“Emang kenapa, Nit?”
“Ini bang, Pak Renaldi kirimi saya pesan nyuruh ke kantor tapi gak dijelasin mau ngapain.” ujar Anita menunjukkan isi pesannya kepada Gibran.
Gibran menghela napas pelan setelah membaca isi pesan itu. “Pak Renaldi kadang emang begitu, Nit. Bareng aja nanti ke kantor sama saya, saya juga perlu ambil beberapa berkas sebelum ke cabang.” tawar laki-laki itu.
Anita tampak berpikir sebentar lalu tersenyum. “Saya mau mobil aja, bang. Kebetulan ada pertemuan dengan klien juga diluar.” tolak wanita itu halus, ia tidak ingin terlalu dekat dengan laki-laki manapun karena ingin menjaga perasaan Habib termasuk Miko yang notabene adalah adik angkatnya.
Hari ini jadwal Anita cukup sibuk, setelah makan siang usai ia sudah tidak berada di kantor dan sekarang wanita itu berada di salah satu perusahaan berskala nasional yang sudah membuat janji dengan dirinya sejak dirinya berada di Medan.
“Pe
Rinty Architeam, salah satu Firma yang memberikan jasa pelayanan terbaik di kota ini. Menjadi salah satu firma memiliki reputasi baik membuat Rinty Architeam banyak dikenal dikalangan pembisnis, dikenal bukan dari nama ataupun brandnya yang besar, Rinty Architeam diperkenalkan oleh mulut ke mulut orang-orang yang sudah pernah menggunakan jasa dari firma itu.Para arsitek dan karyawan lain sesuai dengan bidangnya yang berkerja juga sudah memiliki segudang pengalaman yang dapat dikatakan sangat cukup untuk diberi kepercayaan mengurus proyek kecil maupun mega proyek sekalipun. Firma ini sangat mengutamakan kepuasan para pelanggan mereka, maka dari itu tak jarang jika mereka sering kebanjiran orderan proyek penting.Anita yang baru saja tiba di ruangan timnya langsung disodorkan telepon oleh Rifa, mulut perempuan itu bergerak seakan mengatakan bahwa telepon itu dari klien penting mereka. Wanita itu segera menerima telepon tersebut dan setelah beberapa menit mengob
Anita terdiam mendengar pertanyaan Ivan, mendadak persaannya tidak enak setelah Ivan bertanya begitu. Apa ia telah melewatkan sesuatu yang dapat membuat sang kakak bertanya dengan raut curiga seperti itu? Anita mencoba berpikir untuk kemungkinan-kemungkinan yang telah terjadi tanpa sepengetahuan dirinya, tidak ingin membuat Ivan lebih curiga wanita itu mengulas senyum kecil. “Nyembuyiin apa sih, mas?” tanyanya menatap Ivan serius agar sang kakak dapat percaya. Kini Ivan yang melihat adiknya serius seperti sedang mencari sesuatu. “Bener gak ada apa-apa?” tanya laki-laki itu akhirnya karena ia pikir akan percuma jika Anita tidak ingin menceritaknnya, usaha membujuknya akan sia-sia saja. “Enggak ada, mas.” jawab Anita meletakkan pensilnya lalu duduk di kursi seberang Ivan. “Persiapan pamerannya udah selesai, mas?” tanya wanita itu mencari topik lain agar Ivan tidak terus menanyainya. “Udah, weekend ini kamu gak ada acarakan?” “Udah Tata kosongi
Sesuai yang sudah dijadwalkan, hari ini adalah jadwal pameran Ivan dilaksanakan. Menyewa salah satu galeri besar yang di kota itu, seperti terasa sesak karena banyak sekali tamu yang hadir. Ini adalah pameran ketiga laki-laki itu, pameran kali ini diadakan bertujuan untuk membantu biaya pendidikan anak panti asuhan yang didirikan oleh keluarga Jayagra. Anita yang sejak tadi berkeliling berhenti di salah satu lukisan dengan gambar sosok perempuan tapi di dalam suasana kelam, wanita itu lama memperhatikan lukisan itu dan jika dilihat baik-baik sepertinya Ivan menggambarkan dirinya. Anita tersenyum tipis melihat lukisan itu. Saking seriusnya memperhatikan lukisan itu, ia tidak sadar jika sudah ada Gibran yang berdiri di sampingnya. “Serius banget, Nit.” ujar laki-laki itu tersenyum kecil. Anita yang mendengar itu melihat ke arah Gibran lalu tersenyum kecil. “Bang Gibran juga di sini? Undangan perusahaan atau?” wanita itu menggantungkan kalimatnya. Gibran
"Tapi, pa. Anita udah gak bisa berpikiran positif tentang mas Habib. Anita ngerasa mas Habib makin jauh dari Tata."Talita yang mendengar penuturan sang putri menghela napas pelan, ia tahu bagaimana gundahnya sang putri sekarang ditambah lagi hari H pernikahan keduanya kurang lebih sebulan lagi akan berlangsung."Sayang, kamu jangan berpikiran begitu."ujar Talita pelan, kini ia sudah duduk di samping Anita mengusap tangan sang putri lembut."Lebih baik kita lihat sama-sama sampai mana keseriusan niat Habib untuk menjalin hubungan dengan kamu. Agar kamu nantinya enggak salah langkah dan berakhir penyesalan tapi jika memang nantinya akan berakhir tidak baik, kamu segera lepaskan ya. Jangan menyimpan atau memaksakan sesuatu yang gak bisa kita miliki karena itu akan menyakiti diri kita sendiri sayang." tambah Talita berpesan kepada sang putr
Setelah makan malam bersama, Anita dan Fika berpisah dengan wanita itu yang sudah dijemput oleh Erga di depan mall sementara Anita harus berjalan memasuki parkiran untuk mengeluarkan mobilnya dari sana. Mobil yang dikendari Anita sudah melaju keluar dari pelataran mall.Mata wanita itu fokus melihat ke arah jalanan, hari ini ia menggunakan mobil sang papa karena mobilnya sendiri sedang berada di bengkel untuk perawatan bulanan. Anita memasang sein untuk berbelok ke arah kanan, saat memastikan jalanan kosong mobilnya melaju secara perlahan dan tanpa diduga ada mobil kencang yang menabraknya dari arah belakang, mengakibatkan mobil yang Anita kendarai kehilangan kendali dan menabrak pembatas jalan. ☁️☁️☁️ Ponsel yang ada di saku Ivan berdering, laki-laki itu segera mengeluarkan bendah berbentuk persegi itu dari dalam sakunya. "Halo." ujarnya k
Habib baru saja sampai di stasiun kereta api lokal sembari menunggu taksi online yang ia pesan, laki-laki itu berbelok ke salah satu stan penjual kopi. Ia merenggangkan lehernya secara perlahan ke kiri dan kanan. Mengeluarkan ponselnya dari saku jaket yang sedang ia kenakan, mengecek notifikasi yang masuk.Kenapa Anita dan kamu dua hari ini gak ada kabar?batin laki-laki itu. Habib memang tidak mengabari Anita tentang kepulangannya hari ini karena ia ingin memberikan kejutan untuk sang tunangan. Setelah kopi pesanannya selesai, Habib berjalan meninggalkan stan penjual karena ada pemberitahuan bahwadrivernya sudah sampai dan sudah menunggunya di depan. Laki-laki itu mengecek ponsel sebentar, ada sebuah pesan masuk dari orang yang sejak 2 hari ini ia tunggu-tunggu kabarnya.
"Kondisi Anita sudah membaik, mungkin sore ini Anita sudah bisa pulang. Untuk lukanya yang lain mungkin bisa kita cek sembari kontrol sekali lagi minggu depan." ujar dokter yang baru selesai memeriksa seluruh luka yang Anita alami.Ivan, Radiga dan Talita yang mendengar apa yang dikatakan sang dokter tersenyum lega sekaligus bersyukur untuk kesembuhan yang diberikan Allah kepada wanita itu."Terima kasih, dok." ujar Radiga tersenyum berterima kasih kepada sang dokter.Dokter dan suster pamit dari ruangan Anita, tinggallah keluarganya yang ada di ruang rawat wanita itu. "Alhamdulillah, Ta. Akhirnya kamu udah bisa pulang ke rumah." ujar Talita tersenyum mencium rambut sang putri.Ivan duduk di sofa, laki-laki itu mendadak menjadi diam s
Setelah beberapa hari istirahat di rumah, Anita akhirnya kembali beraktivitas seperti biasa dan kondisi wanita itu sudah membaik. Anita yang baru saja ingin mendorong pintu firma terhenti kerena ada Miko yang sudah membukakannya dari dalam. "Pagi, mbak." ujar laki-laki itu tersenyum melihat Anita yang tampak segar."Pagi, Mik. Gimana tim, bik-baik aja kan? Atau ada gosip yang baru?" tanya Anita yang sudah melakukanfinger printuntuk mengisi absennya pagi ini."Enggak ada yang penting kok, mbak. Mbak Ta udah beneran sehatkan?" tanya Miko dengan raut wajah khawatir.Anita tersenyum mengangguk. "Alhamdulillah udah, Mik." ujar wanita itu menyakinkan.Keduanya berjalan menuju ruang tim, Anita yang baru muncul di F