku masih waras.” Dominic menghela napas panjang. “Aku akan tetap bekerja, tapi dari Vermont. Kirim semua pekerjaan melalui email. Kau bisa, bukan?”

Terdengar helaan napas panjang dari Adam. “Bagaimana dengan rapat penting?”

“Virtual!” tegas Dominic, “Aku akan tetap bekerja di sini, ada beberapa proyek yang harus aku selesaikan, lagi pula libur musim dingin sudah hampir tiba.” Dominic menyunggingkan senyum licik ke arah para sahabatnya.

“Oke. Akan aku atur ulang semua jadwalmu.”

“Oke, good!” Tanpa basa-basi, Dominic langsung memutuskan panggilan begitu saja. “Kalian lihat? Sekarang jangan ada lagi yang melarangku!”

Austin dan Harry sama-sama mendesah kasar. Sifat keras kepala Dominic benar-benar membuat mereka berdua sakit kepala.

Mereka benar-benar tidak bisa berbuat apapun.

Jika mereka mencoba melarang lagi, Dominic bisa saja akan memilih tinggal di Vermont lebih lama.

Dan itu tidak baik untuk semua orang!

Sementara itu, Dominic tersenyum miring.

'Setelah tiga puluh hari, aku akan tetap memecatnya apapun yang terjadi!' tekadnya dalam hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Gras Sabar
sepertinya Dominic mencintai Anna hanyak saja masih ingin menguji dan mengetes Anna karena Dominic punya rasa penasaran dg Anna apalagi masakannya sudah merasa ccok dilidahnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   265. Extra Part 4 (Happy Ending)

    Dua Tahun Kemudian. Rumah Dominic terasa ramai sekarang karena anak laki-laki mereka tumbuh menjadi anak yang aktif. Leo, seperti itu mereka semua memanggil nama anak laki-laki yang lahir di musim dingin itu. Leo sangat pintar di usianya yang menginjak dua tahun. Tak jarang, Anna dan Dominic dibuat kewalahan dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh Leo. Seperti sekarang, anak itu sedang menanyakan banyak hal kepada ibunya. Tentang mengapa daun-daun pepohonan bisa jatuh di musim gugur, atau tentang bagaimana hewan-hewan liar itu bisa ada, dan mengapa mereka harus menjauhinya. "Mama, aku ingin bersama papa," celoteh Leo yang sudah bosan bertanya tentang banyak hal. "Iya, Sayang. Sebentar lagi papa pulang. Sekarang makan dulu." Leo menggeleng. Dia kembali berlari saat Anna hendak menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Kalau sudah seperti ini, Anna hanya bisa menghembuskan napas dengan kuat. Dia harus banyak bersabar menghadapi kelakuan Leo yang semakin hari se

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   264. Extra Part 3

    "Namanya?" Anna menganggukkan kepala dengan senyum lebar. Lalu dia kembali mengusap tangan lembut milik bayi mereka. Ah, ternyata makhluk sebesar ini yang tumbuh di dalam perutnya selama ini. "Bagaimana dengan Mark?" "Mark?" "Iya. Kau tau arti dari nama Mark, Sayang?" Anna sontak menggeleng. "Mark berarti dewa perang. Aku memberinya nama Mark dengan harapan agar nantinya dia sekuat dewa perang." Senyum lebar tersungging di bibir Anna ketika mendengar nama anaknya. "Aku suka itu. Tambahkan nama belakangmu kalau begitu, Dom. Agar dia menjadi pria sekuat dirimu." Dominic setuju. Pria itu mencium kembali pipi bayinya yang terasa begitu halus. "Hai, Nak. Sekarang namamu Mark Leonardo Williams. Aku harap kau bisa tumbuh menjadi pria hebat di masa depan nanti." *** Kabar bahagia terdengar di seluruh penjuru kota New York saat kelahiran cucu pertama keluarga Williams diumumkan. Nama Dominic dan Anna langsung menjadi tren pencarian di internet yang paling banyak dicari

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   263. Extra Part 2

    Anna dan Dominic menerima kabar bahagia atas kelahiran putra pertama Austin dan Daniella. Mereka turut berbahagia melihat bagaimana senangnya Austin saat menceritakan proses kelahiran bayi mereka. Anna yang sejak tadi memeluk Dominic pun, tidak pernah sama sekali berhenti tersenyum melihat kebahagiaan di wajah Daniella dan Austin. Mereka langsung melakukan panggilan video begitu mendapat kabar jika Daniella sudah melahirkan. "Ah, rasanya aku ingin terbang ke New York sekarang juga." Anna terlihat gemas melihat pipi merah milik putra Daniella. "Prediksi kelahiranmu kapan, An?" tanya Daniella dengan membersihkan Felix yang baru saja selesai dimandikan. "Bulan depan, tapi aku tidak yakin juga setelah mendengar jika kau melahirkan lebih cepat dari perkiraan." "Semoga semuanya lancar," harap Daniella. "Silakan bicara dengan Austin dulu. Felix sepertinya sudah sangat lapar." Anna mengangguk mengerti. Dia segera memberikan ponsel Dominic kepada pemiliknya, dan membiarkan D

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   262. Extra Part 1

    Austin bangun tergopoh-gopoh begitu Daniella membangunkannya tengah malam begini. Yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah saat melihat Daniella merintih kesakitan dengan memegang perutnya. "Daniella, apa kau akan melahirkan?" tanya Austin gugup. Dia terlihat lebih gugup daripada wanita yang akan melahirkan. "Aku tidak tau. Perutku sakit sekali, Austin," rintih Daniella tidak tahan lagi. Sebenarnya dia sudah merasakan sakit perut dari sore tadi. Hanya saja, Daniella memilih untuk diam, dan tidak mengatakan apa pun karena berpikir jika ini hanya sakit perut biasa. Sampai saat mereka akan tidur lagi, Daniella semakin merasa tidak nyaman karena kram di perutnya tak kunjung mereda. "Kita ke rumah sakit sekarang." "Telepon mama dulu, Austin. Sepertinya aku hanya sakit perut biasa saja." Namun, hal yang terjadi justru sebaliknya. Wajah Daniella tampak pucat dengan keringat deras yang membasahi kening. "Oke, sebentar. Aku telepon mama dulu kalau begitu," ucap Austin y

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   261. Janji Dominic dan Anna (End)

    Musim gugur telah berlalu, dengan angin yang perlahan semakin terasa dingin. Hari ini, setelah sekian lama menunggu, salju pertama di tahun ini kembali turun. Dari balik kaca-kaca rumah, Anna menatap ke arah luar melihat salju yang mulai berjatuhan. Gadis itu tersenyum simpul. "Hari ini salju turun. Kau pasti sangat bahagia, kan, Sayang?" Tiba-tiba saja Dominic datang dan memeluk Anna dengan lembut. Anna hanya mengukir senyum dengan kepala mengangguk. "Musim dingin tahun ini sangat berbeda, Dom." "Apa yang berbeda?" Anna melepaskan tangan Dominic, kemudian berbalik hingga mereka saling berhadapan sekarang. "Keberadaanmu yang membuat beda." Dominic memegang pinggang Anna, dengan tersenyum lebar. Pria itu merunduk, lalu mengecup bibir istrinya cukup lama. "Kau tau, musim dingin tahun lalu dan tahun ini aku punya kebiasaan yang berbeda." Anna menaikkan sudut alisnya. "Kebiasaan yang berbeda? Apa contohnya?" "Ya, contohnya ... bercinta denganmu." Anna memukul dad

  • 30 Hari Bersama Ceo Angkuh   260. Takdir Seseorang

    Daniella melompat kegirangan saat melihat Austin muncul dari pintu kedatangan. Dia memang sengaja menunggu di bandara saat suaminya itu mengatakan jika akan pulang hari ini. Sungguh, Daniella tidak dapat menahan diri lagi dengan berdiam diri di rumah saja, untuk menunggu Austin. Apalagi dia masih sedih karena Anna sudah pindah ke Vermont kemarin. "Honey, aku sangat merindukanmu." Austin langsung memeluk istrinya dengan erat. Kalau saja dia tidak ingat perut Daniella yang buncit, mungkin Austin tidak akan melepaskan istrinya sekarang. "Aku juga sangat merindukanmu." Austin melepaskan pelukannya dan langsung berjongkok di hadapan perut Daniella. Salah satu yang menjadi kebiasaannya sekarang adalah menyapa bayinya yang masih di dalam perut. "Halo, Sayang. Bagaimana kabarmu di dalam sana?" tanya Austin dengan mengusap perut Daniella. Sesekali dia menciumnya dengan gemas, hingga membuat Daniella tertawa karena geli. "Sudah, Austin. Sebaiknya kita pulang saja sekarang. Aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status