Share

Hormatilah Wanita

Kartika pun terkejut melihat Alfi seperti itu, begitu pun Herman.

“Alfi! Tolonglah! Jangan berdiam diri seperti itu terus!” Teriak Kartika panik.

Alfi masih terdiam seperti itu. Tak peduli seberapa keras Kartika meneriakinya, Alfi tidak kunjung juga bergerak. Sebenarnya Alfi ingin sekali melindungi mereka berdua dan melawan Anggun, namun tubuhnya seolah-olah menolak keinginannya tersebut.

Megumi terlihat terkejut melihat wajah Alfi yang kosong itu.

“Alfi! Jangan bilang kalau kamu....” Sesaat Megumi hendak melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Kartika terkena Hantaman Vital Anggun.

Bongkahan-bongkahan intan itu menghantam Kartika secara bersamaan di bagian-bagian tubuh terlemah seperti kepala, kedua kaki, kedua lengan ulu hati, perut dan jantung sampai Cakra lenyap karena serangan itu benar-benar kuat sampai membuat Kartika tidak bisa mengeluarkan Irunya, apalagi berdiri.

“Kartika!” Seru Alfi panik.

“Hantaman Vital!” Seru Anggun menggunakan kesempatan ini untuk menyerang Alfi.

Megumi melihat 8 bongkahan intan melesat dengan cepat ke arah Alfi. Megumi pun menarik-narik jaket Alfi dan berteriak mencoba menyadarkannya, ”Alfi! Lupakanlah itu! Lawanlah ketakutan itu! Alfi!!! Sadarlah!!!”

“Yang Mulia!” Seru Herman Berlari ke depan Alfi bermaksud menerima serangan Anggun untuk melindungi Alfi..

Herman pun terhantam bongkahan-bongkahan intan itu mengakibatkan ia terjatuh dengan luka-luka yang parah.

Alfi terlihat sangat ketakutan. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya yang sudah putus asa itu.

Anggun pun tertawa lepas melihat Alfi seperti itu.

“Menyedihkan! Haruskah aku membunuh mereka? Membunuhmu? Atau haruskah aku membunuh kalian semua sekaligus?” Hina Anggun.

“Berisik!” Amuk Alfi berlari dengan lengan Irunya siap menghajar Anggun.

Lengan Irunya terlihat lebih besar dari sebelumnya. Anggun hanya berdiam diri dengan senyum liciknya terpampang di wajah cantiknya.

Sesaat Alfi hendak melayangkan tinjunya, tiba-tiba Irunya lenyap. Alfi pun terkejut melihatnya.

Anggun hanya tersenyum nyeleneh melihatnya dan mencengkram pergelangan tangan Alfi dengan sangat kuat.

Alfi terlihat sangat ketakutan. Cengkraman Anggun terasa makin kuat karena dia mengubah tangannya menjadi intan. Terdengar suara gertakan dari pergelangan tangan Alfi, Alfi pun menjerit kesakitan.

Kartika masih dapat membuka matanya, namun ia tidak mau melihatnya.

"Alfi....Kenapa? Ada apa denganmu?" Tanya benak Kartika sedih.

“Yang Mulia!” Seru Herman menahan rasa nyeri di tangan dan kakinya.

“Hentikan...” Ucap Megumi yang berdiri lesu diatas gelang Alfi. ”Tolong Hentikan!” Seru Megumi berlinangan air mata.

“Oh, apa si cebol ini pacarmu?” Goda Anggun.

Alfi tidak dapat mengatakan apapun karena Anggun tidak kunjung melepaskan cengkramannya.

“Tidak apa-apa kalau kamu nggak mau jawab juga.” Kata Anggun menguatkan cengkramannya.

Alfi pun menjerit lebih keras lagi.

“Kau tahu? Aku selalu kesal karena orang awam selalu menganggap Garut adalah kota Dodol yang dipenuhi orang-orang dodol.” Kata Anggun mulai bercerita. ”Padahal kota ini adalah kota intan! Kota yang amat indah! Tempat inilah buktinya!” Lanjutnya menunjuk Babancong.

“Kau pasti tahu persis bangunan ini kan?” Tanya Anggun.

“Begitulah.” Jawab Alfi terbata-bata.

“Babancong, Landmark kebanggaan kota Garut. Apa kau tahu fungsi tempat ini di masa lalu?” Tanya Anggun.

Alfi pun perlahan menggelengkan kepalanya menahan rasa sakit di pergelangan tangannya.

“Goblok!” Hujat Anggun menguatkan cengkramannya.

Alfi pun menjerit lebih keras lagi. (Tidak-tidak, ini tidak akan menjadi BDSM seperti yang kau kira, atau aku saja yang berpikiran seperti itu? Ok, lanjut!)

“Tolong hentikan!!!” Teriak Kartika mulai menangis.

Mereka berdua pun menoleh pada Kartika.

“Cukup.... Kumohon..... Tolong hentikan!” Lanjutnya menangis.

Anggun pun tertawa lepas dan berkata, ”Aku suka sekali melihat pemandangan seperti ini! Tangisan, ketakutan dan penderitaan emosional. Benar-benar indah.”

“Berengsek!” Amuk Alfi.

“Diam!”Perintah Anggun menguatkan cengkramannya lebih kuat lagi.

Alfi pun menjerit lebih keras lagi. Dia merasa pergelangan tanggannya akan hancur, apalagi suara gertakan tulangnya makin menjadi-jadi.

“Jangan!” Pinta Megumi dan Kartika.

Megumi dan Kartika tidak sanggup lagi melihat Alfi tersiksa seperti itu.

 ”Tempat ini pernah menjadi tempat pidato para orang-orang penting, bahkan Ir.Soekarno pernah mengatakan bahwa Garut adalah kota intan! Itulah yang membuatku ingin mengubah kota ini menjadi kota yang serba intan agar orang-orang tahu betapa luar biasanya kota ini!” Jelas Anggun dengan angkuhnya.

Alfi pun tertawa.

“Apanya yang lucu?” Tanya Anggun kesal.

“Ternyata benar, kamu itu benar-benar dodol ya? Kalau kau ingin kotamu terkenal, lakukanlah sesuatu yang berguna untuk kotamu agar kotamu dipandang baik oleh masyarakat. Berhentilah melakukan hal dodol seperti ini.” Jelas Alfi menahan rasa sakit di pergelangan tangannya.

“Jangan menceramahiku!” Geram Anggun mengubah seluruh lengannya menjadi intan dan melempar Alfi ke udara.

“Alfi!” Seru Kartika dan Megumi histeris.

“Shower Intan!” Seru Anggun menembakan bongkahan-bongkahan intan ke arah Alfi secara terus menerus membuat Alfi meraung kesakitan.

Dalam benak Alfi, ia teringat sebuah kenangan yang buruk.

Anak-anak seumurannya menjauhinya, namun seorang gadis menghampirinya dan tersenyum manis padanya. Gadis itu mengenakan gaun biru yang lucu dan berambut pendek. Gadis itu mengulurkan lengannya mengajak Alfi bermain di sebuah taman yang dipenuhi bunga Matahari. Mereka bermain dan tertawa bersama dengan riang seolah-olah Alfi sudah melupakan semua kesedihan yang selalu membayang-bayanginya.

Mereka pun berlari di sepanjang taman itu. Lama-kelamaan gadis kecil itu berubah menjadi wanita yang sangat cantik dan ia berlari sangat cepat sampai ia berhenti dan berdiri di ujung taman itu tersenyum pada Alfi.

Alfi berusaha mengejarnya, namun sekeras apapun ia berlari, ia tidak dapat mendekati wanita itu, padahal dia hanya berdiri disana.

Wajah wanita itu yang awalnya terlihat hangat dan manis terhias senyuman tulusnya kini berubah menjadi dingin dan pahit merusak paras cantiknya yang indah itu. Senyuman itu telah sirna digantikan pandangan kosong yang dipenuhi keputusasaan. Dia terlihat sangat sedih, namun ia tidak bisa menitikan air matanya setetespun.

“Kenapa?” Tanya Alfi mulai menangis. ”Kenapa kau tega meninggalkanku?!” Teriak Alfi menangis terus berlari mencoba mendekati wanita itu.

Wanita itu masih berdiri disana. Dia tidak mengatakan sepatah katapun pada Alfi.

“Kenapa kau diam saja?” Tanya Alfi menangis. ”Jawab aku!” Teriak Alfi masih menangis.

Alfi pun terjatuh karena ia tidak kuat berdiri lagi.

Wanita itu pun perlahan berjalan mendekati Alfi.

“Kenapa?” Tanya Alfi melihat wanita itu dengan pandangan sayu. ”Kenapa kau meninggalkanku?!” Teriak Alfi menangis.

“Kamu..” Ucap wanita itu. ”Kamu itu orang yang baik, tapi sayangnya kamu itu terlalu naif. Kamu rela mati demi orang-orang yang sama sekali tidak peduli padamu. Aku tidak mau melihatmu seperti itu lagi, itu benar-benar menghancurkan hatiku. Oleh karena itu, aku sudah tidak mau bersamamu lagi....” Lanjutnya sedih.

Alfi pun terkejut mendengar apa yang baru dikatakan wanita itu.

Wanita itu pun tersenyum dan berlinangan air mata, dia pun berkata, ”Selamat tinggal....... Pria yang kucintai sepenuh hati. Tolong jangan membenciku, aku benar-benar mencintaimu.”

Alfi benar-benar terpukul mendengarnya. Alfi hendak mengatakan sesuatu padanya, namun wanita itu langsung menendang kepala Alfi sampai ia terlempar jauh ke angkasa.

Yang ada di benak Alfi sekarang hanyalah 1 kata: "Kenapa?"

Alfi pun terjatuh dan Anggun sudah siap dengan serangan terakhirnya.

Terlihat bongkahan intan yang sangat besar sebesar gunung melayang tepat di atas Alfi siap meratakan Alfi kapanpun juga.

“Jangan... Kumohon jangan!” Pinta Kartika menangis.

Anggun hanya tersenyum dan berseru, ”Matilah kau! Jurus Jitu: Tambang Intan!” Menjatuhkan gunung itu.

“Megumi! Senjata nomor 2!” Perintah Alfi.

“Apa?!” Balas Megumi yang masih menangis.

“Cepat! Senjata nomor 2! Letakan di tangan kiriku!” Perintah Alfi gelisah.

Megumi pun menyentuh lingkaran nomor 2 di gelang Alfi dan segera meletakkannya di tangan kiri Alfi, namun, gunung itu seketika menimpa tubuh Alfi.

“Tidak!” Teriak Kartika histeris.

“Yang Mulia!” Teriak Herman histeris memaksakan dirinya bangun.

Anggun pun melirik Herman yang berdiri dengan lesu seperti itu.

“Oh, kau masih bisa berdiri rupanya? Apa kau ingin menyusul si bodoh itu?” Sindir Anggun.

“Terima ini! Badai Kuku!” Amuk Herman menggerakkan kedua lengannya sambil menembakkan kuku-kukunya tanpa henti.

Anggun hanya menunjukan cincin berlian di jari telunjuknya ke arah Herman. Berlian di cincinnya langsung membesar bagaikan perisai, alhasil serangan Herman pun sia-sia. 

“Dasar bodoh! Kukumu tidak cukup kuat untuk menggores cincinku ini! Tidak ada yang bisa menghancurkan intan! Ingat itu!” Seru Anggun.

Anggun pun menggunakan Irunya untuk membuat perisainya menumbuhkan duri-duri di permukaannya.

“Ayo kita lihat, apa kau masih bisa hidup setelah menerima serangan ini?” Tantang Anggun dengan angkuhnya. ”Tembakan Kristal!” Seru Anggun menembakkan duri-duri itu ke arah Herman.

“Badai Kuku!” Seru Herman menggerakkan kedua lengannya sambil menembakkan kuku-kukunya tanpa henti.

Namun, kuku-kuku Herman tidak cukup kuat untuk setidaknya memperlambat duri-duri yang melesat ke arahnya. Oleh karena itu, duri-duri itu berhasil menusuk tubuh Herman mengakibatkan dia terjatuh untuk kedua kalinya dengan luka yang lebih parah dari sebelumnya.

“Maaf kan aku.... Yang Mulia.” Ucap Herman lemah menutup kedua matana karena dia sudah tidak kuat untuk membuka kedua matanya lagi.

Anggun pun tertawa lepas melihat Herman telah tumbang dihadapannya. Kini dia memalingkan wajahnya pada Kartika.

“Tinggal satu lagi. Sepertinya kau yang terlemah diantara mereka bertiga ya?” Hina Anggun berjalan menghampiri Kartika.

Kartika masih tidak dapat bergerak ataupun mengeluarkan Irunya untuk memanggil Cakra. Kartika pun melirik gunung intan yang menindih Alfi itu. Ada yang aneh dengan gunung itu. 

“Tunggu, kenapa gunung itu lama kelamaan makin mengecil?” Tanya Kartika heran.

“Apa maksudmu?” Tanya Anggun heran menoleh ke arah gunung itu.

Dan benar saja! Gunung itu mengecil sedikit demi sedikit.

“Tidak mungkin!” Seru Anggun tidak percaya.

“Apa Alfi menyerap gunung itu dengan tubuhnya?!” Tambah Kartika tidak percaya.

Gunung itu pun terserap habis oleh tubuhnya yang terbungkus kain putih kain itu telihat seperti gordeng. Alfi pun melepas kain itu dari tubuhnya dan kembali berdiri.

“Jangan terkejut dulu.” Kata Alfi tersenyum. ”Pertarungan ini baru saja dimulai!” Tambahnya.

Alfi pun melemparkan gordeng putih itu ke udara. Gordeng itu pun terbang melesat ke arah Kartika.

“Apa yang?” Kata Kartika yang seluruh tubuhnya langsung dibaluti oleh godeng itu dengan cepat dan lalu melepaskan Kartika.

Gordeng itu pun melesat ke arah Herman yang terluka parah dan langsung membalut seluruh tubuhnya. 

Kartika pun dapat berdiri.

“Aku bisa berdiri lagi?” Kata Kartika heran.

Kartika pun memanggil Cakra.

“Aku juga dapat mengeluarkan Iruku lagi.” Kata Kartika terkejut.

“Syukurlah anda baik-baik saja, Yang Mulia.” Kata Herman berdiri.

Gordeng itu pun kembali ke tangan Alfi. Alfi pun menempelkannya ke pundak kanannya bak jubah.

“Syukurlah kalian berdua baik-baik saja.” Kata Alfi tersenyum pada mereka berdua. ”Hancurkan cincinnya! Itulah Jowanya!” Jelas Alfi. ”Herman, percayalah pada imajinasi liarmu. Percayalah pada tatomu. Kau bisa menjadi sekuat ini karena kau menganggap tatomu berharga kan?” Lanjut Alfi.

“Bagaimana anda tahu kalau tatoku adalah Jowaku?” Tanya Herman terkejut.

“Mudah saja, sebelum kau menembak, kau selalu mengusap badanmu yang bertato itu kan? Kau melakukannya karena rasa banggamu akan tato itu. Itulah yang membuatku yakin bahwa tatomu adalah Jowamu.” Terang Alfi. ”Herman, gunakanlah imajinasimu untuk menghancurkan intan-intan itu. Bayangkanlah kukumu itu sekeras intan dan kecepatan lajunya secepat cahaya dan kukumu dapat meledak bagaikan nuklir.” Terang Alfi.

“Baik Yang Mulia!” Balas Herman.

“Panggil saja Alfi, kita ini teman kan?” Hibur Alfi menepuk pundak Herman.

Herman pun tersenyum dan berkata, ”Tentu saja, Alfi.”

"Luar biasa! Jadi selama ini dia meneliti musuh kita, bukan hanya musuh tapi semuanya. Dia memang luar biasa!" Ucap benak Kartika kagum.

“Ternyata selama ini aku salah.” Ucap Cakra.

“Apa maksudmu?” Tanya Kartika.

“Selama ini aku salah menilaimu, Alfi. Sekarang aku yakin, kaulah orang yang pantas memimpin kita dan menyelamatkan dunia!” Jelas Cakra. ”Yang Mulia! Hamba siap bertarung bersama anda!” Seru Cakra tunduk pada Alfi.

Alfi pun tersenyum dan berkata, ”Iya, aku juga perlu bantuanmu Cakra.”

Cakra pun tersenyum membalas senyuman Alfi.

Kartika pun merasa senang melihat Alfi dan Cakra dapat akur seperti itu.

“Kurang ajar!” Geram Anggun. ”Akan kuhancurkan kalian sampai hancur berkeping-keping! Hujan Intan!”“ Seru Anggun menjatuhlan bongkahan-bongkahan intan kecil dari langit.

“Herman! Tembaklah intan-intan itu! Lambatkan jangan hancurkan!” Perintah Alfi. ”Kartika! Ayo kita serang dia bersama! Cakra! Pastikan aku dan Kartika tidak terkena intan-intan itu. Ayo Megumi!” Lanjut Alfi berlari ke arah Anggun diikuti Kartika.

“Baik!” Balas mereka berempat.

Herman pun mulai menembakkan intan-intan itu sampai berserakkan dimana-mana. Alfi dan Kartika berlari ke arah Anggun dengan cepat diikuti Cakra yang terus memukul intan-intan yang jatuh ke arah mereka sampai hancur berserakkan dimana-mana.

“Alfi, dimana orang-orang?” Tanya Kartika heran karena tidak melihat siapapun di sekeliling mereka.

“Tenang saja, aku sudah memindahkan mereka ke tempat lain dengan gordeng ini.” Jelas Alfi.

“Kau mengungsikan mereka ke mana?” Tanya Cakra terus memukul-mukul intan-intan yang terus berjatuhan itu.

“Ya.... Aku tidak tahu. Yang jelas, mereka aman kan?” Jawab Alfi canggung.

Cakra pun tertawa lepas dan berkata, ”Benar! Setidaknya mereka baik-baik saja kan?”

"Ini pertama kalinya aku melihat Cakra tertawa. Dia selalu terlihat serius selama ini. Terima kasih banyak Alfi...” Ucap benak Kartika senang.

Setelah cukup dekat dengan Anggun dan hujan telah berhenti, Alfi pun melayangkan jubahnya (Iya, gordengnya) ke udara. Gordengnya pun melebar di udara dan menutupi seluruh intan yang berserakkan disana.

Dan saat gordeng itu kembali menempel ke pundak Alfi, semua intan itu berubah menjadi seblak basah yang lezat.

Alfi pun menatap Anggun dan menundukan kepala dan lengannya dengan sopan bak seorang pelayan restoran bintang 5.

“Selamat menikmati.” Kata Alfi pada Anggun.

Suasana pun menjadi hening.

"Apa maksudnya ini?" Pikir Herman heran.

Kartika pun mulai kesal dan mulai berteriak. ”Alfi! Kamu apa-apaan sih?!”

“Makan!!” Seru Anggun melompat dan menyantap seblak-seblak itu bagaikan hewan buas yang kelaparan.

“APA?!!!!!” Teriak Kartika, Cakra, Herman dan Megumi.

“Untung saja kau memberitahuku makanan kesukaannya.” Kata Alfi mendekati Kartika. ”Aku dari awal sudah tahu kalau musuh kita adalah seorang wanita dan aku sudah menyiapkan rencana untuk mengalahkannya tanpa menghajarnya.” Lanjut Alfi.

“Bagaimana caranya?” Tanya Kartika.

“Seanggun-anggunnya seorang wanita, dia pasti akan menunjukan sifat aslinya saat melihat hal yang ia suka, apalagi jika itu makanan kesukaannya. Saat seorang wanita makan, dia akan kuat memakannya sebanyak mungkin! Kira-kira 3X lipat dari kemampuan seorang pria. Aneh kan? Bagaimana bisa seorang wanita menjadi langsing kalau pola makannya seperti itu?” Jelas Alfi.

“Iya juga sih.” Kata Kartika kesal.

Cakra dan Herman pun menertawakannya.

“Berisik!” Seru kartika kesal.

“Oh, aku kenyang.” Kata Anggun mengelus perutnya yang sudah tambun, sepertinya berat badannya naik 5X lipat.

“Apa?! Sudah habis lagi?!” Seru Kartika, Herman, Cakra, dan Megumi.

“Tuh, sudah kubilang kan?” Kata Alfi. ”Megumi, ayo kita selesaikan.” Ajak Alfi.

“Iya, sayang!” Balas Megumi.

“Tunggu!” Tahan Kartika. ”Bukannya kamu tidak mau menyakiti wanita ya?” Tanya Kartika.

“Siapa yang bilang aku akan menghajar seorang wanita?” Tanya Alfi.

Alfi pun melemparkan gordengnya dan gordengnya membaluti seluruh tubuh Anggun yang sudah tidak enak dilihat lagi. Saat gordeng itu kembali ke Alfi, Anggun pun berubah menjadi bapak-bapak bertubuh gumpal, botak, kumisan dan jenggotan.

“Ok.... Aku mengerti.” Kata Kartika canggung.

“Nah! Kalau gini aku bisa menghajarnya dengan tenang.” Kata Alfi. ”Ayo Megumi!” Lanjutnya.

Alfi pun mencium gelangnya dan Iru peraknya muncul dari gelangnya dan menerangi gordeng Alfi. Alfi pun melompat ke udara dan menggenggam gordeng di pundakknya itu.

“Jurus Jitu! Pemotong Angin!” Seru Alfi melesat turun kearah Anggun memutar-mutar tubuhnya bak bumerang ganas. Saat Alfi sudah dekat dengan Anggun, ia melepaskan gordengnya dan menggunakannya untuk menebas tubuh Anggun.

“Wanita memang makhluk yang anggun, tapi hatimu bukanlah hati seorang wanita!” Ucap Alfi tegas.

Anggun pun terbelah menjadi 2 dan jasadnya hancur bagaikan berlian yang pecah.

Driver sudah menunjukkan tujuan selanjutnya. Ayo Alfi!” Ajak Kartika.

“Ok.” Balas Alfi. ”Herman ikutlah dengan kami!” Ajak Alfi.

“Kenapa? Aku masih lemah.. Aku tidak yakin bisa membantumu.” Kata Herman murung.

Alfi pun menepuk kedua pundak Herman dan berkata, ”Tidak masalah kalau kamu kuat atau lemah. Aku juga nggak kuat-kuat amat tapi teman-temankulah yang membuatku kuat. Dan kaulah salah satunya yang membuatku kuat, karena kau juga temanku.”

Herman pun tersenyum. Dia meraih topinya yang terjatuh dan mengenakannya kembali.

“Baiklah, aku ikut.” Kata Herman.

Alfi dan yang lainnya pun tersenyum. Pinto pun turun dan mengeluarkan Irunya untuk memindahkan Alfi dan yang lainnya ke atas Pinto.

“Luar biasa!” Seru Herman kagum.

“Ini namanya Pinto.” Kata Alfi.

“Yo! Salam kenal!” Kata Pinto ramah.

“Wow! Dia bisa bicara juga!” Seru Herman kagum.

“Tentu saja!” Kata Pinto tertawa kecil.

“Namaku Herman, salam kenal!” Kata Herman memperkenalkan diri.

“Salam kenal juga.” Balas Pinto.

Pinto pun terbang melesat di angkasa dengan cepat menuju destinasi selanjutnya.

“Hei Alfi.” Sapa Kartika tersenyum padanya.

“Ya?” Balas Alfi yang tengah asik menikmati pemandangan.

“Kenapa kamu enggan melawan perempuan?” Tanya Kartika.

“Karena mereka adalah makhluk yang rapuh, mereka sangat butuh kasih sayang yang amat tulus. Itulah kenapa aku tidak mau menyakiti perempuan.” Jelas Alfi santai. ”Dulu, aku pernah menyukai seorang perempuan asli, kami begitu akrab, tapi dia meninggalkanku karena sesuatu. Anggap saja aku ini takut pada perempuan karena aku tidak tega menyakiti mereka tapi mereka tega menyakitiku.” Lanjutnya.

Kartika pun tersentuh oleh perkataan Alfi. Dia ingin menggandeng tangan Alfi, tapi tiba-tiba si bego Alfi berkata, ”Oleh karena itu, aku sering nonton film porno dan hentai (kartun porno) untuk menenangkan diri dan membayangkan diriku melakukan itu pada mereka. Dan mereka akan berkata "kumohon ampuni aku Alfi!" "Maafkan aku Alfi!" dan semacamnya.”

Kartika pun kesal dan langsung menghajar Alfi dengan amat kuat.

Alfi pun berlari ketakutan dan berteriak, ”Ampun Kartika! Tunggu, kekuatanmu itu sebenarnya cukup kuat loh untuk mengalahkan Anggun! Kenapa kau tidak menggunakannya dari tadi?”

“Diam! Kekuatan ini hanya untuk menghabisi orang mesum sepertimu!” Seru Kartika kesal mengejar Alfi.

2 sejoli ini pun bermain kejar-kejaran dengan asiknya diatas Pinto. Herman, Cakra, dan Megumi pun tengah asik menonton mereka berdua bermain seperti itu.

“Perlukah kita melerai mereka?” Tanya Herman.

“Tidak perlu, Kartika tidak akan membunuh Alfi kok.” Kata Cakra santai.

“Akan kubunuh kau!” Seru Kartika.

“Tolong!!!” Seru Alfi ketakutan.

“Mungkin.” Kata Cakra canggung.

Megumi pun tertawa dan berkata, ”Tapi, mereka terlihat serasi kan?”

Cakra menganggukan kepalanya.

“Iya sih.” Kata Herman canggung.

Mereka bertiga pun tertawa lepas menikmati perkelahian itu.

“TOLONG AKU!!!" Teriak Alfi ketakutan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status