Share

Bab 5

Author: Rosemarry
last update Last Updated: 2022-05-31 15:50:59

"Cukup Vano! Aku tidak mau membahas masalah ini lagi," Kenzi tiba-tiba saja menggebrak meja kerjanya.

"Berikan dia ruang untuk membuatmu percaya bahwa dia bukan wanita seperti itu, Kenzi. Beri dia kesempatan setidaknya uji coba selama 7 hari kedepan, ok?" bujuk Vano.

"Terserah kau saja!" Kenzi pun akhirnya mengalah, dia tak ingin berselisih dengan teman satu-satunya yang dia miliki itu hanya karena seorang gadis, Kenzi memilih untuk mengalah dan memberikan Freya kesempatan.

"Tapi ingat, Vano. Hanya satu minggu dan tidak lebih! Jika dia bisa bertahan dan membuktikan dia tidak seperti yang ku katakan, aku baru akan mengakuinya! Tapi jika dia berani menggoda atau bahkan memanjat ke ranjangku, kau tau apa yang akan ku lakukan, Vano!" tegas Kenzi pada Vano yang sudah merasa lega mendengar jawabanya.

"Tenanglah aku yakin, Freya tidak tertarik padamu. Apalagi setelah apa yang kau katakan tadi, dia pasti sangat membencimu," gumam Vano pelan sambil berjalan meninggalkan ruangan Kenzi dan kembali ke ruang interview untuk memberitahukan kabar baik ini pada Freya.

Saat dia kembali ke ruang interview, Freya sudah tidak berada di sana dan membuatnya bingung mencari keberadaan Freya, padahal dia sudah menyuruh Freya menunggunya di sana.

"Kemana gadis itu? Ku suruh dia menunggu, tapi dia malah pergi?" Vano pun membuka CV milik Freya yang tadi sudah di ambilnya kembali setelah dia lemparkan pada Kenzi.

"Untung saja ada nomor telefonya," Vano pun merogoh sakunya, dan menelfon nomor Freya yang tertulis di CVnya.

Freya saat ini sudah berada di luar perusahaan berjalan gontai tanpa tujuan dengan muka masam, dan sedih yang tampak di wajah cantiknya.

"Ya tuhan! sial sekali aku hari ini, masalah datang bertubi-tubi padaku, bisakah semua ini menjadi lebih buruk?!" gumam Freya sambil terus berjalan tanpa arah.

Gluduk!! Gluduk!! Gluduk!!

Seketika terdengar bunyi guntur di langit, awan mendung yang sudah sejak tadi menemani perjalanan Freya saat keluar dari perusahaan itu pun, mulai menjatuhkan rintik air hujan, membuat Freya merasakan penderitaanya benar-benar lengkap sudah.

"Apa kau sedang bermain-main denganku tuhan?? Kau bahkan benar-benar membuat penderitaanku hari ini selengkap ini?" Freya pun mencari tempat berlindung dari hujan dan memilih masuk ke sebuah kedai kopi kecil untuk sekedar berteduh, sambil memesan segelas kopi dan menghangatkan badanya yang basah karena gerimis.

"Mbak, coffee latte panas satu ya." Freya pun memesan segelas kopi, dan menunggu pesananya sambil duduk di kursi pojokan kedai itu.

Drtt ... Drtt ... Drtt ...

Baru saja duduk dan meletakkan hpnya di atas meja, benda pipih itupun bergetar dan sebuah nomor asing tampak di layar hpnya. Dengan malas Freya pun menekan tombol hijau di layar hpnya, dan menjawab panggilan orang di seberang sana.

"Halo?" sapa penelfon dari seberang sana.

"Ya halo, siapa ini?" tanya Freya.

"Ini aku, Vano yang tadi mewawancaraimu di kantor," jawab Vano.

"Oh, ada apa tuan menelfon saya?" Freya pun menanyakan keperluan Vano nenelfonya.

"Dimana anda sekarang, nona? Bisa kita bertemu sebentar?" Tanya Vano tanpa menjawab pertanyaan Freya barusan.

"Aku ada di kedai kopi dekat perusahaan, ada apa tuan mau bertemu dengan saya?" jawab Freya.

"Apa nama kedai kopinya?" Vano kembali bertanya dan tidak mengindahkan pertanyaan Freya.

"Kopiku," jawab Freya singkat.

"Tunggu sebentar disana nona, aku akan sampai kesana sebentar lagi," ucap Vano dari seberang sana dan langsung menutup telfonya begitu saja.

"Apa semua orang kalangan atas memang semuanya seperti itu? Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan dan mematikan telfon seenaknya?" gumam Freya saat Vano mematikan telfonya begiu saja.

"Ini kopi anda nona, selamat menikmati," akhirnya kopi pesanan Freya pun datang, dia menyeruput sedikit demi sedikit kopinya dan membuatnya merasa relax setelah semua kesialan yang menimpanya hari ini.

Vano pun segera keluar dari perusahaan, namun saat keluar dia baru menyadari kalau di luar sedang hujan.

"Pak satpam, apa anda punya payung?" Vano bertanya pada security di sana.

"Ada tuan Vano, Ini silahkan," Security itu pun memberikan payung miliknya untuk Vano pakai.

"Terimakasih pak, aku pinjam dulu." Vano pun segera pergi menuju ke tempat yang Freya katakan tadi, tempatnya memang tidak jauh dari perusahaan, jadi jalan kaki pun juga tidak membutuhkan waktu yang lama.

Freya yang tengah menikmati kopinya sambil memainkan hpnya itu, di kejutkan oleh Vano yang menepuk pundaknya pelan.

"Nona Freya?"

"Eh pak, anda sudah datang?" tanya Freya canggung.

"Tidak usah panggil pak panggil nama saja," ucap Vano sambil tersenyum manis.

"Tidak bisa pak, kita kan tidak saling kenal. Mana bisa aku memanggil anda hanya dengan nama," jawab Freya.

"Baiklah, kalau begitu perkenalkan namaku Reyvano William, kau bisa memanggilku Vano." Vano pun mengulurkan tanganya untuk berjabat dengan Freya.

Dengan canggung dan bingung Freya pun mengulurkan tanganya untuk menyambut jabatan tangan Vano.

"Kenapa kau tidak menungguku tadi nona Freya? Bukankah aku sudah bilang padamu, tunggu sebentar?" Vano melambaikan tanganya pada waiters.

"Tidak ada, hanya saja menurut saya itu tidak penting. Bukankah tuan Kenzi sudah dengan tegas menolak saya? Lalu untuk apa lagi saya masih berdiam diri disana?" Freya menyeruput kopinya.

"Ehmm? benar juga sih. Pertama, maafkan atas apa yang terjadi tadi nona Freya. Kenzi memang seperti itu jadi mohon di maklumi," ucap Vano mewakili Kenzi meminta maaf pada Freya.

"Anda tidak perlu minta maaf, yang seharusnya minta maaf itu dia bukan anda," Freya pun tersenyum kecut.

"Dia punya alasan sendiri, kenapa dia bersikap se keterlaluan itu jadi aku mohon padamu maafkan dia, dan aku kemari juga untuk memberitahukan kabar baik padamu nona Freya," ucap Vano yang membuat Freya tersenyum kecut.

"Berita baik? Masih adakah berita baik yang bisa ku dapat di hari yang sial ini?" gumam Freya yang membuat Vano tersenyum karena menganggap ekspresi Freya itu sedikit menggemaskan di matanya.

"Kenzi bersedia memberikan anda waktu satu minggu sebagai masa uji coba, apa kau bersedia nona Freya?" tanya Vano pada Freya yang auto membuat Freya tersedak.

"Uhuk!! Uhuk!!" Vano pun memberikan tisyu untuk Freya.

"Aku serius nona Freya,"

"Tentu saja aku setuju, aku sangat membutuhkan pekerjaan ini," jawab Freya tanpa fikir lama lagi.

"Tapi, aku bisa mulai berkerja besok kan? Aku tidak mungkin bekerja dengan style seperti ini," ucap Freya enggan sambil memandangi dirinya sendiri.

"Tentu saja nona Freya, kau bisa mulai kerja besok pagi," ujar Vano mengiyakan.

"Terimakasih banyak tuan Vano, terimakasih atas kebaikanmu," Freya pun tersenyum manis pada Vano dan membuat Vano kembali terpana.

"Tuan Vano? Tuan Vano?" panggil Freya mencoba menyadarakan Vano.

"Ah, maaf nona Freya aku jadi melamun," jawab Vano gelagapan plus malu.

"Apa kalian berdua bersaudara? Ehm ... maksudku anda dan si tuan CEO itu," tanya Freya mencoba mencari topik pembicaraan.

"What!!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ranjang Panas CEO   Bab 76

    "Kamu hadirkan ke pesta nya Randy besok Viona?" tanya Sonya, salah satu teman dekatnya Viona. "Entahlah.." Jawabnya sambil melihat-lihat berita terbaru Kenzi di laman gosip."Dia lagi?" tanya Sonya sembari mendaratkan pantatnya di lengan sofa yang sedang diduduki oleh Viona."Dia tetap tampan seperti biasanya kan?" cicit Viona, melihat foto Kenzi yang di salah satu cover majalah pengusaha sukses.Viona menatap cover majalah itu dengan sebuah senyuman di wajahnya. "I miss you.." Ujar Viona dan memeluk majalah itu erat."Kalau masih cinta itu bilang!" cicit Sonya. "Dia udah gak cinta aku Sonya." Ujar Viona sambil masih mendekap erat majalah tadi."kata siapa? Bukti nya doi masih belum married ampe sekarang!" Tukas Sonya, sambil melipat kedua tangannya di dada."Tapi Kenzi udah punya pacar. Kau tahu kan siapa pacar Kenzi saat ini!" Viona pun meletakkan majalah tadi dan berjalan ke meja bar mini di dalam apartemen nya itu. Viona menuangkan anggur ke dalam gelas yang ada di atas meja. Da

  • Ranjang Panas CEO   Bab 75

    Kenzi tiba-tiba teringat Clarisa. Benar, mengapa Kenzi tidak menjadikan Clarisa sebagai tameng hidupnya. Paling tidak dengan menggandeng Clarisa maka Kenzi tidak perlu lagi raket nyamuk untuk menyingkir wanita-wanita yang pasti akan menempel pada nya selama pesta itu. Lagi pula kan Clrisa memang adalah pacar Kenzi. Semua orang di dunia tahu itu. "kau dimana Clarisa?" Tanya Kenzi pada Clarisa begitu telpon itu tersambung. "Aku? aku sedang di salon sayang." Jawab Clarisa berbohong sebab saat ini dia sedang ada di apartemen salah satu selingkuhannya yang berprofesi sebagai model juga. "Temani aku ke Villa nya Randy sabtu dan minggu ini. Dia mengadakan pesta koktail."Ujar Kenzi. Clarisa menoleh pada pria yang sedang bersama nya saat ini. Clarisa sudah terlanjut berjanji untuk ke Paris bersama pria ini sabtu dan minggu ini. Mereka pun sudah membeli tiket dan membooking hotel. Itu lah mengapa tadi Clarisa datang ke tempat Kenzi sebab dia membutuhkan suntikan dana tambahan untuk bero

  • Ranjang Panas CEO   Bab 74

    Freya menarik nafas sebanyak yang dia bisa lalu menghembuskan sambil terisak-isak. Kata-kata Kenzi yang mengatakan tidak ingin memiliki anak Freya bagaimana pun tetap dirasa kejam bagi Freya.Memang Freya tidak cintai Kenzi bahkan Freya sangatlah membenci pria itu. Tapi kenyataannya saat ini Freya sudah terikat tali pernikahan dengan Kenzi. Kalau bukan memiliki anak dari Kenzi, lantas dari siapa lagi Freya harus memiliki anak? Sedangkan bagi seorang wanita, takdirnya baru akan terasa sempurna bila ia bisa memiliki anak dari rahimnya sendiri. Tapi kini, laki-laki kejam yang berstatus sebagai suami Freya malah dengan jelas mengatakan dia tidak ingin di repotkan dengan kehadiran anak di antara mereka."Dia memberikan ku status sebagai nyonya Kenzi Adinata, tapi di merenggut hak ku sebagai seorang ibu! Aku harus bagaimana tuhan?" Rintih Freya dalam hati. Ucapan Kenzi benar-benar menjadi satu pukulan yang lainnya bagi Freya. Bukan karena dia berharap memiliki anak dari laki-laki itu tap

  • Ranjang Panas CEO   Bab 73

    "Cewek-cewek pasti akan sedih kalau kalian tidak datang. Lagi pula ini party nya weekend. So waktu kerja para pejantan tangguh seperti kita ini tidak akan terganggu!" Tukas Randy. "Woman penting, tapi cuan lebih penting because no cuan, no woman, man.." Seru Randy yang hanya di tanggapi tatapan aneh oleh Kenzi dan Vano."Kriik..""Krik..."Sungguh garing."Well aku cuma mau ngasih itu untuk kalian berdua! Dan ingat besok untuk datang." Randy pun keluar dari ruangan Kenzi.Begitu Randy menutup pintu itu, pandangannya terkunci pada sekertaris Kenzi. Siapalagi kalau bukan Freya..Randy ingat, dia masih punya satu undangan lagi di dalam jas nya. Entah mengapa Randy sangat ingin memberikan undangannya itu pada gadis yang baru saja dia kenalkan ini."Aku akan membuat dia menjadi kemeriahan di pesta nanti. Aku rasa Kenzi pasti tidak akan keberatan bila kau menjadi keseruan di pesta nanti." Pikiran jahat sudah menghinggapi kepala Randy."Sibuk?" tanya Randy pada Freya yang sedang merapikan ja

  • Ranjang Panas CEO   Bab 72

    Begitu keluar dari walk in closet setelah berganti baju, Freya langsung melihat ke arah tempat tidurnya, dan ternyata Kenzi sudah tidak lagi berada di sana. Freya pun menscan seluruh ruangan kamar dan hasilnya tetap saja nihil, Kenzi juga tidak ada dimana pun, di ruangan itu. "apa dia mandi?" gumam Freya dalam hati, sambil melihat ke arah kamar mandi. Tapi pintu kamar mandi itu tidak tertutup yang artinya tak ada siapapun di dalam sana. "Sepertinya tidak di kamar mandi juga." Freya hendak melanjutkan langkah kaki nya keluar dari kamar itu. "Apa kau sedang mencari ku, Freya?" tanya Kenzi dari arah belakang, yang membuat Freya sedikit terkejut. Dan benar saja, saat Freya menolehkan kepalanya, dia mendapati Kenzi yang sedang bersandar di samping pintu walk in closet, tempat dia mengganti pakaiannya tadi. Dari penampilannya yang hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggang, Freya yakin jika si Mr. Mesum ini pasti baru saja selesai mandi. "Kenapa aku tidak melihatny

  • Ranjang Panas CEO   Bab 71

    Akhirnya suapan terakhir pun, masuk sudah ke dalam mulut Freya. Dia meletakkan kembali piring itu, ke atas nakas."Ini minumlah." Kenzi menyodorkan segelas air pada Freya, dan Freya yang ingin ini semua drama memuakkan ini segera berakhir pun, meminum air itu dengan wajah yang masih menunjukkan ketidaksukaannya pada Kenzi."Kau perlu apa lagi?" Tanya Kenzi sambil memperlihatkan gigi putihnya yang begitu sempurna. Berharap setelah perut Freya kenyang, hati nya jadi sedikit senang."Bisakah kau pergi dari kamar ini?" tanya Freya tanpa basa basi ditambah dengan senyum terpaksa, yang sangat jelas terlihat."Tidak!!" Jawab Kenzi masih dengan senyum manisnya."Oke." Freya yang merasa jengah pun, kembali membaringkan dirinya di kasur."Dia tidur lagi! Apa bagian bawahnya masih terasa sakit?" Kenzi sebenarnya sangat ingin menanyakan hal itu, tapi tidak berani ia lakukan.Kenzi ingat sewaktu dia membobol Clarisa, wanita itu terlihat sangat kesakitan padahal rasanya tidak lah sesulit sewaktu Ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status