Keyra keluar dari kamar mandi dengan kaos putih polos yang melekat di tubuhnya serta rambut yang masih meneteskan air.
“Nih pakek” kata Satria sambil menyerahkan jaket miliknya ke arah Keyra.
Tanpa suara Keyra mengambil jaket milik Satria dan mengenakannya.
“Lu di bully?” tanya Satria dengan raut wajah datar dan sorot mata tajam. Tadi saat dia sedang membeli shampo dan pakaian ganti untuk Keyra tanpa sengaja dia mendengar pembicaraan beberapa Mahasiswi. Mereka membicarakan tentang pembullyan Keyra dan itulah alasan kenapa tadi raut wajah Satria menjadi datar dan tak bersahabat.
“Kurang lebih kayak gitu” balas Keyra dengan tenang sambil menatap ke arah Satria.
“Sama Amerta?” tanya Satria lagi dengan raut wajah semakin menampakkan guratan tak suka.
“Gak tau gue, yang pasti dia cewek” ucap Keyra dengan raut wajah tak peduli.
“Gue laper” kata Keyra sambil menata
Jam pertama sudah selesai dan di sinilah Keyra sekarang. Di bawah pohon rindang dengan makanan kesukaannya. Saat sedang menikmati makanan kesukaannya tiba-tiba ada yang tumpah di tempat makanannya.“Ups, sorry gue sengaja” kata Amerta dengan raut wajah di buat-buat bersalah.“Hahaha, kasihan gak bisa makan. Makannya jangan misqueen” kata Amerta dengan senyum meremehkan.Keyra yang mendengar perkataan Amerta barusan sedikit merasa jengah dengan sikap Amerta. Menurutnya dia sangat ke kanak-kanak ‘kan. Keyra bangkit dari duduknya dengan raut wajah datar dan sorot mata malas.“Gue emang miskin harta tapi gue gak miskin otak kayak elu” kata Keyra dengan senyum remehnya. Amerta yang mendapatkan respons seperti itu dari Keyra menatap tak suka dan garang tapi itu hanya di anggap angin lalu oleh Keyra.Setelah mengatakan itu dengan gerakan tenang Keyra berjalan ke arah tong sampah di dekatnya. Amerta masih ber
Keyra terus berjalan hingga ada seseorang menarik tangannya tanpa izin.“Woy! Apaan sih lu” kata Keyra dengan nada suara tak suka.Mendengar suara Keyra bukannya berhenti malah membuat langkah sang pelaku bertambah cepat.Arka membawa Keyra ke kantin, di sana sudah ada teman-temannya yang sedang berbincang ringan dan ada selingan tawa.Arka berjalan ke arah bangku tadi dengan raut wajah datar. Sedangkan parang pengunjung kantin menatap ke arah mereka dengan raut wajah heran, tak percaya, dan iri.“Pesen gih” kata Arka sambil melepaskan tangga Keyra saat sudah sampai di bangku yang teman-temannya pakai.“Apaan sih lu, resek amat jadi manusia” kata Keyra dengan kesal.“Lu gue baik ‘in malah ngajak ribut” ucap Arka dengan raut wajah menahan kesal.“Gue agak curiga kalau lu baik sama gue, ada maksud ‘kan lu? Jawab gak?!” kata Keyra dengan nada suara penuh
Malam harinya di kamar Arka, terlihat sosok Arka yang sedang termenung di depan jendela kamarnya. Otaknya sekarang di buat bingung dengan hatinya. Lamunannya pudar saat dia mendengar suara ketukan pintu serta suara seseorang yang sedang memanggil namanya.Tok... tok... tok...“Bang Arka!” panggil Sinta di depan pintu Arka yang masih tertutup dengan rapat.“Woy! Bang buka pintunya!” kata Sinta dengan nada suara tak santai.“Ck, Iya sabar!” balas Arka dengan nada suara kesal.Ceklek, suara pintu kamar yang di buka oleh sang pemilik.“Ngapain lu? Ada acara pintu di kunci pula. Jangan-jangan lagi berbuat yang aneh-aneh atau lagi galau ya?” kata Sinta dengan raut wajah jenaka dan tatapan mata yang curiga.“Apaan dah lu, sok tau lu jadi adek” ucap Arka dengan raut wajah tak suka.“Wah! Bener ‘kan lu lagi nyembunyiin sesuatu?” kata Sinta dengan nada suara se
Sesampainya di depan kamar abangnya dengan raut wajah malas Sinta menatap ke arah pintu yang sedang tertutup rapat.“Abang?” panggil Sinta sambil membuka pintu kamar Arka dan untung saja pintunya tak di kunci.Saat Sinta memasuki kamar abangnya, dengan tanda tanya besar dia menatap ke arah abangnya yang sedang duduk di meja belajarnya. Dia heran karena raut wajah abangnya yang datar sambil melihat ponselnya.‘Bener ada yang gak beres ini mah’ batin Sinta sambil berjalan ke arah abangnya berada. Tanpa suara Sinta berjalan ke arah abangnya dan berniat untuk mengintip apa yang abangnya lihat saat ini. Saat dia sudah berada di belakangnya abangnya dahinya di buat mengerut saat melihat foto perempuan sedang memasang wajah malasnya. Dengan nafas berat Sinta menatap ke arah arah abangnya.“Abang?” panggil Sinta lagi sambil memegang pundak abangnya.“Apa?” balas Arka dengan raut wajah sedikit terkejut karena
Saat ini Keyra sedang duduk termenung di bangku Cafe. Dia sedang memikirkan tentang masa depannya dan memikirkan tentang Bu Asri dan Dimas yang ada di Solo. Dia merindukan kekonyolan abangnya itu dan kehebohan ibunya. Dia juga merindukan omelan sang ibu kepada Dimas.‘Abang Keyra kangen lihat abang di omeli sama Ibu’ batin Keyra dengan raut wajah sedih.Saat dia sedang fokus dalam pikirannya tiba-tib ada seseorang yang menyenggol bahunya dengan keras. Keyra yang belum siap pun hampir saja terjatuh dari tempat duduknya. Dengan tatapan malas Keyra menatap ke arah sang pelaku.“Sorry gak sengaja” ujar Natasya dengan raut wajah tak peduli.“Ck” decak kesal Keyra dan dengan raut wajah malas dia berdiri dan berjalan meninggalkan Natasya sendiri.Keyra berjalan ke arah dapur Cafe, Natasya yang mendapat respons dari Keyra seperti itu menatap tak suka ke arah Keyra.“Cih!” decih Natasya sambil menatap t
Malam semakin larut dan Cafe baru saja tutup, saat ini di depan pintu Cafe sudah ada Viki, Bara, Natasya dan Keyra..”Pulang sama siapa lu?” tanya Bara dengan raut wajah datar tapi sorot mata yang menunjukkan kelembutan.“Sendiri” balas Keyra seadanya.“Gue anter pakek motor” kata Bara dengan raut wajah datar dan tak menerima penolakan. Belum juga Keyra menjawab sudah ada suara lain yang menjawab ajakan Bara tadi.“Terus Natasya sama siapa bang?” ucap Natasya sambil menatap protes ke arah Bara.“Masih punya kaki ‘kan lu? Guna ‘in kaki lu biar berguna sedikit” kata Bara dengan raut wajah tak peduli.“Tapi ‘kan bang..” sebelum Natasya melanjutkan perkataannya Bara sudah menarik tangan Keyra menuju ke arah motornya berada. Keyra yang belum mencerna kejadian tadi secara menyeluruh hanya menurut dengan patuh.“Abang!” panggil Natasya denga
Esok harinya Keyra sedang sibuk dengan tugas-tugasnya. Saat ini dia sedang mengerjakan tugas yang di berikan oleh sang Dosen. Sudah hampir dua jam dia mengerjakannya dan akhirnya usahanya tak sia-sia, sebentar lagi tugas selesai dan siap untuk di kumpulkan.Keyra terlalu fokus ke dalam tugas hingga tak menghiraukan suara bising dari penghuni kantin. Ya, dia sekarang ada di salah satu bangku kantin.Keyra terus mengetik di laptop milik Ami, untung saja dia memiliki teman seperti Ami. Entah apa yang terjadi padanya jika tak memiliki teman seperti Ami.Keyra terlalu fokus ke satu titik hingga tak menyadari ada bahaya di dekatnya. Tanpa Keyra sadari ada sosok Amerta yang sudah berdiri di belakangnya dengan minuman dingin di tangan kanannya. Dengan senyum sinis Amerta menatap ke arah laptop yang di pakai oleh Keyra.Tanpa aba-aba Amerta menuangkan minuman dingin tadi ke arah laptop Ami. Laptop yang tadinya hidup dengan cahaya yang menyinari layar tiba-tiba men
Tidak jauh dari tempat Keyra berdiri terlihat ada segerombolan mahasiswa yang menyaksikan kejadian tadi. Mereka memasang raut wajah yang berbeda, ada yang kasihan, marah dan geram. Salah satu di antara mereka melangkahkan kakinya menuju ke arah Keyra dan di susul oleh dua orang di belakangnya.“Gue bilang ngomong jangan jadi bisu lu sialan!” kata Amerta sambil menjambak rambut Keyra dengan kasar membuat yang empuh mendongak ke atas.“Lepas ‘in tangan kotor lu” ucap Satria dengan nada suara dingin dan sorot mata tajam.“Gak usah ikut campur lu” kata Amerta sambil menatap tak suka ke arah Satria dan menambah kuat menjambak rambut Keyra. Keyra yang merasakan perih di rambutnya mulai meringis menahan sakit.Satria yang melihat raut wajah kesakitan di wajah Keyra mulai mengambil tindakan. Dengan garang dia menatap ke arah Amerta sambil mencengkeram tangan Amerta yang menjambak rambut Keyra dengan kasar.“G