"Di mana Raven," tanya Romeo yang berjalan dengan langkah lebar memasuki ke dalam rumah sebesar istana.
"Tuan Raven ada di dalam ruang kerja," balas Jimmy yang menutup pintu utama.
“Ternyata sudah pulang,” gumam Romeo yang bergegas ke ruangan kerja untuk mencari keberadaan Raven yang merupakan kembarannya.
Pintu di buka sangat perlahan, Romeo menatap sang kakak yang terlihat sibuk dengan beberapa dokumennya. Mimik wajahnya selalu terlihat datar, tampan dan berkarisma. Serta aura dingin mengelilingi tubuhnya.
"Kenapa kau tidak masuk?" ucap Raven melirik pada Romeo yang setengah tubuh bersandar di tiang pintu.
Romeo menyunggingkan senyumnya melangkah mendekati kakaknya dan duduk di seberang meja dengan tangan bersedekap di dada.
"Ada apa?" tanya Raven yang menutup dokumennya. ia menatapi adiknya dengan tatapan heran dan curiga. karena tidak biasanya Romeo senyum-senyum sendiri seperti ini.
"Aku menemukan wanita yang cocok untuk kesenangan kita selanjutnya,” balas Romeo dengan senyuman jahatnya. Yang bisa hanya di pahami oleh Raven.
Raven mengangkat alisnya ke atas, mengusap dagunya yang di tumbuhi jambang tipis. Yang sama dengan Romeo.
"Dimana kau mengenalnya, apa dia sudah berada di apartemenmu?" tanya Raven dengan mata menyelidik. karena ia tahu, Romeo ahli menjerat wanita.
"Di sebuah Club malam milik Vio dan belum sampai pernikahan di laksanakan," balas Romeo dengan menaikkan kedua bahunya.
"Maksudmu, kau akan menikahi wanita itu?" balas Raven dengan meninggikan suaranya dengan tatapan tidak percaya atas kebodohan yang di lakukan oleh kembaranya kali ini.
"Benar kakak, dia wanita yang bodoh. begitu mudahnya menerima lamaran aku untuk menikahinya dengan cara seperti itu, aku bisa menjebaknya. Untuk menarik musuh utama keluar dari sarangnya yang selama ini merepotkan kita bukan?" balas Romeo dengan pemikiranya saat ini dan berharap sang kakak setuju dengan idenya. tepatnya ia tidak mau kena bom saat ini.
Wajah Raven memucat, ia tidak setuju dengan ide gila kembarannya yang bisa-bisa menghancurkan semuanya. tepatnya akan menghancurkan masa depan mereka berdua pada akhirnya.
“Jangan cemas seperti itu Kak, semua akan baik-baik saja. Seperti yang kita lakukan dulu,” ucap Romeo terkekeh renyah. yang berusaha menyakinkan kembarannya, kalau idenya sungguh berguna dan akan berhasil seperti biasanya.
Raven masih diam dengan wajah kusutnya.
"Aku tidak sabar ingin menarik wanita itu semakin dalam, sepertinya akan sangat menarik untuk kita nikmati bersama-sama untuk pertama kali bagi wanita itu!" ucap Romeo menyeringai.
"Aku tidak setuju, ini resiko tinggi dan bagaimana kalau kau terjebak lagi seperti dulu. kau itu telalu bodoh?" cercah Raven yang benar-benar tidak setuju dengan ide gila Romeo kali ini.
"Ayolah Kak, kali ini saja. aku yakin, kali ini tidak akan sebodoh lagi," pinta Romeo memohon.
Raven kembali mendiam.
"Lagian kita tidak perlu cari wadah pelampiasan bukan? kita bisa menyetubuhi dia setiap hari berapa ronde dan terhindar dari penyakit," saran Romeo yang masih membujuk Raven.
"Kali ini saja, lain kali jangan aneh-aneh lagi. atau aku langsung membunuh wanita itu tanda sidang," Raven mengeluarkan ancamannya tanpa takut sedikitpun.
"Waduh.... yang ini jangan di bunuh, kita belum cicipi. sayang dong," balas Romeo yang masih sempat bercanda di saat kembarannya sedang murkah tinggi.
"Baiklah, aku akan terlibat di dalamnya."
"Gitu dong Ven, kita trisome terus. kan tidak ada ruginya," balas Romeo terkekeh garing sedangkan Raven terpaksa menyetujui ide gila kembarannya dan memutuskan akan menyingkirkan wanita itu dalam waktu satu bulan. sebelum Romeo semakin terjerat dengan benang laba-laba yang menjadi senjata makan tuan.
Raven dan Romeo merupakan pasangan kakak beradik dengan orantasi sex menyimpang yang di miliki mereka sejak lama. Tepatnya merupakan warisan dari kedua ayah mereka yang kembar indentik.
Romeo sering menjebak wanita yang di curigai sebagai mata-mata dari pihak musuh. untuk mau menjadi budak nafsu dirinya dan kembarannya, kegilaan mereka sudah berlangsung sejak mereka remaja. Sejak mewarisi semua kekayaan keluarga Van Diora dari kedua kakek sampai kedua ayah mereka. serta pergaulan bebaslah membuat kehidupan sex mereka di luar batas normal. Apa lagi sejak mereka kecil orang tua mereka sudah menunjukkan kehidupan tidak normal. Yang berbeda dengan keluarga lainnya yang merupakan pemicu utama kegilaan mereka.
"Kapan kau akan mengenalkan aku pada wanita itu?" tanya Raven yang tidak sabaran. tepatnya, tidak sabaran untuk membunuh wanita sialan yang memakan jaring laba-laba yang di terbarkan Romeo.
"Sabar Kak, wanita itu aduhai. aku yakin kau akan suka," balas Romeo yang masih sempat memperlihatkan lekuk tubuh Ruster dengan gerakkan tangannya.
Raven tahu pilihan kembaranya tidak akan pernah mengecewakan, selalu cantik dan berkelas. Sudah banyak wanita yang pernah menjadi teman tidur mereka berdua, setelah satu atau dua bulan. Raven akan meminta Romeo melepaskan wanita itu karena bosan, dengan memberi uang pada wanita itu seberapa banyak di inginkan untuk tutup mulut. Setelah mengetahui informasi yang si bocorkan oleh wanita itu tentang bos yang memperkerjakan mereka. Sisanya, kedua kembar itu tidak perduli nasib wanita itu hidup atau mati atas apa yang di bocorkan oleh wanita tersebut.
Seperti itulah yang mereka lakukan selama ini untuk menghilangkan nyawa para wanita yang bodoh karena tergiur uang pihak musuh.
"Aku tidak sabar," ucap Raven tegas.
"Sebentar lagi akan ku kenalkan," Jawab Romeo dengan tawa jahatnya yang di ikuti oleh Raven.
“Ngomong-ngomong apa kau sudah tahu. Duplikat palsu pandora heart sudah di siapkan oleh pihak musuh untuk memancing kita mengeluarkan pandora Heart yang asli?” tanya Raven yang menatapi kembarannya dengan tatapan serius.
“Sudah! lagian kita juga tidak pernah tahu di mana keberadaan pandora Heart yang asli. Sejak kakek Karlos meninggal dunia, bagaimana bisa keluarkan yang asli?” jawab Romeo dengan santainya.
“Apakah kedua ayah kita tahu?” tanya Raven yang masih penasaran.
“Muhahaha... Kak, otakmu sejak kapan jadi tumpul. Bukankah kedua ayah kita juga mencari keberadaan pandora heart yang asli. Saat ibu tertembak dan hampir meninggal dunia?” balas Romeo dengan tawa mengejeknya. Seolah mencibir Raven yang mulai pikun.
“Benar juga, beruntungnya ibu selamat. Aku tidak bisa membayangkan jika sampai ibu pergi. Bagaimana dengan kedua ayah kita saat itu!” balas Raven yang memijit-mijit pangkal hidungnya. Ia sangat sayang pada salah satu ayahnya yang bernama Reihan.
Raven percaya, Reihan adalah ayah kandungnya dan Rayyan adalah ayah dari Romeo. Meskipun mereka sama-sama merupakan anak kembar dan banyak misteri di keluarga Van Diora yang belum terpecahkan oleh mereka berdua.
“Kak, apa mungkin kakek Karlos membawa pandora heart ke alam kematian? Mengingat sejarah keluarga Van Diora kakek Karlos yang menciptakannya di masa lalu dan membawanya ke masa kini yang terus melewati waktu demi waktu,” tanya Romeo dengan wajah penasarannya.
“Bisa jadi, kan aslinya terbuat dari jantung Kakek Karlos dan bisa saja pandora heart pergi menyusul kakek Karlos ke alam kematian. Sewaktu Kakek Karlos masih hidup. Kita hanya di perlihatkan duplikat yang mirip dengan aslinya,” jelas Raven yang mencoba mengingat-ingat kemasa lalu. di mana Zeus di perintahkan oleh Kakeknya untuk memperlihatkan Pandora heart sebesar jantung manusia kepada dirinya dan Romeo. Kemudian kakek Karlos mengatakan kepada mereka berdua. Bahwa pandora Heart tidak berguna lagi di masa kini dan keturunan mendatang. Karena iblis dalam pandora Heart sudah menghilang, saat tujuan pandora heart terselesaikan dan semua akan menjadi legenda dan mitos di masa depan maupun seterusnya. “Lalu untuk apa, musuh mengincar pandora heart lagi? Seharusnya mereka sudah tahu, kalau Pandora heart yang asli sudah menghilang lama?” tanya Romeo yang masih belum mengerti bagian ini, sehingga ia dan kembarannya selalu menjadi incaran para musuh. Karena di anggap sebagai pewaris
"Ven, ini Ruster yang akan menjadi calon istriku!" sahut Romoe yang menghampiri Raven yang duduk di kursinya yang sedang sibuk bolak-balikkan kertas di salah satu dokumen penting. sekaligus memperkenalkan calon istrinya kepada Raven. Tatapan Raven dan Ruster bertemu, Ruster terdiam memperhatikan pria di depannya dengan wajah terkesan dingin dan tidak bersahabat sama sekai. Meskipun memiliki wajah yang tampan seperti wajah Romeo. tepatnya, mirip dengan wajah Romeo. Raven berdiri merapikan jas di kenakannya. kemudian, menyodorkan tangan kanannya pada Ruster. "Raven Van Diora," ucap Raven yang memperkenalkan dirinya dengan sikap dinginya yang membuat Ruster merinding. Ruster tersenyum menyambut tangan Raven. merasakan genganggaman hangat pria itu, membuat Ruster merasakan keanehan yang sulit di ungkapkan dengan kata-kata. "Ruster Heart,” balas Ruster dengan sikap ramahnya. "Senang berkenalan dengan mu, karena kau akan menjadi
Wanita kasir itu melihat Romeo mengandeng tangan Ruster dengan melangkah ke arah mobil Mayback hitam yang terpakir di depan butik. kemudian membukakan pintu untuk wanita itu masuk ke dalam. "Sial, kenapa dia lebih beruntung dari aku," decak wanita kasir itu dengan nada cemburu kepada Ruster yang mendapatkan pria tampan dan kaya raya. Setelah Ruster masuk ke dalam mobil. Romeo berjalan memutar mobilnya dan ia langsung duduk di bagian pengemudi. tidak lupa, ia memasangkan tali pengaman di tubuh Ruster demi keselamatan berkendaraan. Mobil berlaju membela kota Los Angels dan Romeo mulai mengeluarkan topik pembicaraan untuk menghilangkan suasana canggung. "Ibu dan adikmu sudah ku tempatkan di rumah yang baru. Yang barusan aku beli hari ini, tepatnya pagi tadi. apa kau ingin pergi melihat mereka?” jelas Romeo yang memberitaukan kepada Ruster apa yang telah di lakukan oleh Raven yang menyamar menjadi dirinya. Selama Romeo menemani Ruster belanja hari i
Di kursi paling jauh, raven duduk seorang diri dengan kedua tangan terkepalkan. Ia tidak terima Romeo sudah menikah dengan Ruster walau pernikahannya palsu. tetap saja ia tidak terima dan merasa kehilangan sesuatu dari bagian penting hidupnya. upacara pemberkataan selesai dan bersamaan setetes air mata Raven berjatuhan dari kedua matanya yang biru terang seperti biru langit. Ada rasa kehilangan dalam hati Raven saat ini, sesuatu yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata. Yang pasti sangat sesak dan pedih di dalam dadanya. Seperti di paku oleh ribuan paku secara bersamaan atau jantungnya di keluarkan secara paksa dari tubuhnya. Yang pasti, Raven tidak tahu. ia hanya ingin segera menghilang dari ruangan gereja atau secepatnya menghilang agar rasa sakit di tubuhnya tidak terasa lagi. Raven pergi dengan mencengkeram baju di dadanya dengan cengkeraman kuat. “Ini sangat menarik kek kek kek,” tawa jahat dari seorang yang menyamar di antara tamu undangan palsu
Dengan senang hati Ruster membalas ciuman Romeo, sebelum menjelang pernikahan dia membaca buku novel erotis yang tentang malam pertama sepasang pengatin agar ia sudah siap untuk melayani kebutuhan biologis Romeo. Bahkan ia juga melihat berapa video khusus dewasa. sambil memperlajari setiap trik di dalam video tersebut. “Aku sudah tidak tahan,” bisik Romeo dengan suara seraknya yang sensual. Dengan sebelah tangan meraba-raba sleting gaun pernikahan untuk di lepaskan. mendapatkan keberadaan sleting gaun, Romeo langsung menarik sletingnya menurun. Ruster berdesir, saat Romeo melepaskan gaun pengatinnya yang pelahan meluncur turun dan tergolek di antara mata kaki Ruster. Romeo tidak hentinya melumat bibir Ruster dengan rakus. seperti yang ia lakukan kepada para jalang. hingga Ruster hampir kehabisan nafas karena ulah Romeo yang sungguh liar. Romeo terkekeh menjilat leher Ruster sampai ke daun telinganya sambil mendengar desahan kecil yang lolos dari bibir R
Suara decakan lidah dengan inti Ruster saling beradu mengisi ruangan kamar yang hening. Ruster hampir mengejang mendapatkan orgasme, keringat mulai mengalir dipelipisnya. Dengan nafas tersengal-sengal. ia masih berusaha menolak sentuhan Romeo yang semakin membuatnya semakin mengila sejak tadi. "Meo..." pekik Ruster yang semakin tidak terkendali dengan rasa di tubuhnya. rasa yang membuatnya mengila. tepatnya sangat gila, untuk menerima semua ini. kepalanya sampai pening dengan rasa yang semakin mengairahkan yang semakin membuatnya menginginkan lebih dan lebih. tapi dalam hati, Ruster takut untuk melakukannya. ia takut kesakitan dan akan menjadi ketakutan. Romeo mentapi wajah Ruster yang merah mengoda yang tidak berdaya atas apa yang di rasakan barusan. Tepatnya, kenikmatan yang di berikan oleh Romeo kepada Ruster barusan. yang merupakan pertama kali untuk Ruster. "Kau suka?" tanya Romeo kembali menyambar bibir Ruster dengan gemasnya, kemudian menurun dengan hi
Romeo tersenyum, ia menaruh kepalanya di ceruk leher Ruster dan mulai memompa dengan cepat pinggulnya untuk menghujam Ruster semakin dalam untuk memberikan kepuasan nikmat pada ubuh Ruster. Desahan demi desahan dari Ruster semakin menghiasi ruang kamar. tanpa mereka sadari, dari celah pintu seseorang menatapinya dengan mata bergairah tinggi. orang itu memilih kembali ke dalam kamarnya. sebelum ia hilang kendali dan menerjang masuk ke dalam yang bisa berakibat fatal dan mengagalkan semuanya. Gairah Romeo seakan meletup. Begitu gagah di atas tubuh ramping wanita yang kini terdorong-dorong ke atas tubuhnya. “Aku keluar...arhhhhh...” “Sayang, intimu begitu ketat. Sungguh mencengkeram milikku,” ucap Romeo yang menghentikan hujamnya sejenak. Untuk memberikan ruang waktu untuk Ruster menikmati orgasme pertamanya yang di lakukan oleh rudalnya. Ruster yang menikmati setiap hentakkan dari Romeo. hanya bisa bernafas erengah-engah sambil mengikui setiap i
"Kau fikir aku peduli, jalang ini mau kelelahan atau tidak?” balas Raven tetap dengan nada dinginnya ke arah Romeo. ia ingin segera menarik pergelangan tangan Romeo untuk segera keluar dari dalam kamar terkutuk ini. yang di tepati oleh wanita bernama Ruster, yang sialnya menjadi istri bohongan Romeo dengan pernikahan palsu dari Romeo yang menipu Ruster. Melihat sikap keras kepala sang kakak, sekaligus kembarannya. Romeo memilih duduk di samping ranjang dan membuka selimut yang menutupi tubuh Ruster untuk di perlihatkan pada Raven. "Bercak darah masih ada di seprai, pasti miliknya masih terasa sakit!" ucap Romeo lirih dan kasihan pada Ruster. tepatnya melindungi Ruster dari kegilaan Raven yang tidak mau tahu apa yang di rasakan oleh para jalang. kali ini, Romeo sangat takut. Raven akan menghancurkan Ruster sampai tulang berlulang. Raven mengeraskan rahangnya memperhatikan kemolekan tubuh wanita di depannya, entah kenapa kali ini ia tidak bisa menunggu lebih la