Share

Terjatuh

Jam pulang akhirnya tiba, tetapi Liliana tidak langsung pulang, ke kebetulan kali ini jadwal piketnya membersihkan kelas bersama Yoga dan Halma. Mereka bertiga membersihkan kelas sampai beres. Yoga mengangkat seluruh kursi ke atas bangku, sedangkan Halma menyapu lantai dan Liliana sekarang mulai naik ke atas kursi untuk menghapus papan tulis.

Tiba-tiba saja tanpa Liliana sadari hampir saja terjatuh, beruntunglah saat itu ada Yoga di belakang Liliana, dan akhirnya Yoga langsung memeluk Liliana di dalam pelukannya.

"Tuhan, takut sekali," Liliana bergetar, dia benar-benar merasa ketakutan, hampir saja dia terjatuh ke lantai.

"Kamu hati-hati dong. Bagaimana kalau tadi di belakang tidak ada aku, kamu bisa terjatuh, kepala kamu bisa terbentur ke lantai. Bukankah itu bahaya," kata Yoga dengan perlahan. Liliana mencoba menorehkan sedikit senyumnya dia merasa tidak nyaman karena berada dalam pelukan Yoga. Yoga masih belum sadar bahwa sekarang dia sedang memeluknya dengan erat.

"Ahemm! Mau sampai kapan kalian berpelukan seperti itu, romantis sekali, kelas bahkan belum selesai dibereskan. Cepatlah aku harus segera pulang supirku sudah menunggu," ungkap Halma dengan nada tidak senang, melihat Yoga dan Liliana bersama.

Yoga tersadar bahwa dia benar-benar sedang memeluk gadis cantik yang manis dan sangat energik. Boleh dibilang Liliana adalah bintang kelas. Yoga langsung menatap mata Liliana, matanya membulat, dia baru tersadar dia telah memeluk wanita itu dengan erat.

Yoga pun langsung melepaskan pelukannya dengan perlahan, membiarkan Liliana duduk di bangku yang sempat dia naiki tadi.

"Maafkan aku halma, tadi Yoga hanya membantuku. Yoga menolongku karena aku hampir terjatuh," kata Liliana meminta maaf kepada Halma, sedangkan Halma benar-benar terlihat kesal kepadanya.

"Aku mau ke Rumah Sakit menjenguk Ibuku, makanya kalian jangan berleha-leha seperti itu. Aku tidak tenang. Aku ingin segera menemui ibuku," kata Halma kepada Liliana dan Yoga.

"Apa ibumu sakit?" tanya Yoga kepada Halma.

"Iya Ibuku baru saja selesai operasi, ada batu empedu di dalam ginjalnya. Karena itulah aku harua segera pulang, supirku sudah menungguku. kalian mah asik-asikan berpelukan." Halma masih merasa tidak senang karena dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan ibunya.

"Oke Halma, karena memang ibumu sedang sakit, kamu bisa pulang terlebih dahulu, aku yang akan membersihkan lantai, aku akan membersihkan kaca dan mengepel lantainya," kata Liliana dengan menorehkan senyum yang manis. Liliana memang selalu baik dan ramah kepada siapapun, walaupun orang itu terlihat tidak senang kepadanya.

"Benarkah. Aku boleh pulang terlebih dahulu? Aku benar-benar ingin segera berjumpa dengan ibuku. Aku merasa cemas dan khawatir." Halma terlihat bahagia, dia tersenyum manis.

"Iya tentu saja kamu boleh pulang terlebih dahulu. Yoga kamu juga boleh pulang duluan kok, aku yang akan membersihkannya," kata Liliana mengizinkan Halma untuk pulang. Halma pun langsung bersiap membereskan tasnya. Halma langsung pergi dari kelas itu, dan kini tersisalah Yoga dan Liliana.

"Kamu tidak pulang Yoga, kamu pulang saja, tidak apa-apa aku membereskan lantai sendirian, yang begini ini pekerjaan rumah yang bisa aku lakukan kok," kata Liliana kepada Yoga sambil menolehkan senyum yang manis, tetapi Yoga menggelengkan kepalanya, pria itu malah menatap dan Liliana dengan senyuman manisnya. Baru kali ini Yoga tersenyum seperti itu, Lian sempat tersentak, betapa tampannya senyuman itu, benar-benar merasakan degupan jantungnya berdetak kencang, melihat Yoga yang menatapnya dengan tatapan yang begitu tajam.

"Liliana ... apakah kamu sudah memiliki seorang kekasih?" tanya Yoga dengan perlahan, pria itu tiba-tiba saja membuka kaca matanya, saat Liliana terlihat begitu terkejut karena ternyata Yoga begitu tampan tanpa kacamata. Liliana menundukkan wajahnya, pipinya bersemu merah. Tetapi dia kini dilanda kebingungan tentang statusnya.

Haruskah dia jujur kepada Yoga, atau haruskah dia berbohong bahwa dia belum memiliki kekasih. Kini Liliana hanya bisa terdiam saja, dia tidak tahu harus menjawab apa kepada Yoga dan pertanyaan Yoga sepertinya tidak lazim bagi seorang teman.

"Liliana kenapa tidak menjawab pertanyaanku?" tanya Yoga sambil menatap Liliana dengan tajam. Yoga pun menghampiri dan mereka saling saling berdekatan. Yoga memegang bahu Liana dengan perlahan.

"Emmhh ... Yo, aku tidak bisa menjawabnya," ucap Liliana dengan perlahan, dan Lian segera menghindari Yoga mencoba untuk mengangkat kain pel dan embernya, tetapi tiba-tiba sahaja Yoga memeluk dari belakang.

"Apakah kamu sudah memiliki seorang kekasih?" kata Yoga, dengan perlahan pria itu memeluk tubuh mungil Liliana dari belakang, tubuh Liliana bergetar begitu hebat, dia tanpa sengaja melepaskan pegangan pada embernya dan ember tersebut akhirnya jatuh dan menumpahkan banyak air di lantai.

"Ahh ... maafkan aku, airnya tumpah semua." Liliana merasa sangat gugup dia menatap kearah Yoga dan mereka pun saling bertatapan, saat hendak mundur tiba-tiba saja Liliana terjatuh, gadis itu terpeleset jatuh terlentang dan menendang kaki Yoga, membuat Yoga ikut terjatuh, sehingga kini badan Yoga berada di atas tubuh Liliana.

"Hah hah hah ... aduh sakit," kata Liliana pelan, sambil mendesah karena merasa sakit, kepalanya terasa pusing, bahkan kini Liliana merasa begitu sesak karena tubuh Yoga sudah menindih tubuhnya.

Kini posisi Yoga dan Liliana seperti orang yang sedang bercinta. Yoga berada di atas Liliana dan Liliana menetap Yoga dari bawah. Yoga menatap Liliana tanpa henti, pria itu seolah tidak mau beranjak dari posisinya, pria itu tiba-tiba saja mengelus rambut Liliana, mereka sudah basah karena air dari ember tersebut, baju mereka basah semuanya. Yoga malah mengelus rambut Liliana dengan lembut.

"Liliana, aku suka sama kamu," kata Yoga dengan suara yang begitu pelan, berbisik begitu mesra ke arah telinga Liliana, lalu menggigit kecil telinga tersebut.

Membuat Liliana hanya bisa memejamkan mata ketika bibir Yoga mulai menggigit kecil daun telinganya, gadis itu tidak bisa bergerak lagi, tubuhnya bergetar begitu hebat, jantungnya berdegup begitu kencang. Benar sekali, Yoga memang tampan dan posisi seperti ini posisi siap untuk bertempur.

"Yo-Yoga ... Wait," kata Liliana sambil mencoba menyentuh pipi Yoga dengan kedua tangannya.

Yoga jadi semakin terguncang, ketika tangan lembut Liliana menyentuh pipinya, pria itu seolah sangat bernafsu, melihat gadis yang kini sedang bertumbuh basah itu melekat dengan tubuhnya.

"Li ...." bisik Yoga perlahan, pria itu kembali menatap mata cantik milik Liliana, benar-benar sebuah tatapan yang membuat Liliana tidak bisa untuk menolak. Gadis itu kini hanya bisa pasrah ketika bahkan Yoga mulai meraup bibirnya dengan penuh nafsu dan gairah.

"Emmhhhhm ...."

Desahan itu keluar dari bibir Liliana ketika Liliana mau berkata tanpa aba-aba Yoga langsung menyambar bibir mungil itu. Kini mereka menyatukan bibir mereka dan bertukar saliva. Yoga mengabsen suruh gigi gadis itu. Lidahnya meliuk ke seluruh rongga bibir gadisnya, memeriksa seluruh saliva yang basah namun terlihat begitu nikmat dan memabukan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status