Ega,Nabila,dan Ratna seketika berdiri dari tempat duduknya setelah melihat orang yang mereka tunggu akhirnya datang juga ke sekolah.Ketiganya langsung mencegat Fitri yang hendak masuk ke kelas.
"Kenapa tak pernah masuk sekolah?"tanya Ega melipat kedua tangannya di depan dada dan bersandar di dinding.
"Sejujurnya gue nggak peduli sih mau Lo sekolah atau enggak...gue cuman mau tanya dari mana uang untuk menebus diri Lo sendiri."Fitri menggerutkan keningnya tak mengerti dengan apa yang Ega katakan.Menebus dirinya sendiri?
Benar juga Fitri kan sudah dijual oleh mereka selama 3 hari.Tapi Fitri tak pernah datang lagi ke club DIONYSIUS.Alasannya karena belakangan ini Safira terus mengajaknya jalan-jalan.Dia juga sudah lupa dengan permasalahan ini.
"Lo cari om-om yang lebih kaya kan?"tuduh Nabila yang mendapatkan gelengan dari sang empunya.
"Jika bukan,Lo pasti nyuri kan?"Lagi-lagi Fitri menggeleng cepat menampik tuduhan yang diberikan oleh Ratna.
Fitri sendiri juga bingung,perempuan itu terlihat berpikir keras tentang apa yang sebenarnya terjadi dan tak ia ketahui.
Fitri tercekat begitu Ega mencekram dagu nya secara tiba-tiba.
"Siapa yang sudah menebus mu,"kata Ega penuh penekanan.
"Aku juga tak tahu,"jawab jujur Fitri.
"Jangan bohong,"bentak Ega membuat Fitri seketika memejamkan matanya.
"Tapi aku memang tidak tau."Ega semakin dibuat geram,gadis itu mengangkat tangan ke udara hendak menampar wajah Fitri,sayangnya sebuah tangan langsung menghentikannya.
"Apa yang Lo lakuin,"ketus Tasya si sekertaris OSIS.Ini adalah jamnya untuk beronda keliling sekolah,mungkin saja kan ada anak-anak nakal yang mau bolos sekolah atau anak-anak nakal yang melakukan pelanggaran dengan cara merokok di tempat-tempat rahasia.
Ega berusaha melepas cekalan tangan Tasya dengan susah payah,tapi sayangnya tenaganya kalah besar dengan tenaga Tasya.Tak salah sih karena Tasya sudah punya sabuk hitam taekwondo.
"Lepaskan,"pekik Ega masih berusaha melepaskan nya.
Seketika Tasya melepaskannya,terlihat jelas pergelangan tangan Ega yang terdapat bekas kemerahan.
"Lo gila ya,"ujar Ega menunjuk kearah Tasya.
Nabila mendorong tubuh Tasya ke belakangn dengan jari telunjuk nya.
"Jangan mentang-mentang Lo anak OSIS jadi kasar sama siswa-siswi yang tak memiliki jabatan apapun di sekolah.Lo pikir Lo itu ratu disini?jadi babu aja bangga,"bentak Nabila dengan lantangnya,bahkan mengundang perhatian murid-murid lainnya.
"Kalau gue babu terus kalian apa?sampah sekolahan?"ketus Tasya membuang wajahnya ke sembarang arah.
Nabila yang tersulut emosi hendak menampar wajah Tasya.
"Jangan berani nyentuh gue,atau Lo tau akibatnya."Seketika Nabila mengerem tangannya yang masih di udara.Gadis itu mengepalkan tangan dan menurunkannya kembali.
Ratna maju ke depan berdiri diantara keduanya."Siapa yang memberimu hak untuk ikut campur?"ujarnya menatap tajam Tasya.
"Lo diam aja ogeb!!"ketus Tasya tak kalah tajam menatap gadis di depannya,alhasil Ratna langsung kicep dibuatnya.
"Sekali lagi gue ngeliat kalian ngebully anak-anak lainnya,gue pastiin kepala sama tubuh Lo nggak bakalan nyatu,"ancam Tasya berjalan pergi melanjutkan patrolinya yang sedikit tertunda.
Fitri sama sekali tak memperdulikan perseteruan barusan,ia masih memikirkan siapa yang sudah menebusnya.Uang yang dibuat menebus pasti banyak,mustahil kalau sedikit.
***
Flashback on
Pria bertubuh kekar yang bekerja sebagai penjaga club Dionysus terlihat berlarian menuju ke tempat kerja bosnya.Wajahnya sudah babak belur dengan darah yang terus mengalir dari dahinya.
Tanpa mengetuk pintunya dahulu ia langsung menyelonong masuk.Bosnya seketika menatap nyalang kearahnya,ia tak peduli pria itu masih berusaha mengatur nafasnya agar bisa menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Ku rasa kau perlu mendapat pelajaran."Bosnya itu seketika menghentikan langkahnya saat melihat memar-memar di wajah anak buahnya.
"Apa yang terjadi,"tanyanya.
"Dia disini"Mata Dimas seketika melotot.Seketika tubuhnya menegang saat ada gadis yang amat ia kenal masuk ke dalam tempat kerjanya.
"Apa kabar?"Safira mendudukkan dirinya ke kursi kebanggaan milik Dimas,kursi yang hanya diperbolehkan di duduki oleh Dimas seorang.
"Gue rasa club nya tambah ramai ya,berapa banyak pendapatan malam ini?"tanya Safira membuat Dimas berjalan dan membuka laporan keuangan malam itu.
"Berkisar 789 juta-an,tadi ada banyak pengusaha yang menyewa ruangan VVIP."Safira hanya ber'oh'ria mendengarnya.
"Gue dengar-dengar ada pelac*r baru ya?"tanya Safira yang terdengar aneh di telinga Dimas, pasalnya biasanya pemilik club Dionysus ini hanya datang untuk mengambil uang hasil pendapatan.
"Mungkin ada 5 gadis yang datang kesini,"jawab Dimas.
"Sebutkan nama-nama nya,"suruh Safira sembari mengangkat kakinya ke atas meja dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.
"Maya,Lia,Viana,Amel dan juga Fitri.Mereka semua masih perawan pas datang kesini,pas banget dengan datangnya para pengusaha.Mereka membayar dengan harga mahal,"jelas Dimas tersenyum manis mengingat pendapatan malam ini sedikit meningkat.Pasti bonus kerjanya juga ikut meningkat.
"Bukankah diantara mereka ada yang masih sekolah...kenapa kau memperkerjakan anak yang dibawah umur."Kaki Dimas mundur kebelakang begitu Safira menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Bukankah sudah berkali-kali kuingat kan jangan memperkerjakan anak dibawah umur kenapa kau masih ngeyel sih,boleh-boleh saja mencari yang perawan tapi coba Lo pikir lah bego...mereka masih menuntut ilmu,dan jalan mereka masih panjang."
Dimas membungkuk."maafkan saya,lain kali saya akan bekerja dengan baik."Safira menggeleng cepat dan detik selanjutnya melemparkan amplop kelantai,hal itu membuat bunyi yang sedikit keras.
Alis Dimas terangkat,tangannya mengambil amplop itu.Matanya membulat ketika melihat lembaran uang yang banyak.
"Angkat kaki mu dari sini,"ujar Safira.
Dimas yang mendengar bahwa dirinya dipecat pun langsung berhambur memeluk kaki Safira.Aksinya itu justru membuat Safira risih.Bahkan Dimas tak peduli dengan penjaga yang masih diam disini menyaksikannya yang merendah hanya untuk tetap bertahan di club ini.
"Beri saya kesempatan,saya benar-benar akan bekerja dengan baik...tolong pikirkan kembali,"ujarnya masih setia memeluk kaki Safira.
"Mencari orang-orang yang mau bekerja menjadi bos disini itu sangat mudah,apalagi mendengar mereka mengatakan bakalan bekerja dengan baik...tapi setelah diterima mereka akan cenderung bermalas-malasan dan akhirnya mengingkari ucapannya."Safira dibuat geleng-geleng kepala oleh banyaknya orang yang melamar pekerjaan disini, jika dihitung sudah banyak sekali pekerja yang menjadi bos disini dan berakhir di pecat olehnya.
Hal utama yang dibenci dalam hidup Safira adalah mengingkari ucapan atau janji.Setelah mengetahui seseorang mengingkarinya,Safira tak akan lagi memberikan kepercayaan kepada orang itu.Mustahil karena pada dasarnya lain di mulut lain juga di hati,bisa saja kan menjadi seorang pengkhianat setelahnya,itulah yang membuat Safira langsung memecat bawahnya.
"Pergilah,menendang mu dari sini tak akan membuat ku bangkrut.aku bisa saja mencari penggantimu dengan mudah,"usir Safira.Sepertinya gadis itu sudah membuat keputusan matang-matang.
"Kau"Safira menunjuk penjaga club yang asik menyimak dengan diam.
"Cepat bawa dia keluar dari sini dan panggil kan bartender Wafa."
Penjaga itu segera melaksanakan perintah yang diberikan untuknya, pertama-tama ia membawa Dimas pergi dari club ini meski sedikit kesusahan sih.Setelahnya ia memanggil bartender Wafa agar ke lantai atas menemui Safira.
"Anda memanggil saya?"tanya Wafa menunjuk dirinya sendiri.
"Kau bekerja di club ini berapa lama?"tanya Safira sambil memakan mie instan di depannya.Tadi dia menyuruh salah satu pekerja agar membuatkan dia mie,alhasil pekerja itu langsung ngacir mencari minimarket terdekat.Sampai-sampai pekerja itu mendobrak paksa agar pemiliknya bangun.
Karena membawa Fitri ke apartemen nya sampai-sampai membuatnya lupa makan,mungkin belanjaannya tadi masih ada di meja makan belum ia taruh ke rak penyimpanan.
"Mungkin sekitar 5 tahun sejak club ini dibangun,"ujarnya mendapat anggukan kecil dari Safira.
Sedangkan pria yang sudah berkepala 3 itu terlihat sabar menunggu respon apa yang diberikan oleh Safira selanjutnya.
"Kuah mienya sangat gurih,"ujarnya yang lebih memilih mengomentari makanan nya.
"Jadi,anda memanggil saya kesini untuk apa?"tanyanya membuat Safira menghentikan acara makannya.
"Untuk apa ya?aku juga lupa."
"Jika bukan atasan ku mungkin sudah ku bunuh sejak lama kau gadis kecil,"batin Wafa teriak penuh kekesalan.
Safira menggebrak meja didepannya pelan."Aku ingat sekarang...bagaimana kalau kau saja yang menjadi bos disini,aku tidak menerima penolakan."
Seketika Wafa kembali menutup mulutnya yang hendak mengucapkan beberapa kalimat.Pria itu nampak pasrah padahal dia lebih suka bekerja menjadi bartender,kalau menjadi bos pasti lebih sering menyuruh-nyuruh anak buahnya.
"Pertama bebaskan para pelac*r yang dibawah umur,itu pekerjaan mu."Wafa membungkuk memberi hormat dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
"Kalau ada nasi pasti lebih enak nih,"ujarnya melanjutkan memakan mie instan.
Flashback off
Dafa menunduk kebawah begitu para teman-teman sekelasnya melontarkan kata-kata menyakitkan untuknya. 'Sudah bodoh sering bolos dijam pelajaran lagi' 'Kalau tak niat sekolah mending keluar saja dari STRIDE HIGHSCHOOL' 'Otak bodohmu itu bisa menular pada kita' 'Kenapa diam saja?tidak hanya bodoh kau juga sudah bisu ya?' 'Mati saja sana...' Dan masih banyak lagi.Dafa mendongak menatap kearah gurunya yang memilih diam tak peduli. "Pak Arga"serunya membuat wali kelasnya itu menatap kearah nya. "Pergilah,aku tak menerima murid yang otaknya saja tak ada." "Eh?!!"Dafa mundur perlahan ke belakang,kenapa gurunya justru ikut-ikutan mengatakan hal itu.Bukannya menengahi malah memusuhinya. "Tapi kenapa?saya hanya bolos jam pelajaran dua kali kan,itu pun karena saya ingin menghirup udara segar."Dafa tentunya tak terima dengan keputusan yang diberikan oleh gurunya.Sekolah disini saja bayar banyak,masa dengan mudahnya n
Beberapa polisi ditugaskan untuk kerumah Dafa dan berniat untuk mengintrogasi anak remaja itu.Sayangnya orangtua Dafa bilang kalau Dafa tak pulang setelah memberikan secarik kertas.Setelah membuka kertas tersebut orangtuanya benar-benar terpukul,menangis dimalam itu juga.Isi dari secarik itu terbilang cukup menyedihkan jika dibaca oleh keduanya yang menyandang sebagai ayah dan ibu.Kira-kira begini isi dari secarik kertas itu:--Untuk mu laki-laki kuat dan perempuan terhebat, terimakasih banyak sudah membesarkan ku hingga kini.Aku senang kalian yang menjadi orangtua ku.Jika aku tak lagi membuka mataku besok pagi,anakmu ini tak akan pernah menyesal.Hidup menjadi anak kalian adalah sebuah keindahan.Jangan mencari ku karena aku sudah bahagia disini.Pastikan kalian bahagia juga ya,maaf jika Dafa pernah melakukan kesalahan.Dafa benar-benar mencintai kalian--Orangtua mana yang tak menangis saat membacanya coba.Polisi akhirnya memilih menutup kasus ini
Ega dan Nabila terlihat berseteru mempermasalahkan sesuatu.Keduanya saling beradu argumen dan ngotot tidak mau mengalah. "Udah dong jangan berantem lagi,"ujar Ratna menengahi mereka. "Ngaku aja deh,gue juga nggak buta kok...gue ngeliat Lo jalan sama pacar gue kemarin di mall,"kata Ega sembari mendorong tubuh Nabila ke tembok. "Ngaku apaan sih,kan udah gue bilang kalau itu bukan gue,"kilah Nabila membela diri sendiri. "Kalau Lo mau pacar gue bilang aja,bakal gue kasih kok.Tapi tolong jujur aja sama gue,kalau itu emang Lo,"ujar Ega mencari kebenaran dari Nabila.Pacar tak berarti untuknya,ia hanya ingin kejujuran dari mulut temannya itu. "Gue kan udah bilang kalau itu bukan gue,kenapa Lo ngeyel banget sih,"bentak Nabila membuat gadis didepannya sedikit terkejut.Pasalnya baru kali ini Nabila meninggikan suaranya saat berhadapan dengan nya langsung.Ini kah sifat asli sahabatnya? "Nabila,"seru Ega tak percaya. "Kenapa?Lo kaget
Kaca yang tertutupi oleh titik-titik air(uap)diusap pelan oleh seorang pria.Wajahnya memperlihatkan senyum menyeringai begitu kacanya bersih dari embun.Tawa-tawa renyah begitu menggema ke seisi ruangan bernuansa hitam dan putih.Dia yang diprediksi mati oleh semua orang ternyata masih hidup hingga kini.Bahkan masih sehat wal Afiat."Gue suka darah loh,"monolognya tersenyum menatap ke bayangannya yang dipantulkan oleh cermin.Dia Dafa Nelson,mantan murid Stride Highschool yang digadang-gadang sebagai pelaku pembunuh Pak Arka."Ah!!akhirnya gue bisa melakukan apapun tanpa berpikir panjang lagi...GUE BEBAS"teriaknya diakhir kalimat."Dafa,"seru Leo si ketua devisa pertama.Dafa pun menoleh menatap kearah lelaki yang sudah memanggil namanya."Ada apa?"ketus Dafa kesal karena sudah diganggu.Leo sedikit meyingkir ke samping,di belakangnya ternyata sudah ada gadis cantik yang memakai dress hitam dengan rambut dicepol.Dafa seketika te
Demi keamanan murid-murid Stride Highschool akhirnya pelajaran mulai di lakukan secara daring.Tidak ada yang diizinkan keluar rumah kecuali hanya ada kepentingan saja.Safira yang mengetahui hal itu malah tak memperdulikan nya,toh kematian pasti akan menjemput semua makhluk hidup.Mati ya mati aja,lagian udah takdir.Gadis itu sekarang sedang jalan-jalan dengan Anggara menyusuri jalanan dengan sepeda."Gue haus nih,"keluh Safira mengadu pada Anggara.Alhasil membuat pria itu segera mengerem sepedanya."Biar gue beliin minum,Lo tunggu aja di kursi itu,"ujar Anggara menunjuk kursi kosong yang tak jauh dari mereka."Yaudah tapi jangan lama-lama ya."Anggara mengangguk dan mengacak-acak rambut Safira sebelum akhirnya dia pergi.Tapi ini sepertinya akan menjadi pertemuan terakhir mereka.Karena DIA mulai melancarkan aksinya.***Anggara mengucap syukur begitu melihat minimarket.Ia langsung memarkirkan sepedanya.Lak
"Tante,"seru Safira pada ibu Tasya.Karena sudah lelah mencari keberadaan Anggara kesana-kemari akhirnya Safira menyerah dan lebih memilih mendatangi rumah temannya barang kali kan Anggara mengirim sesuatu contohnya pesan teks.Lagian tadi Safira tak membawa ponsel saat jalan-jalan."Eh Safira,ayo masuk dulu."Ibu Tasya mempersilahkannya masuk.Sekian lama tak pernah bermain ke rumah Tasya dan kedatangan nya itu bagaikan kejutan bagi Ibu Tasya,sungguh wanita yang berprofesi sebagai dokter itu sangat bahagia."Tante buatin minum dulu ya,kamu langsung pergi aja ke lantai atas.Mungkin Tasya nya lagi nonton Drakor."Wanita itu segera pergi ke dapur.Tanpa menunggu lebih lama lagi,Safira pun mulai naik kelantai atas.Sepi itulah gambaran kamar Tasya sekarang.Dimana keberadaan pemilik kamar itu?"Tasya,"teriak Safira yang tak mendapat respon dari pemilik nama.Perhatian gadis itu teralihkan oleh pintu balkon yang terbuka.Kakinya berjalan ingin
"woy,"teriak Anggara pada seseorang yang tengah tak sadarkan diri di sel yang bersebelahan dengan nya.Tak butuh waktu lama orang yang ia teriaki itupun tersadar."Lo kenapa disini,"tanya Anggara pada laki-laki yang tak lain adalah Toni."Lo juga kenapa ada disini?"tanya balik Toni."Panjang ceritanya,"ujar Anggara mengusap wajah nya kasar.Toni mengedarkan pandangannya ke sekeliling.Ada banyak juga orang-orang yang di masukkan ke dalam sel sepertinya.Sel itu membentuk sebuah lingkaran dan ditengahnya ada brankar.Awalnya mimik wajah Toni biasa saja tapi begitu pandangannya menangkap beberapa benda tajam ia pun langsung tercekat."Bro apakah ini hari terakhir kita ada di dunia ini?"tanya Toni mendekat ke pembatas sel dirinya dengan sel milik Anggara."Gue nggak tau,tapi kayaknya iya,"jawab Anggara menghela nafas untuk kesekian kalinya.Toni menggeleng cepat,bagaimanapun dia tak ingin mati dengan cara nyeleneh,ia ingin ma
Azka mengecek kondisi wanita di depannya,dan hasilnya benar-benar sudah pulih.Hanya mungkin jangan terlalu banyak gerak agar jahitannya tak robek."Seharusnya Lo gak usah nyembuhin gue,toh nantinya kalian bakalan bunuh kita semua kan?"Azka tak menghiraukan ucapan Tasya itu,ia justru memilih menggembok kembali sel Tasya.Azka dibuat hampir serangan jantung begitu ia berbalik dan sudah ada sesosok berhoodie abu-abu yang berdiri sedikit jauh darinya.Semua mata tahanan di dalam sel pada menyipit,tak terlalu jelas siapa yang datang itu.Hanya ada sedikit cahaya yang menyinarinya.Sesosok itu mulai berjalan dan perlahan-lahan membuka topi yang menutupi wajahnya.Tangannya mengacak rambut yang hanya sebahu dengan pelan.Langkahnya terhenti tak begitu jauh dengan jarak Azka.Anggara seketika berdiri dan berjalan ke pintu sel."Safira,"serunya setelah dengan jelas mengetahui wajah seseorang yang datang tersebut."Saf,lari Lo ngapain sih disini,"