Share

Sisi Gelap Bulan - Bagian 2

Pagi itu aku dibangunkan dering alarm ponselku, aku langsung mencari keberadaan Becca yang tidak lagi terbaring di kasur tapi sepertinya dia sudah pergi entah kemana. Aku pun bergegas meninggalkan rumah Chika dan langsung berangkat ke kantor karena ini masih hari kerja untung saja aku membawa baju ganti sehingga aku tidak perlu repot-repot pulang ke rumahku yang jaraknya cukup jauh itu.

Sesampainya di kantor, aku mencoba menghubungi Becca karena dia ternyata masih tidak masuk kerja namun nomornya tetap tidak bisa di hubungi. Aku tau Becca sangat menderita karena permasalahannya dengan Direktur, belum juga aku merasa bahwa akulah yang memperkeruh hubungan mereka. Setelah membuang semua rasa malu dan mengumpulkan tekad untuk menghubungi Direktur dan mengonfirmasi keadaan Becca karena ku fikir Becca pasti di tempat Direktur.

“Harusnya anda tau keberadaan Becca karena anda yang membawa dia. Bagaimana akan membahagiakan kalau mengetahui keberadaannya saja anda tidak mampu. Dan saya tegaskan untuk tidak menghubungi saya lagi ketika jam kantor. Ingat kita tidak seakrab itu”

Pertanyaanku yang singkat mengenai keberadaan Becca di jawab dengan kata-kata luar biasa yang sanggup membuatku tercengang. Setelah itu tanpa mendengar responku dia langsung saja mematikan panggilanku. Aku pun hilang akal dan entah tak tau lagi harus bagaimana. Lalu aku terfikir ucapannya Chika, aku memutuskan untuk mencari Becca lagi nanti malam di bar tempat Becca katanya akan disana pukul 11 malam.

.........................

Aku mendatangi bar itu sendirian tanpa menghubungi Chika terlebih dahulu karena memang aku tak memiliki nomernya, aku lupa menanyakan nomernya saat pertemuan kami kemarin malam. Kembali aku memperhatikan sekeliling hingga tak terasa ternyata sudah 4 jam lebih aku menunggu namun Becca belum juga kutemukan, jangankan Becca Chika saja tidak nampak batang hidungnya. Untung ini weekend dan kantor libur jadi aku bisa menunggu Becca hingga pagi nanti fikirku. Namun ternyata Bar tutup pukul 5 dan akupun terpaksa pulang tanpa bisa bertemu dengan Becca. Aku pun memutuskan pergi dari bar, namun karena sedang tidak tenang fikiran aku berniat untuk singgah sejenak di pantai yang pernah Becca tunjukan padakku.  

Sesampainya di pantai aku dikagetkan oleh sosok wanita yang aku cari sedari malam tadi. Ternyata Becca sedang berada disana bersama Chika dan 2 teman lelakinya, rupanya Becca sedang camping disana. Pantas saja dia tidak mendatangi bar itu, ya ini memang salahku karena tidak bertanya dulu pada Chika dan Becca pun pasti tidak tahu aku mencarinya. Tanpa fikir panjang aku langsung mendekati mereka, Becca kaget karena aku tiba-tiba ada disitu. Tapi ada yang aneh dengan ekspresinya, ah sudah kuduga dia sedang pesta ganja. Memang pantai itu cukup sepi dan jauh dari perkotaan sehingga bisa dibilang tempat yang cukup aman untuk mengadakan pesta ganja.

“Sini Dy duduk”

Sapa Chika cukup ramah sembari memeluk salah satu lelaki disana, sedangkan Becca dan satu teman lelakinya terlihat sangat tidak nyaman dengan adanya aku disana. Aku tentu saja tidak memedulikan hal itu, aku tidak akan menyia-nyiakan lagi kesempatan untuk bertemu Becca. Akan aku genggam Becca selagi dia ada didepanku karena aku sadar waktuku bersamanya sangat singkat.

“Cabut yu” ucap Becca sinis

Aku kaget mendengar Becca mengajak teman-temannya untuk pergi, menandakan dia sangat tidak nyaman berada di dekatku.

“Becca aku mau ngomong, boleh” tanyaku pelan

Becca lalu menghela nafas sebelum akhirnya mengajaku pergi, memisahkan diri dari teman-temannya.

...................................

“Kenapa sih Dy kamu terus ikutin aku, aku g butuh dikasihani”  Becca memulai obrolan dengan nada yang berat, aku yakin dia sedang mencoba menahan tangisnya.

“Aku hanya mencoba membuktikan janji yang aku ucapkan”

“Apa yang perlu di buktiin, sudahlah aku sudah bilang aku tidak perlu dikasihani. Aku bisa membahagiakan diriku sendiri” kini tangis Becca tidak dapat dia bendung lagi. Dia menunduk dan menangis sejadinya-jadinya. Sejujurnya aku tidak tega melihatnya sampai seperti itu, apalagi Becca yang aku tahu adalah sosok yang tangguh dan periang, melihatnya begini aku jadi sedikit tahu bahwa ia menyembunyikan luka dibalik senyumnya itu.

Aku memeluk Becca dengan erat, berharap bisa sedikit saja menenangkannya. Beberapa menit berlalu sampai akhirnya Becca berhenti menangis, dia mengusap air matanya dan menepuk-nepuk pipinya lalu menghela nafas cukup panjang. Ia berdiri sambil berpesan agar menunggu aku sebentar disini, lalu ia pergi menuju teman-temannya. Dari jauh sama-samar aku mendengar seorang lelaki berteriak marah, lalu setelah itu Becca kembali menghampiriku.

“Yu cari penginapan, aku cape. Kita istirahat dulu baru nanti kita bicara lagi.”

Aku pun mengikuti kata-kata Becca tanpa sedikitpun bantahan.

Becca merekomendasikan salah satu penginapan yang cukup jauh dari pantai itu dan sepanjang perjalanan Becca tertidur pulas kursi samping. Sesekali aku perhatikan raut wajah Becca yang merah dan matanya yang sembab. Saat tidur pun sesekali Becca masih sesegukan menahan tangis, bergumam tidak jelas. Ah aku sungguh ingin membuat dia terlepas dari kepedihan yang ia rasakan, tapi aku bahkan tidak tau cara untuk memulai obrolan itu. saat bersama dia sebelumnya pun aku lebih banyak mendengarkan daripada berbicara, aku sangat ingin dia bisa meluapkan segala yang ada dihatinya dan membagi bebannya padaku. Sesampainya di penginapan, aku pun menggendong Becca ke tempat tidur. Kali ini aku hanya menonton tv dan tidak ingin tidur, aku takut saat aku bangun Becca tidak ada disampingku seperto hari kemarin.   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status