Share

Bab 6

Penulis: Herlina Teddy
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-24 10:22:17

Bab 6

Pasca kejadian itu, lambat laun Hanami menjelma menjadi manusia baru. Semangatnya bangkit lagi ketika Arsenio selalu mengisi baterai energi positif untuknya. Mereka jarang ketemu karena padat jadwal si pria berkacamata, yang kini sedang magang di salah satu rumah sakit Jakarta. Dia tengah menjalankan tugas kampus sebagai koas, salah satu syarat untuk mendapatkan titel dokter.

"Jika ada perlu apa-apa, jangan sungkan untuk mencariku." Itulah katanya.

"Siap, Pak Dokter."

Mereka selalu bertukar kabar via aplikasi pesan berlogo telepon hijau di sela-sela waktu senggang. Sesekali Arsenio mengunjunginya, tetapi hanya sampai di teras saja. Itu juga hanya lima menit. Setelah mengantar buah atau cemilan untuknya, pria itu pun langsung pamit.

"Ibu hamil butuh buah dan cemilan cokelat untuk menenangkan pikiran dan perasaannya."

Ada suatu kala ketika Hana menolak pemberiannya karena merasa tak enak hati tetapi pria itu malah ngambek. Arsenio terlalu baik, padahal Hana merasa tidak berbuat apa-apa untuknya.

Waktu terus berjalan beriringan dengan kedekatan mereka. Menurut Hana, kebersamaannya tidak begitu dipermasalahkan lantaran gadis itu memang membutuhkan teman untuk berbagi. Arsenio, pria yang pintar membawa diri dan tidak pernah melukai perasaannya.

Sampai suatu ketika ibu pernah berpesan padanya untuk menjaga jarak agar tidak menimbulkan hujatan dari tetangga baru mereka. Walau bagaimanapun, Hana tengah hamil di mana tidak ada sosok ayah di sampingnya.

"Han, kamu batasi komunikasi dengan Nak Arsen. Tidak baik jika kalian terus berhubungan seperti itu. Ibu tak mau nanti timbul fitnah."

"Aku dan Kak Arsen hanya teman, Bu. Dia baik, aku tak tega mengacuhkannya jika dia menelepon."

Bahkan di detik-detik kelahiran Kaindra, Arsenio itu bak penyelamat yang membawa Hana ke rumah sakit. Tak sengaja malam itu saat dia mengunjungi rumah mereka, tiba-tiba perut Hana sakit dan mengeluarkan cairan.

"Mungkin ini waktunya kamu melahirkan, Han. Aku antar kamu ke rumah sakit sekarang."

Tanpa meminta persetujuan dari sang ibu, Arsenio memapah Hana ke mobil. Ibu yang terlihat panik malam itu tidak ada alasan menolak kala mendengar beberapa kali teriakan kesakitan dari putrinya.

"Sabar, Nak. Kamu akan segera melahirkan. Ibu akan selalu menemanimu."

Kalimat menenangkan itu tak mengurangi rasa sakit yang dialami Hana malam itu. Bayi yang minta dilahirkan kini seolah merontokkan seluruh tulang dari tubuhnya. Sakit, dia baru tahu ternyata begini rasanya dulu ibu melahirkannya.

Proses kelahiran berlangsung lumayan lama, mungkin karena ini adalah persalinan anak yang pertama. Hana susah payah mengatur napas dan mengejan walau sudah mendapatkan arahan dari bidan dan dokter kandungan yang menanganinya.

Bayi berjenis kelamin laki-laki itu diberi nama Kaindra Naoki. Nama khas Jepang itu sengaja disematkan, mengingat Hana sendiri mempunyai darah campuran Jepang dan Sunda. Kakek Hana asli keturunan Jepang yang dulu menikah dengan orang Sunda pribumi zaman penjajahan dulu. Yang akhirnya sang kakek pun terpaksa pulang ke negara asal ketika tanah air mengumumkan kemerdekaannya.

Setelah mendapatkan titel dokter, Arsenio pun semangat melanjutkan pendidikan strata dua dokter anak. Alasan si pria tampan mengambil jurusan tersebut karena selain dia suka anak-anak, Kaindra-lah salah satu alasan terkuatnya. Dia ingin mengikuti tumbuh kembang bocah ganteng itu sehingga ia ingin memperdalam ilmu kedokteran tersebut.

Kebersamaan tujuh tahun bersama Hana, tumbuh benih cinta di hati Arsenio. Menurutnya, Hana adalah wanita lembut yang selalu menyemangatinya. Di kala dia malas melanjutkan tugas magang, wanita itulah mengingatnya betapa dia sangat menginginkan akademik itu dulu, tetapi musnah karena musibah yang dialami.

"Ada kesempatan menjadi dokter, kenapa disia-siakan, Kak? Profesi dokter itu sangat berjasa dan dihormati banyak orang. Selain bisa menyelamatkan hidup orang, dokter juga bisa membimbing orang untuk hidup sehat."

Ucapan Hana kala itu membangkitkan semangat, memantapkan keputusan untuk melanjutkan akademik yang tinggal setahun. Setelah itu, dia mengambil spesialis anak untuk strata dua.

Begitu pula saat ketangguhan Hana nyaris memudar, ada Arsenio yang siap mengisi kembali kekuatan itu sehingga Hana kembali bisa menatap dan menghadapi dunia dengan lapang dada. Mereka seperti simbiosis mutualisme, yang saling menguatkan satu sama lainnya

Malam itu, Arsenio memberanikan diri mengungkapkan perasaan yang sudah lama disimpan rapi di relung hatinya. Keinginan matang untuk memiliki Hana dan Kaindra seutuhnya setelah dia mendapatkan gelar dokter spesialis anak.

"Apa kamu belum yakin akan ketulusanku padamu atas segala yang aku lakukan untuk kamu dan Kaindra selama ini?"

Tatapan mata itu menyiratkan kesungguhan. Dia berharap lamarannya diterima dan berjanji akan menjaga dan melindungi mereka berdua. Dia mau menjadi imam yang baik untuknya.

"Tapi Kak Arsen tahu sendiri, kehidupanku bagaimana. Aku bukan wanita virgin yang selalu ditanyakan sebelum pria itu menikahi wanitanya."

Hana merasa dirinya tidak suci dan tak pantas menerima cinta dari lelaki yang sangat baik dan lembut kepadanya selama ini. Menurutnya, Arsenio adalah obat penawar di saat ia merasa down dan butuh perhatian. Namun, dia belum yakin dengan perasaannya. Apakah dia mencintainya atau hanya perasaan terima kasih atas semua kebaikan pria itu.

"Aku akan menikahimu tanpa melihat siapa kamu di masa lalu. Aku juga bersedia menjadi ayah sambung untuk Kaindra tanpa ingin tahu siapa ayah biologisnya. Aku janji akan membahagiakanmu. Aku tulus mencintaimu tanpa alasan apa pun."

Pancaran sinar mata pria itu penuh ketulusan tanpa ada kebohongan di dalamnya, menggenggam erat jemari Hana untuk meyakinkannya. Dia bisa pegang ucapannya bahwa dirinya tak akan menyia-nyiakan wanita itu.

"Tapi Kak, maaf, aku ...."

"Apapun alasan kamu menolak, aku akan terus menunggumu sampai kamu siap. Jadi aku harap kamu jangan buru-buru untuk menjawab, pikirkan terlebih dahulu. Kita jalani saja kebersamaan ini."

"Tapi aku tidak mau ada omongan miring dari orang-orang tentang kedekatan kita."

Kini, Hana tak kuasa mengutarakan apa yang dikhawatirkan selama ini, sang ibu pun sudah sering protes kedekatan mereka. Beliau tak mau mendengar hujatan dari tetangga atau teman lain menyerbunya karena kesalahpahaman hubungan mereka. Walau bagaimanapun , mereka adalah lawan jenis yang memang seharusnya menjaga jarak, tidak baik selalu terlihat bersama karena belum dihalalkan.

"Maka dari itu, kita harus punya status di pelaminan. Aku akan menjadikan kamu ratu di hatiku."

Lagi, pria itu menawarkan status untuknya, berulang kali dia melamar tetapi Hana belum menerimanya. Wanita itu bukan tak suka dengan dokter spesialis anak itu, hanya saja dia belum bisa membuka hati untuk pria manapun setelah Mahendra. Entah dia belum move on atau masih trauma untuk memulai hubungan baru.

Kerap kali ibu menyarankan Hana mencoba membuka hati untuk Arsenio. Sebab menurut kacamata ibu, Arsenio masuk dalam kategori pria penyayang, lembut, pekerja keras dan bertanggungjawab. Sang ibu juga menginginkan menantu yang kelak akan menjaga dan menemani putrinya saat dia menghadap Yang Kuasa.

"Kak, aku ...."

"Sstt, tidak perlu jawab sekarang. Pikir-pikirkan dulu."

Lembut tutur kata dan sabar, itulah gambaran sang ibu untuk Arsenio. Namun, entah mengapa, di hati Hana hanya menganggap Arsenio sebagai pahlawan dan sosok kakak yang siap menerima keluh kesahnya.

"Kamu menjalaninya sendiri, pasti sangat berat. Aku, aku ingin menemani untuk bersama-sama membesarkan, mendidik, merawat anakmu. Agar beban tidak terlalu berat. Aku bisa menjadi punggung untuk kamu bersandar. Aku siap meminjamkan da da saat kamu ingin bersembunyi untuk menangis."

Ucapan Arsenio meluluhkan benteng bendungan air mata Hana yang sudah tidak tertahan. Ada haru di dalamnya. Bagaimana ada orang sebaik dokter muda itu di dunia ini? Namun, nama dan bayangan Mahendra masih ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
udah Hanna kmu terima lamaran Asenio dia udah sBar merawat kmu dr kmu mulai hamil samoe sekarang anak mu dh besar ko kmu tega dgn Asenio dn juga kmu mov on dr Mahendra mana ada orang sebaik dokter Arsenio ..
goodnovel comment avatar
Ramdhani Yona
ah penasaran.... sama siapa akhirnya. klo aku sih dokter aja . lebih baik segalanya
goodnovel comment avatar
Asa Benita
jgn sampai ga mau move on krn masih mengharapkan si mantan...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 26C

    "Han! Hana!"Teriakan itu mengalihkan perhatian Hana dan Mahendra ke arah pintu. Kaki mereka maju sampai di depan pintu dan mendapatkan Clarisa yang baru pulang, entah dari mana. Namun, tak lama Mommy menarik tangannya seakan memaksa untuk mengikuti langkahnya. Ada satu pria yang berkacamata hitam, tak asing bagi mereka, pun ikut serta mereka keluar dari pagar."Kayak kenal laki-laki itu, siapa, ya?"Jari Hana menunjuk ke arah mereka sambil berusaha memeras otaknya untuk mengingat."Jonathan.""Jonathan?" Hana masih menerka alasan pria itu datang ke rumah. Siapa yang mau ditemuinya?"Jonathan itu sepupu aku, tapi jauh banget. Anaknya sepupu Mommy. Mommy dan mamanya sepupu tiri. Jadi hubungannya agak jauh, beda kakek.""Terus, dia ke sini, mau ngapain? Cari kamu? Lalu, ngapain dia ikut mereka keluar juga?"Sambil bersandar di dinding, Mahendra tersenyum geli dan mengerti arti dari sikap yang Mommy lakukan barusan. Beliau sengaja mengajak Clarisa ikut dengannya agar memberi ruang dan w

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 26B

    "Aku bisa siapin sendiri, Mas. Kamu tidur lagi, deh. Besok kamu, kan, mau ke kantor. Aku nggak mau dengar dari Aldo kalau kamu tidur di sofa saat jam kerja."Pria itu berdecak dan langsung duduk di samping istri yang sedang bersandar di sofa kamar. Dia tersenyum kala memandang bayi mungil yang sedang menutup mata sambil mengisap susu. "Lahap banget." Dia menoel pipi mulus dan gembul itu dan enggan menanggapi omelan istrinya."Mas, tidur sana, aku bisa, kok.""Nggak apa-apa, Sayang."Sekilas dia mencium pelipis Hana lalu melanjutkan ucapannya. "Aku ingin merasakan menjadi ayah yang siap begadang. Hal yang tidak pernah aku alami saat Kai masih bayi.""Tapi kalau besok kamu ....""Tidak masalah kalau aku curi waktu untuk istirahat bentar di kantor. Tidak ada yang bisa mengatur termasuk Aldo. Aku bos di perusahaanku. Siapa yang berani pecat aku? Irma? Atau Aldo?""Tapi dengan kamu tidur di saat jam kantor

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 26A

    "Kenapa? Nyeri lagi?""Aneh, nih. Sakitnya sudah mulai rutin dan jaraknya berdekatan. Prediksiku ini sudah mulai pembukaan.""Kita ke rumah sakit, ya?""Apa nggak tunggu sampe ...."Belum selesai berucap, Hana mengelus perutnya sambil menahan sakit."Tunggu? Sudah semakin intens gini, masih mau nunggu? Nggak, ayo sekarang aku antar ke rumah sakit. Kelahiran anak kedua biasanya lebih cepat dari anak pertama."Tak menunggu lama, Mahendra mengganti pakaian dan membawa tas keperluan Hana dan calon bayi yang sudah disiapkan jika sewaktu-waktu harus bergegas ke rumah sakit. Sementara Hana tidak mengganti baju karena sudah mengenakan daster."Aku mau proses kelahirannya normal, ya, Mas."Hana masih sempat me-request saat sudah duduk di jok depan, samping Mahendra. Sebelum menginjak pegal gas, sang suami menoleh dan mengelus pucuk kepalanya."Iya, mudah-mudahan bisa. Kita dengar apa kata Dokter Rissa saja. Beli

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 25B

    "Ini kamu minum dulu, dong, Sayang. Pembukuan beginian semestinya Luna aja yang mengerjakan. Kamu harusnya istirahat yang cukup. Apalagi tadi malam, katanya nggak bisa tidur pulas karena punggungnya sakit."Segelas cangkir berisi susu hangat khusus untuk ibu hamil diletakkan di atas meja kamar. Hana tak menyadari kedatangan suaminya ke kamar karena terlalu fokus dengan laptop. Sejak pulang liburan dari Hongkong, mereka beraktifitas seperti biasa. Mahendra ke kantor dan Hana ke toko bakery. Tidak ada drama pulang telat, Mahendra selalu menjemput istrinya sesudah jam magrib. Lalu, mereka akan pulang bersama dan ibu tetap tinggal di ruko. Percuma terus mengajaknya untuk tinggal bersama, beliau akan tetap menolak dengan alasan yang sama."Ibu lebih nyaman tinggal di sini bersama Luna dan Sinta."Kalau sudah begitu, anak dan menantunya hanya bisa menghela napas pasrah. Namun, keadaan ibu tetap dipantau dari kamera pemindai yang dihubungkan dengan pons

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 25A

    Bab 25Pesawat Airbus Garuda Indonesia mendarat dengan selamat di aspal Bandara Udara Internasional Hong Kong jam tujuh lewat dua puluh pagi hari. Waktu Jakarta dengan negara tersebut hanya berbeda satu jam lebih lambat.Mereka keluar dari pesawat menuju ke ruang pengambilan bagasi dan butuh waktu kurang lebih satu jam. Di sana mereka melakukan registrasi ulang dengan mengisi formulir. Setelahnya, mereka menggunakan transportasi MRT menuju Disneyland Resort Line dengan jarak kurang lebih 12.7KM. Tujuan pertama mereka adalah check in Hong Kong Disneyland Hotel yang sudah di-booking seminggu yang lalu di Jakarta. Lantaran belum jam 12, mereka tak bisa masuk ke kamar, koper dititipkan ke hotel.Di kota Lantau, Hong Kong Disneyland Hotel berada di tepi laut. Pemandangan itu sangat menenangkan hati. Hari kedua, mereka akan mengunjungi pantai itu, rencananya. Dengan antusias yang semakin menggebu, mereka berkendara berjarak empat menit menuju Hong Kong Disn

  • 7 TAHUN SETELAH MENJANDA   S2 Bab 24C

    "Aku sudah tanya dokter Rissa."Hana semakin melebarkan pupil mata ketika apa yang menjadi bahan pertanyaan di kepala sudah dijawab suaminya."Jangan kaget, aku nemu pertanyaan itu di bola matamu. Mata itu seolah berbicara denganku.""Lalu, apa lagi pertanyaan yang ada di mataku? Buktikan kalau kamu memang lihai membaca pertanyaan di mataku."Hana sengaja melotot agar suaminya bisa leluasa melihat kedalaman matanya. Tidak ada pertanyaan lain lagi, Hana hanya ingin mengetes apa jawaban suaminya.Pria itu tak langsung menyahut. Kedua matanya memicing, pura-pura fokus mencari pertanyaan di sana. Dia mengambil dagu dengan tangan kanan lalu menggeser tepat di depan wajahnya."Yang kulihat tidak apa pertanyaan apa-apa di sana, tetapi ada sebuah perintah."Hana yang tak bisa meredam gejolak yang bergemuruh di dada, pun melipat dahinya. Jarak wajah mereka tinggal satu jengkal. Itu yang membuat Hana hampir lupa cara bernapas yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status