Surie membuka pintu apartementnya ketika ia melihat Alex muncul di baliknya. Mata Surie melebar ia tak menyangka kalau Alex akan mendatanginya lagi malam ini.
"You Shouldn't be here!"
Surie hendak menutup pintu depan apartementnya namun Alex menyanggal dengan salah satu kakinya.
"Surie please, let me in." Ucap Alex dengan tatapan mata memohon yang Surie benci sekaligus tak bisa ia hindari.
Dan akhirnya Surie pun membiarkan mantan suaminya masuk ke apartementnya. Setelah masuk ke dalam Alex mendekat ke arah Surie berniat untuk memeluknya namun Surie menolaknya.
Surie hanya menatap dalam diam di saat Alex menikmati makan malam yang ia siapkan. Surie seakan tahu ketika Alex datang kemari, adalah saat di mana ia pulang dari kantor dan tak sempat mampir kemanapun. Seakan tempat yang begitu ingin ia tuju adalah satu, Apartement Surie.
"Kamu gak capek apa liatin aku terus kayak gitu?" Tanya Alex seakan menggoda Surie.
Surie berusaha bersikap se normal mungkin agar tak terlihat salah tingkah. Walaupun sebenarnya sedari tadi ia memang menatap Alex lekat dengan berbagai hal tentang Alex di fikirannya.
"Kamu harus pulang setelah ini!" Perintah Surie.
"Aku mau nginap disini." Ucap Alex santai.
"Alex!" Seru Surie. Ia mulai kehabisan kesabaran.
"Surie, mungkin mulai saat ini juga kamu harus berhenti untuk bersikap keras kepala dan terus-terusan ngusir aku! Karena aku gak suka di atur dan di paksa!" Ujar Alex seakan menegaskan apa keinginannya.
Alex memang pemaksa, Surie tahu itu. Dan seberapa keras kepalanya Surie, ia tak akan pernah menang dari sikap Alex yang seperti ini.
"Kalau gitu kamu tidur di sofa malam ini!"
Surie bangun dari tempat duduk meninggalkan Alex di meja makan dan berlalu ke kamarnya.
*****
Alex yang awalnya sudah merebahkan tubuhnya di sofa yang berada di kamar Surie, dengan sigap bangun dari sofa. Ia menatap Surie yang sedang duduk membaca novel sambil menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur."Surie, kamu serius nyuruh aku tidur di sofa?!"
Surie hanya mengangguk tanpa menatap Alex. Matanya masih terfokus pada novel yang ia baca.
Alex mulai kehilangan kesabaran. Perlahan ia masuk ke tempat tidur dari arah Surie duduk. Mendesaknya dan membuat Surie menjadi tak nyaman.
"Alex, kamu ngapain sih? Aku bilang kamu tidur di sofa ya di sofa?!"
"Aku bilang gak mau ya enggak!!!" Ujar Alex masih tetap keukeuh.
"Kalau gitu kamu pulang sekarang!" Sambung Surie dengan sikap keras kepalanya seakan mengusir Alex.
Alex menghela nafas. "Kamu tuh ya, kalau gak ngancam ya ngusir aku. Kamu fikir aku bakalan turuti sikap keras kepala kamu? Hm?" Ujar Alex mulai menaikkan nada suaranya.
Alex mulai muak di saat Surie mulai membuat batas antara mereka berdua. Dan ia akan selalu hilang kesabaran di saat Surie selalu berusaha menghindar darinya.
Alex merebut novel yang Surie baca, menaruhnya secara kasar di nakas dekat tempat tidur. Ia kemudian merebahkah tubuh Surie, mengukungnya dengan Alex yang berada di atasnya. Menggenggam kedua tangan Surie agar mantan istrinya iti tidak bisa kabur atau berusaha melawan.
"Alex!" Seru Surie dengan nyala tajam di kedua matanya.
"Kenapa? Novel kamu gak rusak kok." Ucap Alex santai.
"Lepasin gak?!"
"Kalau aku gak mau? Kamu mau ngapain? Teriak? Iya!"
Nafas Surie masih menderu begitu cepatnya dan dadanye berdegup kencang. Namun bisa di lihat kalau wajah cantiknya mulai merona.
"Aku butuh kamu sekarang, Surie." Kata Alex sensual.
"Kamu gak pernah benar-benar butuh aku, Al." Jawab Surie dan terasa nada kesedihan di dalamnya.
Alex mulai mengelus lembut rambut dan wajah Surie. Cantik dan menawan, itulah yang Alex fikirkan saat ini. Ada rasa bangga dalam dirinya di saat ia pernah menjadi suami sah seorang wanita bernama Surie Givanny.
"Tapi aku benar-benar butuh kamu sekarang." Ucap Alex meyakinkan Surie berusaha untuk merendahkan ego wanita yang kini berada di bawahnya.
Alex mulai mengecup bibir plum Surie. Walaupun awalnya menolak di karenakan ego yang Surie miliki, perlahan ciuman itu berubah menjadi jilatan dan hisapan yang semakin intens terlebih di saat Surie mulai membuka bibirnya dan memberikan akses untuk lidah Alex masuk ke dalamnya.
Alex sangat menyukai leher Surie yang putih dan jenjang. Ia selalu meninggalkan tanda kapanpun mereka berada dalam situasi seperti ini.
Dorongan yang Alex berikan pada tubuh Surie semakin dalam dan tentu saja membuat tubuh Surie semakin di manjakan. Sejak mereka menikah dulu, tak pernah ada kegiatan seperti apa yang terjadi saat ini di antara mereka berdua. Semua terjadi di saat mereka resmi bercerai.
"Hm.. Al.. pelan.. pelannn.."
Alex tersenyum miring. Melihat Surie yang seperti ini membuat Alex melihat sisi lain Surie yang sebenarnya.
3 jam berlalu...
Alex memeluk tubuh telanjang Surie yang membelakanginya. Memberikan ciuman lembut seakan sebagai tanda terima kasih pada pundak Surie. Dan kemudian kembali memeluknya erat. Hingga keduanya terlelap ke alam mimpi.
*****
Alex menikmati sarapan yang Surie buatkan untuk mereka berdua. Setelah malam panas mereka semalam, Surie akan menjadi Surie yang seharusnya. Dingin di luar, namun hangat di dalam. Alex tahu sikap Surie yang seperti itu hanya untuk melindungi dirinya.Ponsel Alex berdering, dan terlihat nama Fey di layar ponselnya.
"Halo, Fey."
Surie dan Alex saling menatap. Namun Alex kembali fokus pada pembicaraanya dengan Fey di telfon.
"Ada apa? Kamu perlu sesuatu?"
"Kamu di mana sekarang?"
"Di apartement Surie." Jawab Alex sambil melirik ke arah Surie.
"Temenin aku sarapan!"
"Aku lagi sarapan."
Fey terlihat menghela nafas. "Kamu cuma perlu temenin aku sarapan Alex." Ujar Fey tak perduli.
Alex tersenyum simpul. Tunangannya adalah wanita yang juga memiliki ego yang tinggi. Lebih tinggi dari Surie tentunya.
"Okay, kamu di mana sekarang?" Tanya Alex akhirnya.
"Di hotel. Aku share lokasinya."
" I'm going there now."
Pembicaraan mereka berdua di telfon pun berakhir. Alex meneguk jus nanasnya dan merapikan bibirnya dengan napkin. Ia pun berdiri dari kursi dan mencium lembut rambut Surie.
"Aku pergi ya,,"
"Hm.. hati-hati Al."
Alex tersenyum lembut kemudian keluar dari apartement Surie. Perasaan yang sama selalu Surie rasakan ketika Alex pergi setelah mereka berdua menghabiskan malam bersama. Karena Surie sadar kalau sekarang, Ia tidak bisa menjadi prioritas utama bagi Alex. Sekarang mantan suaminya sudah memiliki tunangan. Dan Alex, memiliki perasaan khusus pada Fey.
*****
Alex tiba di depan kamar suites salah satu hotel
bintang 5. Hotel yang menjadi kesukaaan tunangannya."Kamu harus berhenti perintah aku seenaknya, Fey!" Tegas Alex ketika Fey membuka pintu kamarnya.
"Kamu tunangan aku, Al."
Alex masuk ke dalam kamar suite dan melihat sarapan untuk Fey telah tersaji di meja makan. Tentu saja butler pribadi Fey yang melakukannya.
Fey duduk dan mulai menikmati sarapannya dengan Alex yang duduk di sampingnya. Fey tidak terlalu menyukai sarapan yang berat. Hanya ada smoothie bowl, 2 potong brown toast, dan segelas mix green juice.
"Kenapa harus nginap di hotel? Kamu di usir dari rumah?" Tanya Alex.
"Aku bosan di rumah." Jawab Fey santai.
Alex tersenyum miring. Ia mulai menyadari beberapa sifat Fey mulai berubah semenjak mereka bertunangan. Pertunangan yang terjadi di antara dua sahabat memang tak selalu berakhir dengan baik.
"Aku heran Surie masih mau terima kamu kapanpun kamu kabur dari aku." Ujar Fey seakan menyindir Alex.
"Kenapa? Lagipula itu gak akan jadi masalah kan buat kamu?" Ucap Alex seakan membela diri.
"She's clearly still in love with you. And you just love to playing with her feelings. What a pity."
Alex menatap Fey yang tersenyum sendiri tanpa menatapnya. "Apa sekarang kamu mulai peduli dengan, Surie?? Hm??"
"Surie seharusnya sadar lebih cepat kalau mantan suaminya adalah seorang cassanova." Tegas Fey kemudian meneguk jus nya.
Bersambung...Surie menghabiskan sebagian besar waktunya di Apartement. Ia terlihat sedang menikmati harinya dengan mengecat kukunya sambil duduk santai di ruang tamu.Tak lama terdengar bunyi pintu depan apartementnya terbuka dan Sandra masuk di balik pintu membawa sekotak pizza, sekotak ayam goreng korea, dan juga 1 kantong plastik yang berisi coca cola.Dengan buru-buru karena keberatan, Sandra meletakkan semua barang bawaanya di atas meja. Sandra menyandarkan tubuhnya yang lelah di sofa sambil melirik ke arah Surie."Lo emang sahabat yang suka nyiksa sahabatnya sendiri." Ujar Sandra dengan nafas yang masih belum beraturan.Surie hanya tersenyum cengeesan seakan merasa bersalah telah merepotkan Sandra. "Sorry,""Lo serius mau makan sebanyak ini Rie? Dan gue juga gak pernah liat lo minum soft drink?"Surie mengambil satu kaleng coca cola, membuka dan langsung meneguknya. "Tapi sekarang gue pengen." Kata Surie santai.Sandra mulai menyadari kalau a
Alex bersandar pada kepala tempat tidur sembari memeluk tubuh Surie. Setelah melewati pergulatan panas karena melepas rindu satu sama lain, mereka berdua akhirnya kelelahan. Atau... setidaknya Surie yang terlihat sangat kelelahan.Surie yang terlihat tertidur pulas namun memeluk erat Alex seakan enggan melepaskannya, hanya membuat Alex tersenyum puas. Bagi Alex, tak ada yang berubah dari Surie walaupun mereka telah bercerai.Alex mengelus lembut rambut Surie yang menyentuh pipinya. Sambil bergumam, "Milikku."Keesokan paginya, di saat terik sinar matahari menyinari kamar. Surie yang mulai merasa silau perlahan membuka kedua matanya. Tubuhnya masih lelah namun tidak dengan perasaannya.Ketika melihat Alex masih tertidur lelap sambil memeluk tubuhnya, Surie perlahan mencium lembut bibir mantan suaminya itu.Surie tersenyum lembut. "Aku fikir kamu udah pergi." Ucapnya pelan."Pergi kemana?" Tanya Alex dan membuat Surie kaget."Kamu ud
Keesokan harinya, jam 09:00 pagi.Surie membuka pintu apartemennya. Ia menghela nafas sambil memutar kedua bola matanya."You shouldn't be here!"Surie hendak menutup pintu namun Alex menahannya.Alex datang dengan buket mawar merah di pangkuan tangannya."Sayang please... don't be mad at me."Alex memohon dengan puppy eyes yang terlihat di kedua matanya. Alex tahu kalau Surie sedang marah padanya saat ini. Saat Fey melihat Alex kembali dari kamar mandi ia langsung bilang kalau Surie menelfonnya dan ia juga mengangatkat telfon itu. Bahkan Fey juga memperjelas jika mereka berdua sedang berada di kamar hotel.Surie menyerah dan membiarkan Alex masuk. Seperti seekor anak anjing Alex mengikuti Surie dan berakhir duduk berhadapan di sofa."Ini buat kamu sayang." Ucap Alex sambil tersenyum dan menyerahkan buket mawar merah pada Surie.Dengan ekspresi yang sangat datar bahkan terkesan seperti orang yang menahan mar
Surie hanya mengaduk-ngaduk pasta yang ada di piringnya. Ia seperti merasa tak selera untuk makan malam. Hari ini ia memutuskan untuk menginap di tempat Sandra.Sandra memperhatikan gerak-gerak Surie sedari tadi di meja makan. Dan ia mulai curiga."Surie"Surie menaikkan pandangannya menatap ke arah Sandra. "Hm?""Kenapa, pastanya enak kan? Buatan lo sendiri.""Ah.. iya, enak kok." Kata Surie sambil tersenyum."Terus kok cuma di aduk-aduk aja?. Lo sebenarnya udah makan, atau cuma mau buatin gue aja?"Surie menghela nafas. "San.. jangan nefthink mulu dong sama gue. Ini gue makan sekarang ya."Kemudian Surie mulai menyuapi pasta ke mulutnya. Dan kembali tersenyum sambil mengunyah pastanya sambil menatap ke arah Sandra.Sandra hanya bisa pasrah. Ia menggeleng heran. Setidaknya ia melihat Surie makan, hal itu sudah cukup baginya.Akhir-akhir ini Sandra merasa Surie selalu dilemma. Seakan banyak masalah yang memb
Hari ini adalah hari sabtu. Hari dimana Alex libur bekerja. Kemarin saat ia pulang kerja, Marissa Hilman yang tak lain adalah ibu kandung Alex meminta agar putranya makan siang bersama di rumah.Marissa tahu kalau setiap kali hari libur Alex tak pernah ada di rumah. Ia pergi seharian, bahkan tak kembali lagi karena menginap di tempat lain.Alex menatap berbagai macam makanan yang ada di atas meja. Rasa kagum dan bercampur heran. Makanan hari ini sebagian besar adalah makanan kesukaannya."Ma, ini makanan semua Mama yang masak?""Iya, khusus buat kamu. Kita kan jarang-jarang bisa makan siang bersama.""Mama tahu kan kalau Alex sibuk.""Mama tahu kamu sibuk. Kamu sibuk sama semua pekerjaan di kantor, kamu juga sibuk sama urusan wanita."Alex berdeham dan segera meminum air. Sepertinya makan siang kali ini akan berlangsung serius. Alex yakin kalau Mamanya akan menanyakan banyak hal padanya, terutama tentang hal pribadinya.
Disini sekarang, di sebuah vintage cafe. Marissa dan Surie bertemu, bertatap muka, dan berbicara secara khusus 4 mata.Sempat ada keheningan dimana keduanya hanya saling menatap satu sama lain. Sibuk dengan fikiran tentang satu sama lain. Dan berbagai macam dugaan serta pertanyaan yang muncul tanpa henti.Tapi semuanya tidak akan berakhir jika salah satunya tidak ada yang memulai. Dan mereka berdua sama-sama tidak ingin terjebak dalam situasi seperti ini lebih lama lagi.Surie tersenyum lembut. "Mama.. Apa kabar?" Sapa Surie dengan sopan."Saya bukan Mama mertua kamu lagi, Surie. Saya harap kamu bisa mengerti dan tahu harus memanggil Saya dengan sebutan yang seharusnya."Hati Surie terasa mencelos. Ia tidak memiliki hak itu lagi. Hak di mana pernah ia miliki ketika masih menjadi menantu keluarga Hilman."Maksud Saya.. Tante."Marissa menyandarkan tubuhnya dengan santai sambil menyilangkan kakinya. "Saya baik-baik saja.""
Alex masih memeluk tubuh Surie bahkan ketika mereka sudah duduk di sofa. Surie tak terlihat akan berhenti menangis.Alex hanya bisa menenangkan Surie sambil mengelus-elus lengan mantan istrinya, sambil sesekali mencium pucuk kepala Surie."Calm down Sayang.""Al aku takut.""Gak ada yang perlu kamu takutin. Aku disini, hm."Surie menatap Alex. "Aku dan Mama kamu udah ketemu. Kita bicara dan dia jelas-jelas gak mau aku dekat sama kamu lagi.""It's nonsense." Ujar Alex."Mama kamu gak mungkin bicara omong kosong, Al. Aku kenal beliau. Gimana pun juga aku pernah jadi menantu keluarga Hilman."Alex kembali memeluk Surie. "Aku tahu Sayang."Surie menyeka air matanya. "Apa mungkin… ini saatnya…""Saatnya apa?" Tanya Alex.Surie melepaskan pelukan Alex dan membuat mereka berdua duduk saling berhadapan."Ini saatnya untuk aku menyerah. Kita selesaikan semuanya sekarang disini.
Keesokan harinya…Sandra memencet bel, mengetuk pintu apartemen Surie berkali-kali. Masih tak ada respon dan ia mulai cemas."Surie…" Panggil Sandra."Surie ini gue, Sandra." Teriaknya lagi.Sandra menoleh ke kiri dan ke kanan berharap tidak ada yang muncul karena komplain akan teriakan heboh Sandra layaknya seorang penagih hutang.Sandra melihat kembali untuk kesekian kali jam di tangan kirinya. Sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Namun tak ada jawaban dari dalam.Sandra tak menyerah ia kembali memencent bel, mengetuk pintu, sambil memanggil nama Surie.15 menit kemudian, akhirnya pintu apartemen Surie terbuka. Surie muncul di balik pintu dan Sandra bernafas lega. Setidaknya Surie masih hidup, fikirnya. Sandra pun masuk ke dalam dan menutup pintu kembali.Sandra mengikuti Surie yang berjalan sempoyongan menuju ruang tamu. Surie duduk di sofa sambil menekuk kedua kakinya. Dagu Surie menumpu di lututnya. S