Share

Sisi gelap bulan - Bagian 1

Selama 3 hari Becca tidak memberi kabar apapun padaku, sejujurnya aku mulai khawatir apalagi Becca tidak terlihat lagi di kantor. Di kantor aku sempat beberapa kali berpapasan dengan Pak Direktur, namun dia sangat hebat dalam berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Pantas saja tidak ada gosip yang beredar antara dia dengan Becca, karena keduanya memang sangat pandai sekali menutupi. Selama aku dekat dengan Becca, dia memang tidak pernah memposting kedekatan kami di sosial medianya, tapi aku tidak pernah mempertanyakan itu karena Becca pun tidak memposting tentang kekasihnya alias Pak Direktur.

Aku yang semakin kawatir dengan Becca memutuskan untuk menghubungi Becca, sayang sekali nomornya tidak bisa di hubungi. Seharian aku mencoba menelpon dan mengirimkan pesan, namun tetap saja tidak ada respon, aku mulai berfikir yang tidak-tidak dan akhirnya pada malamnya aku pun mencoba menemuinya di rumah temannya, karena itulah tempat terakhir aku bertemu dia.

“Hallo, saya Ardy yang waktu itu mengantar Becca. Apakah Becca ada disini?” tanyaku pada teman Becca yang belum sempat aku ketahui namanya itu

“Oh iya aku ingat, santai aja gak perlu formal begitu. Aku Chika salam kenal ya”

“iya salam kenal. Jadi, Becca ada disini?”

“Becca itu gak lama sehabis kamu pergi, dia juga pergi. Dan sampe sekarang belum balik”

“Loh aku fikir dia akan menginap disini”

“Masuk dulu Dy, kita ngobrol di dalem aja”

Akhirnya akupun mengikuti arahan Chika dan mengobrol didalam rumahnya. Ya aku fikir mungkin setidaknya aku mungkin bisa dapat informasi terkait keberadaan Becca.

“Mau Wine Dy?”

Aku kaget karena Chika yang tiba-tiba menawariku alkohol, ternyata Chika juga seorang peminum dan perokok sama seperti Beccaa. Jelas saja aku menolak tawaran Chika.

“Aku gak minum alkohol Chik. Air mineral aja kalau boleh”

“Wah tumben gebetan Becca bersih alkohol. Hahhaha”

Setelah basa basi yang cukup lama dan membosankan itu, aku pun mulai membuka obrolan terkait Becca.

“Chika kamu kan sudah cukup lama berteman dengan Becca, kamu pasti tahu kan kemana Becca pergi”

Tanya ku langsung kepada inti tujuanku datang kesini

“Ah ini masih jam 8 mala, aku gatau Becca dimana kalau sekarang. Tapi kalau nanti jam 11 malam aku tahu dia dimana”

“Maksudnya?” tanya ku bingung dengan pernyataan Chika

“aduh bagaimana ya cara menjelaskannya. Gini aja deh Dy, nanti pukul 11 kamu ikut aku ya kalau mau ketemu Becca”

Aku pun mengiyakan ajakan Chika karena aku sangat mengkhawatirkan Becca dan ingin segera menemuinya. Tapi apa yang harus aku lakukan dalam waktu 3 jam ini. Apa aku coba gali tentang Becca lebih dalam lagi ya melalui Chika.

...........................

3 jam sudah berlalu dan informasi yang informasi aku dapatkan benar-benar hanya bagian permukaan Becca saja, seperti makanan yang Becca suka padahal yang ingin aku ketahui adalah identitas Becca, karena aku benar-benar buta tentang itu. setelah selesai berdandan, Chika langsung mengajakku pergi ke suatu diskotik. Dalam fikiranku apakah Becca kerja disini sekarang, atau mungkin dia hanya main disini dan melepas beban fikirannya?

“kamu tunggu disini aja ya Dy, sambil cari Becca. Aku sudah ada janji dengan seseorang”

Lalu Chika pun pergi setelah memberiku segelas bir. 2 jam lebih Aku memperhatikan sekeliling berharap menemukan sosok yang aku cari dan akhirnya Chika datang bersama Becca yang sudah sangat mabuk. Tanpa basa basi aku langsung memapah Becca tempat sofa.

“Dy, kamu bisa bawa Becca ke rumah ku? Ini kuncinya. Aku tidak pulang malam ini. “

“oke, aku duluan ya”

Akupun memapah Becca masuk ke mobilku, merebahkannya di kursi belakang. Sebelum sampai di rumah Chika aku mampir di apotik untuk membeli obat hang over agar nanti bisa aku berikan pada Becca. Aku lihat Becca di kursi belakang masih tertidur , dia tetap terlihat sangat bersinar dimataku. Kadang aku berfikir Becca menyembunyikan banyak hal di balik senyum dan tawa cerianya, tapi sayang aku tak pernah punya keberanian untuk bertanya terlebih dahulu. Aku selalu takut apa yang aku tayakan akan membuat Becca membuka luka yang ia tutupi sehingga kadang aku memilih menyimpan segala pertanyaan di benakkku.

...............................

“Alva...........”

Saat aku membaringkan Becca diatas kasur Chika, aku dengar Becca menyebut nama yang tidak asing. Ya itu adalah nama Direktur, tunangan Becca.

“Alva, Alva.........”

Becca kembali meracau namanya, aku merasakan sesak didalam dadaku mendengar Becca masih terus menerus menyebut nama Direktur. Aku pun mencoba membangunkan Becca, memberikan air putih dan sedikit obat  penghilang mabuk. Becca pun muntah, mengotori pakaian kami berdua. Aku mencoba membangunkan dan memapahnya ke toilet.

“Alva mana? Antarkan aku ke tempat Alva.”

“Aku mohon biarkan aku bertemu dengannnya”

Becca berontak, sambil menangis terisak dan terus mengatakan ingin bertemu dengan Alva. Dia mencoba mencari ponselnya lalu berjalan sempoyongan ke arah pintu keluar. Aku mencegahnya, menggemgam erat tangan Becca. Ia mulai berteriak dengan kencang dan memukuli tanganku

“Lepasin Gue !!! Lu gak usah ikut campur anjing”

“Lu gak paham apa-apa”

“Gue mohon, lepasin gue.

Tak sedikitpun aku melepas genggaman tanganku, Becca duduk terkulai. Kembali menangis terisak, sebenarnya aku sangat tidak tega melihat itu, disisi lain aku merasa sangat bersalah karena aku pun terlibat dalam pertengkaran mereka.

 Aku memeluknya dengan erat berharap ia bisa lebih tenang. Becca terus saja memukuli ku,. Ini adalah kali pertama aku berhadapan dengan hal seperti ini dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Setelah Becca mulai tenang di pelukannku, aku kembali memapahnya ke kasur, melepaskan pakaiannya dan menyelimuti dia. Aku pun bergegas ke kamar mandi, membersihkan pakaian kami berdua. Setelah itu aku hanya duduk di sofa memandangi Becca yang terlelap tidur diatas kasur sampai akhirnya aku pun tertidur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status