Share

Bintang Fajar

Sore setelah perayaan kerja

Aku mengangkat panggilan ditelponku yang terus berdering sedari tadi, aku coba menerka-nerka siapa itu karena memang itu adalah nomer baru apalagi ini adalah hari minggu, seluruh rekan ku tau hari minggu adalah hari keluarga untukku.

“Hallo, Pak Ardy ya?” ah aku tau suara ini milik Becca, ternyata dia benar-benar menghubungiku. Cepat juga fikirku, sepertinya dia adalah orang yang tidak suka memiliki hutang janji. Dia langsung mengajakku makan malam ini, aku juga tak suka diganggu jadi ku iyakan saja agar segera berakhir hutangnya padaku.

…………..

Malamnya aku bergegas menuju kafe tempat aku janjian dengan Becca, karena dia tak meminta untuk di jemput dan akupun enggan untuk menawarkan memberi tumpangan. Becca ternyata sudah menunggu disana, dengan rokok yang seperti tak ada habisnya dihisap itu.

“Maaf sudah membuat Ibu menunggu” ucapku formalitas saja dan Becca menjawab dengan senyuman.

“Saya dengar pak Ardy sudah cukup lama kerja di perusahaan, betah pak disitu?” Becca membuka obrolan yang cukup klasik.

“belum terlalu lama itungannya bu, ya sejauh ini saya betah” timbalku

“kalau saya sendiri sebenarnya suka dengan pekerjaannya, tapi saya agak kurang suka dengan orang-orang didalamnya.”

Mendengar responnya ingin sekali saya katakana bahwa saya tidak bertanya dan tidak peduli, tapi demi menghilangkan kekakuan saya pun harus mengikuti arus

“kenapa memang bu?” tanyaku simple

“Apa bapak tidak tahu persaingan didalamnya tidak sehat, saling menjatuhkan satu sama lain bahkan teman terdekat pun tidak dapat di percaya”

Aku tahu, memang begitulah kondisi di kantor. Aku fikir Becca pun menjadi salah satu korban disana seperti hal nya tempo lalu saat aku mendengar gosip tidak buruk tentang dia.

“Tapi anehnya saya tidak pernah dengar gosip buruk tentang bapak loh, sepertinya Pak Ardi cukup rapih dalam bergaul”

Aku hanya tersenyum mendengar pernyataan Becca, karena memang selama aku bekerja disana aku tidak pernah bermasalah dengan siapapun. Sebaik mungkin bergaul agar tidak terlibat dengan dunia social kantor.

Setelah basa-basi yang cukup panjang dan membosankan itu akhirnya pun Becca membuka obrolan terkait kejadian tadi malam. Dia mengatakan bahwa tadi malam ia mungkin terlalu mabuk sehingga tidak bisa mengontrol dirinya, dia juga bercerita tadi malam dia sedang ada masalah dengan kekasihnya. Disitu aku hanya bisa jadi seorang pendengar dan menjawab apabila dia bertanya. Tidak terlalu dalam juga Becca bercerita tentang masalahnya, mungkin kami pun tidak terlalu akrab.

Setelahnya beberapa kali Becca menghubungiku untuk sekedar camping, nonton dan memancing karena memang itu sama-sama hobby kami. Di kantor, Becca bersikap biasa seperti halnya sebelum kami saling mengenal lebih jauh. Aku sendiri tidak keberatan berteman dengannya, karena selain cara pandang yang cukup dewasa aku juga sangat mengagumi kepribadiannya yang mandiri. Tidak seperti perempuan kebanyakan, penampilan Becca juga sederhana, ia tidak  menggunakan make up dan pakaiannya dibanding menggunakan pakaian minim aku lebih sering melihatnya menggunakan jeans dan kaos oblong.

…………………………………….

Tak terasa sudah 1 tahun aku dekat dengan Becca, dalam 1 tahun itu juga aku mulai mengetahui lebih dalam tentang dia mulai dari dia yang ternyata merantau dari kota lain dan tinggal sendiri, dia yang seorang alcoholic, pecinta marijuana, anak clubbing, kisahnya cintanya bersama kekasihnya yang katanya sudah berhubungan selama 6 tahun. Awalnya setelah mendengar itu aku mulai menarik langkah mundur karena tidak ingin terlibat dan dianggap sebagai orang ketiga dalam hubungan mereka. Menurut Becca, orang tua kedua pihak sudah memutuskan untuk menikahkan mereka karena dirasa mereka sudah cukup umur, namun pacarnya terus menunda-nunda pernikahan tersebut bahkan yang terakhir aku dengar saat Becca telponan dengan pacarnya, intinya pacarnya mengatakan bahwa ia sudah tak mencintai Becca lagi dan kalau pun menikah lelaki itu tak akan pernah sudi untuk membahagiakan Becca. Saat itu aku dengar Becca menangis terisak namun ia mengusap air matanya dan kembali menemuiku dengan tawa lebarnya seolah tidak terjadi apa-apa. Aku sempat ingin bertanya pada Becca kenapa ia terus mempertahankan pacarnya itu, namun mulutku selalu terkunci tiap aku melihat senyum Becca. aku tak ingin pertanyaanku malah membuat Becca bersedih.

Satu tahun kedekatanku dengan Becca membawa perubahan yang menurutku cukup besar, kalau sebelumnya aku akan berpuas hati dengan apa yang telah aku capai di kerjaan, berkat pengaruh Becca yang ambisius akhirnya akupun pindah divisi dan naik jabatan, begitu pun Becca dia kian bersinar di perusahaan kami. Lain halnya dengan Becca, sepertinya ia tidak terpengaruh sedikitpun dengan gaya hidupku, dia tetaplah dia seorang perokok dan pemabuk kelas atas. Tidak jarang ia membawa alkohol saat pergi camping bersamaku, tapi soal rokok tidak pernah ketinggalan. Aku memang tidak pernah mempermasalahkan itu, dan Becca pun tidak pernah sekalipun memaksaku untuk mencoba merokok ataupun meminum alkohol.

....................

Hari ini aku mengajak Becca camping di pantai, namun kali ini aku berinisiatif untuk menjemput di apartemennya dan Becca pun menyetujui hal itu. Sebenarnya aku cukup penasaran dengan tempat tinggalnya, karena meski sudah satu tahun aku dekat dengannya tidak sekalipun aku pernah mengunjungi atau pun hanya sekedar mengetahui dimana dia tinggal. Ya memang selama ini aku sering menjemputnya tapi bukan di rumahnya melainkan di tempat lain seperti caffee atau dihalte. Tentu saja aku sedikit curiga Becca menyembunyikan sesuatu dan kali ini aku akan memastikannya langsung apa yang dia sembunyikan. Setelah Becca memberikan alamat apartemennya, aku pun bergegas melaju mobilku, tidak lupa aku membawakan Becca susu strawbery yang menurut Becca itu adalah salah satu minuman kesukaannya selain alkohol dan es teh manis.

Sesampainya di apartemen, Becca ternyata sudah menunggu di depan gedung dan dia sama sekali tidak mengajakku masuk. Aku semakin penasaran sebenarnya apa yang dia sembunyikan, tapi aku tidak ingin merusak suasana jadi aku biarkan saja rasa penasaran itu berkutat di fikiranku. Seperti biasa menghabiskan waktu berdua saja dengan Becca sangat menyenangkan, penuh dengan tawa dan candaan. Sesekali kami membahas sesuatu yang absurd seperti tentang alien atau konspirasi kaum elit, Becca cukup punya pemikiran gila terkait hal itu. Namun topik yang paling suka dibahas oleh Becca adalah terkait kemanusiaan, Becca berulang kali menyebutkan ia sangat ingin mendirikan sebuah yayasan tempat dimana siapapun bisa memiliki tempat untuk pulang. Bukan tentang bangunan tempat berteduh dari hujan atau panas tapi juga tempat siapa pun bisa saling berbagi kisah seperti hal nya anak-anak broken home, depresi atau lainnya. Mungkin itu juga alasan Becca sangat ramah di kantor dan sering dijadikan tempat curhat teman-temannya.

Saat di perjalanan pulang aku sempat bertanya perihal kelanjutan hubungan Becca dengan kekasihnya, tapi sepertinya Becca enggan menjawab pertanyaan itu dan malah mengalihkan pembicaraan. Tiba di depan gedung apartemen, aku tersentak mendengar suara seseorang menggedor jendela mobilku, akupun menurunkan sedikit kaca mobilku untuk memastikan ada apa.

“Pak Direktur, bapak juga tinggal di apartemen ini?” sedikit bingung karena direktur perusahaanku tiba-tiba menegurku

“Becca, sini kamu !!!” bentaknya cukup kasar

Aku lihat Becca hanya terdiam. Aku yang masih bingung mencoba memahami keadaan. Apakah Direktur adalah kakaknya Becca tanyaku dalam hati.

“Pak Ardy, saya minta pak Ardy juga ikut saya kedalam” Kami bertiga pun masuk kedalam apartemen

.....................

“Becca tunggu dikamar, aku ingin bicara dengan Pak Ardy berdua saja” aku lihat Direkktur manahan marah dengan muka merah. Sedang Becca tertunduk mencoba menahan tangis.

Setelah Becca memasuki kamar, direktur berbicara di ruang tamu.

“kita kesampingkan dulu hubungan pekerjaan. Sudah berapa lama kalian dekat? Saya tahu Becca memang sedang dekat dengan seseorang, tapi saya tidak menyangka itu adalah kamu.”

“kurang lebih satu tahun Pak, mohon maaf sebelumnya apakah bapak adalah saudaranya Becca?” jawabku pelan

“Bukan, Becca adalah tunangan saya”

Aku tercengang dan semakin bingung karena setahuku Direktur punya kekasih di perusahaan lain yang sering dia pamerkan di media sosialnya.

“Saya memang tahu Becca punya kekasih, tapi saya tidak tahu kalau itu adalah bapak” jawabku karena merasa tidak enak pada Pak Direktur, bagaimanapun Direktur adalah orang yang baik dan aku pernah beberapa kali mendaki gunung bersama karena hobby kami sama. Dia juga yang merekrutku kerja di perusahaan ini.

“Begini, saya dan Becca berencana menikah 3 bulan lagi. Jadi apapun yang sedang kamu jalani bersama Becca saat ini, saya minta untuk kamu pertimbangkan kembali”

“Mohon maaf Pak, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada pak Direktur perusahaan. Setahu saya hubungan bapak dengan Becca pun tidak baik, saya juga pernah mendengar bahwa bapak tidak mencintai Becca ataupun berencana membahagiakan Becca” jawabku penuh keraguan

“Kamu tidak mengerti ini bukan hanya tentang itu...”

“Saya mungkin tidak mengerti hal itu, tapi saya sangat mengerti bahwa Becca menderita dan tidak bahagia. Oleh karena itu izinkan saya untuk membahagiakan Becca meski hanya sampai bapak dan Becca melangsungkan pernikahan” entah apa yang ada difikiranku, aku hanya merasa perlu mengatakan itu kepadanya

“kalau memang kamu dan Becca sudah membicarakan segala konsekuensinya, saya tidak akan melarang kalian, tapi kamu.........”

Belum pun Direktur meyelesaikan ucapannya, Becca datang dengan tangis yang meluap-luap lalu menampar Direktur dan menarik tanganku untuk pergi dari situ. Aku lihat Pak Direktur tidak melarang Becca pergi dan hanya diam. Aku pun menuruti Becca tanpa berpamitan pada Direktur.

................

Dijalan Becca tidak mengatakan apapun dan hanya menangis, aku yang sangat payah dalam mencairkan suasana juga tidak sedikitpun berkata. Becca menyalakan Rokoknya dan meminum alkohol yang ia bawa dalam kopernya. aku hanya melaju mobilku tanpa tau harus kemana karena tidak mungkin aku membawanya kerumah ku, Ibuku pasti akan sangat kaget kalau aku melakukan itu.

“Tolong antarkan aku ke tempat temanku.” Kata Becca yang masih penuh isak tangis itu.

Aku hanya mengangguk, mengikuti instruksinya.

Sesampainya kami di tempat temannya, aku membawakan koper Becca dan langsung berpamitan karena sepertinya Becca butuh waktu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status