Share

Api Unggun

Waktu sudah menunjukan pukul 12 siang tapi Becca masih belum terbangun juga, sarapan yang aku belikan pun belum ia sentuh. Aku khawatir khawatir Becca sakit tapi saat aku lihat sepertinya dia memang tertidur sangat lelap, aku sendiri sudah tidak kuat lagi untuk menjaga mataku agar tetap terjaga jadi aku pun mencoba mandi agar kembali bugar.

Saat keluar dari kamar mandi aku lihat Becca sudah terduduk didekat jendela sembari meroko.

“Becca, kamu sudang bangun ternyata. Bagaimana tidurmu? Nyenyak?” tanyaku halus pada Becca

Becca hanya menoleh dan tersenyum, lalu kembali menghisap rokoknya.

“kamu pasti lapar, aku tadi menyiapkan sarapan tapi sepertinya sekarang sudah jadi dingin. Aku pesankan makanan baru ya?”

Becca hanya mengangguk sambil menuju kamar mandi.

Saat makanan datang, aku pun menatanya di meja makan, dengan maksud agar ketika Becca selesai mandi dia bisa langsung makan.

.............................

Saat makan siang aku tidak berani memulai percakapan apapun, aku hanya memperhatikan Becca yang sedari tadi menepuk-nepuk pinggulnya.

“Pinggulku sakit” Ucap Becca memecah keheningan

“Mau aku antar periksa?”

“hahahah,,, apasih Dy, orang Cuma pegel kok” Akhirnya Becca pun kembali tertawa, senang rasanya kembali melihat Becca yang ceria begitu.

“Atau mau aku pijat?” aku membalasnya dengan sedikit becanda

“Boleh Dy, dengan senang hati. Nanti setelah makan ya. Hahahah”

Sejujurnya itu bukan jawaban yang aku fikirkan, tapi mendengar dia mengatakan itu entah kenapa aku merasa lega. Mungkin karena Becca akhirnya kembali seperti Becca yang aku kenal atau mungkin juga karena Becca mau menerima tawaranku.

Selanjutnya aku dan Becca hanya mengobrol ringan seperti membahas spoiler One Piece atau membahas tentang serial Game of Throne sampai makan siang kami selesai dan aku lanjut memijat pinggulnya. Aku tidak keberatan jika Becca tidak ingin membahas masalah tadi malam atau masalah kemarin-kemarinnya lagi, yang pasti aku tidak akan mengungkitnya terlebih dahulu.

“Dy ke pantai yu” Ajak Becca spontan saja

“Ha? Ke pantai? Kapan?” tanya ku kaget

“Sekarang sambil liat sunset” Becca menjawab dengan mata yang penuh harap

Pantai terdekat dari sini seingat ku adalah pantai tempat tadi malam aku menjemput Becca, dan itu membutuhkan waktu sekitar 3 jam menggunakan mobil, sedangkan sekarang sudah lebih dari pukul 4 sore.

“Tenang aja Dy, waktunya cukup kok” Becca langsung mengertiaku mengkhawatirkan masalah waktu setelah aku melirik jam tangan ku.

“Yu, kita beli cemilan dulu buat disana.”

Lalu Becca pun bergegas mengemas barang-barangnya tapi tidak semua, dia meninggalkan beberapa barang berarti kemungkinan setelah dari pantai kita akan menginap lagi disini. Aku pun mengemas barang seadanya dan langsung menuju mobil.

“Dy, kita g perlu pake mobil loh”

Aku menurut saja kata-kata Becca, dan kembali mengunci pintu mobilku.

..................

Ternyata pantainya ada di balik bukit dan hanya butuh waktu satu jam saja untuk sampai sana dengan jalan kaki, tapi aksesnya memang hanya bisa dilalui dengan motor. Mungkin karena gelap dan lelah tadi malam aku bahkan tidak menyadari bahwa jalan menuju hotel dari pantai tempat Becca tadi malam adalah memutari bukit. Sesampainya di pantai Becca langsung menghisap rokoknya, mungkin karena selama perjalanan yang cukup terjal itu dia kesulitan untuk merokok.

“Dy, sini duduk liat sunset samping aku.”

Becca tersenyum lebar, mengajaku untuk duduk disampingnya menatap matahari terbenam. Ya aku memang sedari tadi sibuk mencari kayu untuk membuat api unggun. Akhirnya aku pun tinggalkan kesibukanku dan duduk disampingnya.

“Hmmmmm” Becca menghela nafas panjang, seolah-olah ia ingin membuang semua bebannya melalui hembusan nafasnya.

“Dy, aku pengen deh suatu saat nanti bisa keliling dunia naek combi. Punya 2 anjing, terus mampir dipantai-pantai yang masih asri kaya gini.”

Becca berbicara pelan sambil menyenderkan kepalanya dibahuku

“Kenapa harus nanti?” tanyaku mengikuti arus pembicaraanya

“Kan modalnya juga ga dikit Dy, perlu beli mobilnya terus belum lagi nyiapin kebutuhan perjalanannya. Kan nanti perjalannya panjang Dy, gak bolak balik. Nanti baliknya kalo udah beres semua”

Percakapan itu pun terus berlangsung dengan Becca yang menceritakan mimpi dan rencana perjalanannya. Aku hanya terdiam dan terkagum-kagum mendengarkan dia tanpa banyak merespon. Hingga akhirnya matahari pun terbenam, Becca bilang masih ingin disini karena langit yang begitu cerah malam itu. Aku meminta izin untuk menyiapkan api unggun dari kayu seadanya yang aku kumpulkan tadi sore.

Setelah api unggun menyala, aku lihat Becca sudah terlelap diatas pasir tanpa alas apapun. Aku pun teringat kalau aku juga belum tidur dari kemarin, pantas saja aku merasa berat dikepala belakangku. Akhirnya aku pun memutuskan untuk tidur sebentar.

...............................................

“hmmm. Sudah jam berapa ini?” gumamku terbangun dari tidur nyenyakku. Becca terduduk disampingku sembari menjaga api agar terus menyala

“Baru jam 10 kok” jawab Becca

“Maaf aku ketiduran” ucapku sambil membersihkan pasir yang menempel di badanku

“dasar tukang tidur” ledek Becca

Aku hanya menjawabnya dengan senyuman, aku rasa Becca tidak perlu tahu kalau aku belum tidur dari kemarin. Biar saja hanya aku yang tahu.

“Kamu gak laper?” tanyaku pada Becca

“Belum Dy, aku yang penting ada rokok aja sih. Lagian dari tadi cemilannya aku makanin terus”

“Gapapa, habisin aja. Aku masih kenyang kok” ucapku

Becca hanya melihatku dengan matanya yang di sempitkan.

“Dy, aku mau tanya”

“ya?”

“Apa yang kamu harepin dari aku?”

Pertanyaan Becca yang mendadak itu cukup untuk membuatku gugup untuk menjawab

“Aku ingin kamu bahagia”

Entahlah kenapa dari ribuan hal yang ingin aku ungkapkan, hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku.

Becca menghela nafas dan duduk mendekat padaku.

“Kata siapa aku gak bahagia? Aku bahagia kok.”

“Aku ingin lebih lagi membuatmu bahagia” jawabku

“Kenapa kamu pengen bikin aku bahagia?” Becca menatapku tajam

“Karena.........”

Aku kehabisan kata, aku gugup karena Becca terus menatapku. Jantungku berdegup kencang seraya wajah Becca yang semakin mendekat ke wajahku. Kita saling bertatapan dan aku mulai merasakan hembusan nafasku semakin berat. Aku terbawa suasana, tanganku mulai bergerak menyentuh pipinya pelan. Aku tetap memandang matanya meskipun fikiran ku tetap menuntun bibir ini menuju bibirnya. Hingga akhirnya aku merasakan sensasi lembut namun penuh dengan gairah. Dibandingkan aku yang bahkan tidak dapat menahan deru nafas, Becca terlihat lebih santai dalam menikmatinya.

Selang beberapa waktu, Becca pun menarik kepalanya menjauhiku. Dia menghembuskan nafas sembari kembali menatap langit.

“First?” Becca tersenyum kecil sambil menatapku

“Nope, Cuma udah agak lama aja”

“Masa?” tanya Becca lagi, ia sedikit mengerutkan dahinya seolah tidak mempercayai ucapanku

“Iyalah, masa umur segini belum pernah ciuman” Becca pun hanya tersenyum dan kembali menatap langit. Tentu itu suatu kebohongan, karena jujur terakhir aku pacaran adalah saat SMA dan aku bahkan tidak berani menggenggam tangan mantanku itu.

Luciver

bocoran bab selanjutnya "Becca si pemalas"

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status