Share

A Shield for Arlin
A Shield for Arlin
Penulis: reidaline

1. Jeffrey & Arlin

Di sebuah ruangan berukuran kecil itu, tampak seorang perempuan sedang duduk di salah satu kubikel toilet sambil menghentak-hentakan kakinya. Wajah gadis itu sangat mungil dengan hidung bangir dan matanya yang bulat, semakin membuatnya terlihat manis.  Sesekali gadis itu menggerakan bibir mungilnya sebagai tanda bahwa ia sedang merapalkan suatu kalimat. Sudah berulang kali juga gadis itu menghela napas dalam, terlihat begitu frustasi membaca kertas kecil digenggamannya seraya masih menggerakan bibir dan kakinya seirama.

"Teori agensi adalah teori yang.. duh apa ya, ah anjir lah dari tadi gak masuk masuk nih materi."

Sambil membolak-balikkan secarik kertas di genggamannya, ia kembali memejamkan matanya sebagai harapan agar ia berhasil menghafal seluruh kalimat yang ada pada kertas tersebut. 

Namun, belum sempat gadis itu membaca lagi isi kertas tersebut, pintu kubikel toilet di depannya tiba tiba terbuka dengan cukup keras, berhasil mengalihkan seluruh perhatian gadis itu dari secarik kertas lusuh yang bisa dibilang lebih mirip contekan daripada rangkuman materi pelajaran.

“Duh nek, sumpah jangan sekarang deh ya kalo mau ngajak main, ini saya lagi belajar loh bentar lagi mau ujian.”kata gadis itu ketika ia sontak mengangkat kepalanya ke atas untuk melihat seorang nenek yang sedang berdiri di hadapannya sambil tersenyum sinis. 

“Belajar sama nenek aja sini.”

“Sumpah nek, saya lagi gak ada waktu buat ladenin nenek. Dah ya nek saya keluar. Maap deh ganggu wilayah kekuasaan nenek.”kata gadis itu akhirnya keluar dari kubikel menuju salah satu wastafel untuk mencuci tangan.

“Nenek bisa bantu kamu lulus ujian kali ini padahal…”kata nenek tersebut.

“Apa? Tapi pasti ada tumbalnya kan? Duh nek saya mah udah sering ketemu hantu yang modelan nenek kayak begini. Udah hapal saya mah sama maunya setan setan kayak nenek ini. Mending nenek banyak banyak tobat deh ya, eh gak tobat deng kan udah mati ya. Yaudah nenek pokoknya jangan ganggu saya ya, lagi pusing nih!”

Raut wajah nenek itu sontak berubah, seketika wujud nenek rombeng itu berubah menjadi wujud aslinya yang lebih seram, memelototi Arlin yang masih mencuci tangan. Arlin yang baru sadar perubahan wujud nenek itu langsung memekik tertahan. ‘Wah salah ngomong gue nih.’

“Eh nek sumpah saya gak bermaksud, saya bercanda sumpah aduh saya goblok nek goblok.”

Arlin berbalik ke belakang, buru buru mengambil tasnya yang masih ada di pojok wastafel dan segera mengambil ancang-ancang untuk berlari keluar toilet sekuat tenaga. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk mengecek keberadaan nenek rombeng yang ternyata mengikutinya. Arlin meringis seraya terus berlari hingga tanpa sadar ia menabrak sesuatu yang keras di hadapannya.

“Arlin?”

“Eh Jeff? Anjir anjir sumpah Jeff tolongin gue, tadi ada nenek rombeng sumpah ngejer gue aaaaa.”

“Hah? Lo di gangguin lagi? Mana neneknya? Coba noleh? Masih ada gak?”tanya laki-laki di hadapannya.

Seketika Arlin menolehkan kepalanya ke belakang untuk mengecek keberadaan hantu nenek tadi.

“Eh udah nggak ada. Hahhh! Sumpah berasa dikejar setan deh gue.”kata Arlin.

“Yeu emang dikejar setan mohon maap neng.”

Arlin hanya memasang cengiran khasnya dan berjalan di samping Jeffrey di sepanjang koridor. Laki-laki yang kini sudah berjalan di sisinya ini adalah kakak tingkat Arlin atau bisa dibilang sahabat terdekat gadis itu. Jeffrey sudah menemani Arlin sejak awal masuk kampus ini, berawal dari Jeffrey yang menjadi kakak pembina kelompok Arlin saat ospek fakultas membuat mereka lama kelamaan menjadi semakin dekat. Tak ayal, banyak orang-orang mengira mereka berpacaran karena Jeffrey yang terlihat selalu menjaga Arlin kemana pun gadis itu pergi. 

Namun, banyak juga orang-orang yang membicarakan Arlin karena kedekatannya dengan Jeffrey, Si Pangeran Kampus. Pasalnya, Jeffrey ini termasuk salah satu jajaran most-wanted guy di kampus mereka. Wajah laki-laki itu yang tampan dan postur tubuhnya yang tinggi dan berisi akibat sering menghabiskan waktu di sasana olahraga membuatnya menjadi rebutan para kaum hawa. Akibat itu, tidak sedikit pula banyak orang yang mengecam Arlin karena menurut mereka, gadis pendiam dan tertutup itu tidaklah pantas bersanding dengan Jeffrey.

Belum lagi, reputasi Arlin yang terkenal sangat tertutup dengan orang-orang disekitarnya membuat gadis itu dinilai sebagai gadis yang aneh di kampusnya. Padahal, kalau dibandingkan dengan mahasiswi-mahasiswi lainnya, Arlin tidak kalah cantik dengan mereka, mungkin itu sebabnya banyak orang yang heran dengan sikap Arlin yang tertutup. Gadis itu sebenarnya sangat cantik, tetapi sikapnya yang aneh dan seakan tidak peduli dengan sekitarnya itu membuatnya tidak disukai oleh teman-temannya, khususnya para penggemar Jeffrey.

“Lo bukannya katanya ada ujian Accounting Theory?”tanya Jeffrey memecah keheningan.

Seketika Arlin mengecek jam tangan yang melingkar di tangan kirinya sambil tak lupa memasang wajah horor.

“HAH? WAIT ANJER GUE KAN UJIAN JEFF! INI BU GINA PASTI UDAH DI KELAS INI MAH UDAH JAM SEGINI!”

“Hadehh kebiasaan lo-" Belum sempat Jeffrey menyelesaikan kalimatnya, Arlin sudah berlari kencang memutar arah untuk segera sampai ke kelasnya sebelum ia harus menerima semua omelan dosen tergalak di fakultasnya itu.

---------

“Gimana tadi ujiannya?”

Arlin hanya menghela nafas untuk menjawab pertanyaan Jeffrey. Jeffrey yang merasa pertanyaannya sudah terjawab hanya dengan mendengar helaan nafas Arlin hanya terkekeh sambil mengusap pelan kepala Arlin.

“Yaudah gapapa, kan masih ada UAS ntar, bagusin nilai lo disana aja.”katanya.

“Duh gue pengen melambaikan tangan ke kamera aja tadi tuh pas di kelas. Gak tahan banget udah gue Jeff.”

“Yeuuu lambaikan tangan lambaikan tangan lo pikir lo lagi jadi peserta uji nyali.”

“Lah beneran uji nyali ini, bedanya kalo yang di tipi tipi di ujinya pake setan, gue di uji pake soalnya Bu Gina. Hadehh.”

“Mana tadi pagi gue diganggu sama ntuh nenek rombeng lagi. Arghhh! Kalo bukan karena dia pasti gue tadi at least bisa ngisi satu nomor.”

Jeffrey hanya tersenyum menanggapi, baginya ini hanyalah satu dari sejuta kalinya Arlin merengek karena tidak bisa mengerjakan ujian. Dan mendengar ia mengeluhkan soal hantu hantu yang seringkali mengganggunya itu juga ibarat lagu wajib yang akan di dengarkan Jeffrey setiap Arlin apes karena diganggu makhluk makhluk tak kasat mata itu.

Arlin memang bisa melihat makhluk makhluk tak kasat mata itu. Saat neneknya meninggal pada saat usianya 12 tahun, kemampuan spesial neneknya tersebut mau tidak mau diturunkan pada Arlin yang notabene-nya adalah cucunya. Pada saat itu tentu saja Arlin sangat kaget dengan perubahan yang dialami dirinya. Sudah berbagai cara yang orangtuanya lakukan untuk menghilangkan kemampuan tersebut tapi selalu berujung gagal. Namun akhirnya lama kelamaan, Arlin memutuskan untuk berpasrah dan menerima keadaannya ini.

Hingga saat ia mulai menduduki bangku perkuliahan, ia bertemu dengan salah satu kakak tingkatnya yang bernama Jeffrey. Jeffrey yang tak sengaja mengetahui soal kemampuan Arlin saat ospek fakultas itu memutuskan untuk menjadi teman Arlin karena ia tertarik dengan kemampuan Arlin dan bisa dibilang kasihan terhadap gadis itu yang selalu menyendiri dan tak acuh pada keadaan sekitarnya. Lama kelamaan mereka menjadi semakin dekat dan hingga kini, Jeffrey selalu menjadi tempat curhat utama bagi Arlin saat ia diganggu oleh hantu hantu tersebut. Arlin tentu senang, Arlin bisa bercerita sepuasnya tanpa dipikir gila seperti teman temannya sewaktu SMP yang mengatai Arlin gila, dan Jeffrey yang tentu senang karena ia memang begitu tertarik dengan hal-hal spiritual tersebut. Arlin, yang Jeffrey kira merupakan seorang perempuan yang irit berbicara dan cuek akhirnya mulai terbiasa menghadapi sifat asli dan celotehan panjang gadis itu yang tidak ada habisnya. Laki-laki itu baru menyadari bahwa selama ini, gadis itu sengaja menutup diri hanya untuk melindungi dirinya agar terhindar dari cercaan dan hinaan orang-orang seperti yang ia alami saat SMP.

“Yaudah gue jajanin cilor deh.”tawar jeffrey tiba tiba.

Seketika raut Arlin berseri seri, kalau Arlin tokoh anime mungkin sekarang matanya akan berubah menjadi emotikon berbentuk ‘love’. Cilor adalah makanan kesukaan Arlin sejak masih SD hingga sekarang. Jajanan SD itu memang selalu menjadi comfort food Arlin sejak dulu. Kalau kata gadis itu, ia rela kok makan aci telur itu selama sisa hidupnya. Begitu pengakuan Arlin saat Jeffrey melarangnya memakan cilor setiap hari.

“SIPP MAKASI JEFFREY! LO MAH EMANG PALING NGERTI DAH!”teriak Arlin hingga mengundang lirikan mata seluruh mahasiswa di koridor.

Jeffrey hanya menutup sedikit wajahnya sambil perlahan melangkahkan kaki jauh jauh dari tempat Arlin yang masih senyum senyum seperti orang yang baru saja memenangkan giveaway liburan ke hawaii 3 hari 2 malam.

-------

Saat ini Jeffrey dan Arlin sedang berada di apartemen Arlin. Mereka hendak menonton serial netflix yang direkomendasikan oleh Jeffrey. Arlin duduk berselonjor di sofa sambil memangku satu baskom penuh berisi strawberry cheesecake ice cream dari salah satu brand ice cream terkenal. Sedangkan Jeffrey duduk dibawah sofa sembari menyandarkan punggungnya pada kaki sofa dan memainkan remote tv didepannya.

“Jangan horor ya, awas aja lo.”

“Iya iya ini gak horor.”jawab Jeffrey.

“Males banget gue kalo ntar malem penghuni unit sebelah mampir kesini gara gara merasa terpanggil abis kita nonton horor.” lanjut Arlin.

“Iya sayang, ini gak horor. Lagian kalo dia kesini kan gue tinggal nginep nemenin lo.”

Buru buru Arlin memukul kepala Jeffrey menggunakan baskom es krim di tangannya.

“Aduh!”

“Sadis amat sih mbak.” gerutu Jeffrey sambil mengelus ngelus jidatnya yang sekarang terasa dingin karena dipukul menggunakan baskom es krim.

“Ya makanya mulut lo tuh sekali-kali beradab kek.”jawab arlin.

Jeffrey hanya terkekeh menanggapi, masih sambil mengotak ngatik remote Arlin, ia berceletuk,”Ini lo sebenernya mukul gue karena gue bilang mau nginep di tempat lo atau karena malu gue panggil sayang?” tanya jeffrey sambil memasang senyum miring dan menolehkan wajahnya ke belakang ke arah Arlin.

Yap dan respon Arlin, sudah pasti bisa ditebak oleh semua orang.

---

Arlin dan Jeffrey saat ini sedang berbaring di tempat tidur Arlin. Beberapa waktu lalu, mereka memutuskan untuk pindah dari ruang tengah ke kamar Arlin agar dapat menonton sembari merebahkan tubuh mereka di kasur seperti saran Jeffrey. 

Arlin sedang fokus-fokusnya menonton saat tanpa sengaja ponsel Jeffrey berdering menandakan panggilan masuk. Arlin yang berada di sebelah Jeffrey otomatis dapat melihat sekilas nama kontak si penelpon. Tanpa sadar, raut wajah Arlin seketika berubah sendu. Sedangkan Jeffrey, laki-laki itu segera bangun dari posisinya dan berjalan ke arah balkon apartemen Arlin.

Mata Arlin mengikuti pergerakan Jeffrey yang yang tengah berjalan ke arah balkon. Raut wajahnya yang sendu cepat - cepat ia ganti dengan wajah datarnya, tak ingin Jeffrey menyadari perubahan suasana hati gadis itu.

Lana

Arlin masih mengingat jelas nama yg muncul pada ponsel cowok itu. Nama itu adalah nama pacar Jeffrey yang berada di Jogja. Mereka memang menjalani hubungan jarak jauh sejak awal mahasiswa baru. Sebenarnya sejak awal pertemuan mereka, Jeffrey tidak pernah menyebut atau memberitahu Arlin bahwa ia mempunyai pacar. Tetapi saat Arlin tidak sengaja menemukan foto seorang perempuan sedang memeluk Jeffrey di apartemen cowok itu. Jeffrey segera menceritakan Arlin bahwa ia memang mempunyai pacar dan kini sedang dalam hubungan jarak jauh. 

Lantas pada saat itu, Arlin berpikir ya sudah tidak apa-apa, lagipula Arlin tidak mengharapkan apapun dari Jeffrey. Jeffrey mau berteman dengannya tanpa berpikir bahwa dia gila saja, gadis itu sudah sangat bersyukur. Tapi lama kelamaan, entah kenapa perasaan cemburu seperti yang ia rasakan saat ini mulai muncul. Arlin sadar bahwa tanpa sengaja ia mulai menaruh harapan pada cowok itu. Tapi tidak apa-apa, Arlin sudah biasa dengan perasaan seperti ini. Ia akan berusaha menghapusnya pelan-pelan, dan mempertahankan persahabatannya dengan Jeffrey tanpa mengganggu hubungan Jeffrey dan Lana.

Terlalu lama melamun, Arlin tidak menyadari bahwa Jeffrey sedang berjalan ke arahnya dari balkon. Tampaknya cowok itu sudah selesai dengan urusannya dengan pacarnya itu.

"Eh Lin." kata Jeff sambil mendudukan bokongnya tepat di samping Arlin.

Arlin hanya menolehkan kepalanya dan menaikkan satu alisnya sebagai jawaban.

Jeffrey yang sudah terbiasa dengan respon Arlin, melanjutkan kalimatnya.

"Kayaknya gue besok gak bisa ke kampus bareng lo deh." lanjutnya.

"Lah? Jangan bilang Tante Jessica sakit lagi?" sebut Arlin sembari memasang raut cemas. Tante Jessica merupakan ibu Jeffrey, sesekali Arlin memang sering bermain ke rumah Jeffrey sehingga ia bisa dekat dengan ibu cowok itu.

"Nggak Lin, bukan itu."

"Terus kenapa?" tanya Arlin.

"Besok pagi Lana nyampe Jakarta."

TBC

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ivan Haws
hahai...........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status