Home / Fantasi / A Wish / BAB II

Share

BAB II

Author: Red Cherries
last update Huling Na-update: 2021-08-08 14:45:39

Violet terbangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi pipi membuat beberapa anak rambutnya menempel di sana. Nafasnya terengah-engah seolah sudah berlari berkilo-kilo meter jauhnya.

Gadis itu terduduk, lalu melihat ke sekelilingnya.

"Gue...di kamar..?" Tanyanya entah pada siapa. Tatapannya beralih pada kasur yang kini dia duduki, lalu pada piyama yang ia kenakan.

Gadis itu merasakan kerongkongannya kering, "Gue yakin gue masih di gang dekat sekolah. Kok sekarang bisa ada di kamar?"

Diambilnya jam weker yang terletak di atas nakas. Sekarang sudah pukul satu dini hari rupanya.

"Jadi...mimpi..?"

Violet meletakkan jam wekernya ke tempat semula. Lalu duduk termenung sambil memikirkan mimpinya, yang terasa begitu nyata.

Dia yakin sekali saat itu masih berada di area sekitar sekolahan. Tapi masalahnya dia tidak bisa mengingat jelas apa yang terjadi saat itu.

Atau ini memang benar-benar mimpi?

***

Mata bulat Violet menyipit kala menatap langit pagi yang terik itu. Panas tentu saja, apalagi dia berlari menuju gerbang sekolahnya yang sudah tertutup rapat dan membuatnya berkumpul di luar bersama manusia-manusia dengannya. yang bernasib sama

Kalau bukan karena mimpi aneh itu Violet pasti tidak akan terlambat seperti ini. Ini adalah pertama kalinya dia terlambat di sekolah ini. Catat! Untuk pertama kalinya!

Guru kedisiplinan siswa menatap malas para murid-murid yang berjongkok di hadapannya. Itu lagi-itu lagi. Ditelusurinya wajah murid itu satu-persatu, sambil mendengus dia malah menatap Violet.

Guru yang masih muda itu menatap kesal Violet yang masih memandangi langit, "Heh, Violet! Kok telat, sih?"

Mendengar namanya disebut, gadis itu langsung menurunkan pandangannya dan menatap gurunya, kaget karena ditegur saat sedang melamun, "Eh, itu, Bu, anu--"

"Anu-anu! Kamu kira apaan. Kamu itu kan ketua kelas, kok malah telat, sih?" Potong si guru kedisiplinan siswa.

Suara tawa yang tertahan serta tatapan-tatapan yang tidak bisa Violet artikan tertuju padanya pagi itu karena ucapan sang guru yang tidak ber-filter. Memangnya ketua kelas itu bukan manusia apa? Kepala sekolah mereka saja sering telat, kok, tidak pernah kena marah tuh. Guru-guru mereka juga sering terlambat.

Violet ingin mengatakan itu tapi tetap dia tahan. Karena dia tahu kalau dirinya sebagai siswa pasti sudah selalu salah.

"Nah, sekarang kalian lari keliling lapangan. Sepuluh putaran buat perempuan dan dua puluh putaran buat laki-laki. Nah-nah ayo lari sana."

Violet semakin terkesiap mendengar hukumannya. Guru olahraganya saja tidak pernah menyuruhnya lari sebanyak itu. "Bu, itu enggak kebanyakan, Bu?" Protesnya.

Wanita muda yang menjabat sebagai guru kedisiplinan yang awalnya tersenyum melihat murid-muridnya lari ogah-ogahan itu perlahan pudar mendengar protesan salah satu siswinya, "Dikit kok itu,"

"Bu, kurangin dong Bu. Saya enggak kuat, Bu. Nanti kalau pingsan di tengah-tengah lapangan gimana Bu? Saya nggak punya cowok buat gendong saya ke UKS kayak di drama-drama atau di sinetron. Ibu nggak lihat ini badan saya kerempeng kayak gini?" Cerocosnya tanpa henti sambil memasang wajah memelas yang dibuat-buat.

Guru itu menatap datar Violet, "Kalau kamu pingsan saya biarin aja kamu di sana biar jadi ikan asin. Saya udah liat badan kamu, banyak lemak! Pergi sana, lari keliling sepuluh putaran."

"Tapi bu---"

"Udah sana! Udah untung enggak saya tambahin."

Mau tak mau, rela tak rela, ikhlas tak ikhlas, akhirnya Violet memaksakan kakinya berlari mengitari lapangan. Sekali lagi, sebelum dia berlari, gadis itu menatap langit yang semakin terik.

Tapi sesuatu di rooftop sekolahnya membuatnya mempertajam penglihatannya.

Ada seseorang yang sedang berdiri di ujung rooftop, atau di pagar pembatas lebih tepatnya. Menatap ke bawah seolah tengah mengamati sesuatu dari atas sana.

Disaat Violet ingin melihatnya lebih jelas lagi, suara guru yang menghukumnya itu kembali terdengar, membuatnya menoleh ke samping.

"Kamu tunggu apa lagi, sih? Udah sana!"

"Iya, Bu. Sabar dong."

Walau berkata seperti itu, kakinya tak kunjung juga melangkah. Di saat dia ingin memastikan apa yang dilihatnya, bayang-bayang manusia itu sudah hilang tak berbekas. Seolah hanyalah halusinasi Violet seorang kalau dia melihat ada seseorang diatas sana.

Atau Violet memang berhalusinasi?

***

Keringat bercucuran keluar melalui pori-pori tubuh Violet. Seragam yang tadinya tampak rapi kini sudah kusut dan separuh basah karena keringat. Wajah yang tadinya bersih sehabis mandi kini kusam karena air keringat dan sinar matahari. Bau keringat menguar, dan tidak ada lagi semangat untuk sekolah. 

Semuanya luntur karena lari sepuluh putaran.

Gadis yang tampak kelelahan sehabis berlari itu memijat-mijat kaki yang sedang dia luruskan, "Harusnya gue dulu rajin lari pagi ikut Papa."

Diangkatnya botol kosong yang terletak di samping kakinya. Padahal dia masih haus, kenapa airnya harus habis sih?

Karena masih lelah Violet memilih duduk sebentar lagi sebelum pergi ke kelasnya. Sambil menunggu lelahnya hilang, Violet mengambil ponselnya dari dalam tas untuk mengecek notifikasi grup kelas apakah ada yang penting atau tidak.

XI MIPA 4

Cherry: *send a picture*

Cherry: Itu kelompok biologi ya, guys

Fanya: Ok

Sherly: Sip

Colin: Mau change kelompok. Blh g?

Juna: Gw jg

Bobi: Gue sih seneng bae

Anya: KOK GUE SM BOBI SIH?!

Bobi: Gak usah ngegas dong sayang

Cherry: GK ADA TUKER²AN KELOMPOK TITIK

Robbin: Santuy Bu sekretaris

Anya: Yaahh:(

Bobi: Yess:)

Violet meletakkan ponselnya dengan kesal. Kesal bukan main karena satu kelompok dengan si biang onar. Belum lagi si batu prasasti. Aduh, kelompok macam apa sih ini?

Violet menutup wajahnya dengan tangan. Pasti tidak akan ada yang namanya kerja kelompok besok.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • A Wish   Dari El untuk Violet

    Dear Violet,Saya tidak tahu harus menulis surat yang bagaimana. Tapi saya tahu ajal saya tidak akan lama lagi. Jadi saya memutuskan untuk menulis surat.Saya hanya ingin kamu bahagia selalu dan juga tetap sehat. Jangan terlalu sering melamun dan makan yang banyak karena saya sering memperhatikan kalau kamu jarang sekali makan.Perlu kamu ketahui, saya benar-benar ingin kamu bahagia. Terlepas kamu adalah mawar atau bukan. Bagi saya, kamu hanyalah Violet sekarang. Tapi saya harus mengakui kalau saya mencintai kamu dari dulu sampai sekarang.Mungkin kamu tidak akan menemui saya lagi kalau sudah membaca surat ini. Karena mungkin saja saya sudah mati, atau mungkin kita berdua akan sama-sama mati? Yang jelas saya ingin menulis surat ini untuk kamu.Saya tidak pernah menulis sepanjang ini, jadi maklumi saja kalau isi surat ini aneh.Saya tah

  • A Wish   EPILOG

    "Kak caramel macchiato satu, dong."Violet tersenyum dan mengangguk menerima pesanan yang datang. Dengan lihai gadis itu membuat pesanan."Terima kasih, silahkan menikmati." Violet tersenyum seraya memberikan cup gelas itu kepada pembeli.Gadis itu kemudian membersihkan gelas-gelas yang kotor di meja. Dan mengelapnya agar lebih bersih. Apalagi terdapat bekas embun air yang jatuh ke meja, tentu harus dilap kan?"Oi, Violet!"Violet menoleh saat mendapati suara yang familiar di telinganya. Senyuman lebar Violet berikan pada orang itu."Lucy,"Lucy langsung saja duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan meja barista. Agar dapat lebih leluasa berbicara dengan Violet."Lagi di sini, ya?"Lucy mengangguki pertanyaan Violet, "Aku sedang bertugas 'lagi'." jawabnya

  • A Wish   BAB LVIII

    "Sudah lama ya, El."El langsung saja menolehkan kepalanya kaget. Pria itu langsung menyembunyikan Violet di balik punggungnya yang lebar. Violet tidak dapat melihat ekspresi dari El, yang jelas dia tangan El gemetaran.Dengan tangan yang berada di belakang memegangi Violet, El berteriak marah pada lelaki yang baru datang itu. "Apa yang kau lakukan di sini?!"Violet merinding mendengar kekehan yang pria itu keluarkan. Dalam hati gadis itu bertanya-tanya, siapa yang datang secara tiba-tiba itu? Apakah dia seorang iblis juga? Violet tidak sempat melihat wajahnya karena keburu ditarik ke belakang oleh El, tapi dia tahu kalau itu bukan Amon.Terutama aura yang sangat mencekam yang pria itu keluarkan. Amon memang menyeramkan tapi dia tidak mengeluarkan aura seperti ini."Tentu saja aku datang untuk membunuhmu."El semakin mengeratkan

  • A Wish   BAB LVII

    Kamar El sudah tak terlihat sebagai tempat yang dapat untuk ditiduri lagi. Pasalnya begitu banyak barang yang hancur, sudah tidak terbentuk lagi karena El melempar semua benda yang ada di ruangan itu.Mulai dari lampu, meja, lemari, bahkan pakaiannya. Semuanya dia hancurkan. Guna untuk melampiaskan amarahnya yang bahkan tidak bisa ia salurkan dengan teriakan.Otaknya terus dipenuhi dengan pikiran-pikiran jahat. Pikiran untuk melenyapkan siapapun yang membocorkan hal itu pada Violet. Dan ya, Lucy akan menjadi yang pertama. Lalu mungkin Bunga akan menjadi yang selanjutnya."Sialan!" makinya entah untuk yang ke berapa kali.Siapa yang harus dia salahkan kini? Siapa yang harus menjadi sasaran amarahnya kini? Violet sudah mengetahui semuanya, semuanya sudah hancur! Hancur menjadi leburan.El memukul-mukul kepalanya, lagipun bagaimana bisa dia tidak mengetahui k

  • A Wish   BAB LVI

    Suara kaki Violet yang beradu dengan tanah karena terseret-seret mengikuti langkah kaki El yang terburu-buru begitu jelas terdengar. Ditambah lagi jalanan yang sepi, malah hampir tidak dilalui orang membuat suara itu kian jelas terdengar. Ringisan juga tak luput berhenti Violet keluarkan, karena El yang terus menarik lengannya dengan kasar.Violet berusaha menggoyang-goyangkan tangannya agar terlepas dari genggaman El, namun yang ada lengannya malah dicengkeram semakin erat. "El! Lepasin! Gila ya lo?!"Bagai tersadar, El pun berhenti berjalan dan melepaskan cengkeramannya. Tertangkap oleh indera penglihatannya kalau lengan Violet membiru.Nafas pria itu tampak memburu, seperti menahan sesuatu yang hendak meledak dari dalam dirinya. Padahal seharusnya Violet lah yang kini mengamuk padanya."Kenapa kamu menemui dia?!"Violet yang sedari tadi mengelus pergelangan tangann

  • A Wish   BAB LV

    Selama perjalanan pulang, Violet hanya diam dan menatap keluar jendela mobil. El sebetulnya heran dengan sikap diam itu, tapi tidak mau bertanya lebih jauh. Sampai mobil mereka yang sudah sampai di basement apartemen pun, Violet masih tidak sadar dan terus melamun."Kita sudah sampai." ucap El pada Violet beserta tepukan pelan ia beri di bahu gadis itu.Violet langsung terperanjat, "O-oh udah sampai."Karena rasa penasaran yang tak dapat dia bendung, akhirnya El pun bertanya. "Kamu melamun kan apa?""Enggak, kok." kilahnya, "Yuk, turun." Violet berusaha mengalihkan perhatian El dengan mengambil barang-barang yang baru saja El bawa. Dan El pun membantunya untuk membawa bungkusan-bungkusan pakaian itu, karena memang lumayan banyak.Di dalam lift pun suasana di antara mereka kian canggung. Padahal sebelumnya mereka bersenang-senang dengan riang gembira

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status