Share

Fiancé

Alex menjentikkan jarinya sambil menyetir. Lagu yang ia putar kali ini, adalah favoritnya. Sampai akhirnya ada panggilan masuk ke ponselnya. Ia melirik ke layar ponselnya dan terlihat sebuah nama yang merupakan tunangannya. Alex pun segera menjawab panggilan telfon dan memasang earpodnya.

"Halo, Fey."

"Dimana?"

"Di jalan, mau ke kantor. Ada apa? Kamu perlu sesuatu?"

"Aku mau ngajakin kamu lunch bareng hari ini."

"Oke, dimana? Biar aku jemput kamu."

"Kita ketemu langsung aja, nanti aku kabari lagi."

Alex terdiam sebentar, "Okay," Jawabnya akhirnya.

Panggilan telfon pun berakhir. Alex menyetir tapi tanpa lagu yang ia hidupkan lagi. Seketika moodnya mulai berubah tidak seceria tadi.

Tak lama akhirnya Alex tiba di kantor. Semua menyapanya seperti biasa. Alex adalah CEO yang selain sukses tapi juga sangat di hormati. Sebelum berlalu ke ruanganya, ia berhenti di depan meja sekretarisnya yang tak jauh dari pintu masuk ruang kerjanya.

"Alise, saya gak mau di ganggu." Ujar Alex dingin.

"Siapapun pak?"

"Ya! Setidaknya jika ada hal yang sangat penting, kamu text saya dulu." Jelas Alex.

"Baik Pak." Jawab Alise mengerti.

"Thank you." Setelah itu Alex pun masuk ke dalam ruang kerjanya. 

Ia duduk di kursi kerjanya. Menyandarkan tubuhnya. Seketika ia merasa lelah. Moodnya mulai berantakan. Hal itu sering terjadi, setidaknya setelah ia bicara dengan tunangannya sendiri, Fey.

*****

"What?!"

Sandra yang juga sahabat dekat Surie hanya bisa kaget dan mengerutkan keningnya. Mereka berdua bicara di coffee shop yang juga milik dari Sandra sendiri, The Prunes.

"Rie, akal sehat lo di mana sih?"

Surie hanya menggigit bibirnya. Ia tahu kalau reaksi

Sandra akan selalu seperti ini kapanpun Surie bercerita tentang Alex. Terutama saat di mana Surie habis menghabiskan malam bersama Alex.

"Dia mantan suami lo?!"

"Iya, gue tahu."

"Kalian udah cerai 2 tahun yang lalu."

"I know,"

"Dan lo gak lupa kan kalau dia udah tunangan. Which is bentar lagi Alex bakal punya istri baru."

"Iya San, itu semua benar."

"Ya terus kenapa masih lo terima kapanpun dia datangin lo?!"

Sandra mulai tak habis fikir. Ia selalu bingung dan heran dengan sikap Surie yang selalu menerima Alex lagi dan lagi seperti kemarin malam. Surie akan menerima Alex dan akan menyesal keesokan harinya. Selalu seperti itu. Dan Sandra, tak bisa berbuat apa-apa lagi.

"San, gue bodoh. Gue tahu. Tapi gue selalu merasa kalau Alex perlu gue saat dia datang nyari gue." Surie mulai menjelaskan perlahan.

"Dan gak seharusnya ada penyesalan setelah itu, Rie."

Surie memejamkan sebentar kedua matanya dan menghela nafas. "Harusnya," Ucapnya lirih.

"Lo masih cinta sama Alex?" Tebak Sandra dan menatap Surie lekat.

Surie terkejut, "Gak mungkin." Jawabnya singkat.

Sandra menyandarkan tubuhnya di sofa sambil melipat kedua tangannya di dada. "Harusnya begitu." 

*****

Seorang wanita muda berdiri di depan meja Alise. Kehadiran seseorang di hadapannya, menyadarkan Alise yang sangat sibuk sedari tadi dengan komputernya.

"Selamat siang, Nona Fey." Sapa Alise ramah sambil tersenyum.

Fey membuka kacamata hitamnya. "Alex di ruangannya?" Tanya Fey singkat namun dengan nada yang dingin.

"Iya, Pak Alex di dalam."

"Okay, thank you."

Fey kembali memasang kacamatanya dan meninggalkan meja Alise. Walaupun Alex tidak ingin di ganggu siapapun, tapi Alise yakin kalau Fet adalah pengecualian.

Fey mengetuk sekali pintu ruangan Alex lalu masuk begitu saja ke dalam ruangannya.

"Fey?!" 

Alex kaget? Tentu saja. Ia langsung bangun dari kursi kerjanya dan mendekat ke arah Fey yang juga mendekat ke arahnya.

"Kamu kenapa ke kantor? Bukannya kita akan lunch di luar?" 

"I change my mind. Aku udah pesan food delivery, bentar lagi pasti nyampe. Kita lunch di sini aja." Jelas Fey dan tentu saja Alex menyetujuinya.

Dua buah lunch box dan buah potong tersaji di meja. Mereka lunch bersama dan duduk di sofa yang ada di ruang kerja Alex. 

"Kamu mau bicara sesuatu?" 

"Kenapa?"

"Just guessing."

Fey tersenyum simpul. "You're right. You always right, Alex."

Alex terdiam. 

"Darimana kamu semalam. Kamu gak pulang kan?" Tanya Fey.

"Kenapa? Kamu nunggu aku?"

"Jawab pertanyaan aku dengan jawaban, Alex. Bukan dengan pertanyaan yang lain."

"I met Surie yesterday."

Salah satu alis Fey terangkat naik, "Mantan istri kamu itu?"

"You knew that."

Fey menghela nafas."Wow, Amazing. Tunangan aku sendiri masih sangat berhubungan baik dengan mantan istrinya." Ujar Fey sambil menepukkan tangannya.

"Fey,"

"Kenapa? Kamu takut aku cemburu?"

Alex terdiam dan hanya menatap Surie sambil mengerutkan keningnya.

"Alex, seperti halnya dengan pernikahan kamu dulu dengan Surie. Pertunangan ini juga di atur. Kita di jodohkan, karena kamu dan aku adalah sahabat baik. Tapi kamu tahu kan, gak semua hubungan persahabatan bisa berlanjut ke level yang lebih dari itu."

"I know. Kamu mau batalin sekarang? Hm?"

"Jangan bodoh, kamu tahu kalau kita gak punya pilihan untuk itu."

"If that's the only one that can set you free? Why not?" Jawab Alex santai.

Fey mulai menatap Alex lekat. Ada kekesalan yang tersirat di wajahnya. "Apa jawaban yang kamu harapkan dariku, Al?" Tanya Fey dingin dan datar.

"Tergantung,"

"Siapa yang sebenarnya ingin bebas di sini. Kamu atau aku. Karena dari yang aku lihat dari awal, semuanya hanya berdasarkan sebuah keharusan dari tidak adanya pilihan."

Alex memajukan tubuhnya. Ia menatap Fey dan tersenyum miring. "Fey, kamu mungkin bisa bohongi orang lain bahkan diri kamu sendiri. Tapi bukan padaku."

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status