Dafa menunduk kebawah begitu para teman-teman sekelasnya melontarkan kata-kata menyakitkan untuknya.
'Sudah bodoh sering bolos dijam pelajaran lagi'
'Kalau tak niat sekolah mending keluar saja dari STRIDE HIGHSCHOOL'
'Otak bodohmu itu bisa menular pada kita'
'Kenapa diam saja?tidak hanya bodoh kau juga sudah bisu ya?'
'Mati saja sana...'
Dan masih banyak lagi.Dafa mendongak menatap kearah gurunya yang memilih diam tak peduli.
"Pak Arga"serunya membuat wali kelasnya itu menatap kearah nya.
"Pergilah,aku tak menerima murid yang otaknya saja tak ada."
"Eh?!!"Dafa mundur perlahan ke belakang,kenapa gurunya justru ikut-ikutan mengatakan hal itu.Bukannya menengahi malah memusuhinya.
"Tapi kenapa?saya hanya bolos jam pelajaran dua kali kan,itu pun karena saya ingin menghirup udara segar."Dafa tentunya tak terima dengan keputusan yang diberikan oleh gurunya.Sekolah disini saja bayar banyak,masa dengan mudahnya ngeluarin gitu aja.
"Memangnya saya peduli.Kamu itu disini hanya menggangu teman-teman kelas mu yang datang untuk menuntut ilmu,"kata pak Arga yang tak menyaring ucapannya itu.
"Jadi saya pengganggu disini ya,"gumam Dafa menunduk kebawah.Tangannya terkepal kuat hingga urat-urat di tangannya jelas terlihat.
Teman sekelasnya justru melemparinya dengan kertas-kertas yang sudah diremas-remas hingga berbentuk bulat.
"Baiklah saya akan pergi dari sini,"ujarnya meninggalkan kelas yang tengah gaduh itu.
***
14 Oktober 2019
Pak Bejo menyapu area sekolah dengan dibarengi anak-anak OSIS lainnya,karena acara semalam lah mereka membersihkan lapangan seluas ini.Meski begitu mereka sangat senang karena acara yang mereka rencanakan berjalan dengan sangat lancar.
Ada beberapa anak OSIS yang sepertinya kelelahan dan memilih untuk istirahat sejenak.Sekolah diliburkan satu hari dan besok sudah masuk lagi,jadi tidak ada istirahat untuk anak-anak OSIS.
Di koridor sekolah salah satu anggota OSIS berlarian menuju ke anak-anak yang berada di lapangan.
Begitu dia datang semua mata beralih menatap bingung kearahnya,tentu saja karena dia datang dengan menggebu-gebu.
"Kenapa?"tanya Anggara begitu melihat wajah anggotanya pucat pasi.Khawatir?ya tentu saja,namanya juga seorang ketua.
"Lo nggak apa-apa kan?nih minum dulu."Safira menyodorkan minuman yang ada di tangannya.
Gadis bernama Athalla itu dengan cepat menggambil minumannya dan meminumnya hingga tandas.
"Kalau sudah tenang coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi,"ucap Tasya yang penasaran.
Athalla menunjuk arah dimana tadi ia berlarian."Di sana,di gudang ada mayat."Mereka semua yang mendengarnya melotot sempurna.
"Lo nggak lagi bercanda kan?"timpal Toni mendapat gelengan dari Athalla.
"Lihat saja sendiri,aku takut."
Anak-anak OSIS dan juga pak Bejo mengecek apakah benar yang dikatakan oleh anak tadi,mereka semua menuju ke arah gudang.
Anggara yang berjalan di depan tiba-tiba menghentikan kakinya tepat di ambang pintu.Toni yang merasa aneh dengan sikap temannya itu langsung menghampirinya.Justru ia juga ikut mematung seperti Anggara.
"Bro,Lo nyium bau nggak enak kan?"tanya Anggara yang jantungnya sudah dag-dig-dug ser.
"Iya kayak bau amis-amis gitu,"ujar Toni menelan ludahnya sendiri.
Safira segera merangkul kedua pundak temannya itu."berpikir positif dulu lah,mungkin aja baunya batang tikus,"timpalnya.
Safira berjalan duluan masuk kedalam,tapi baru beberapa langkah ia berhenti dan matanya tertuju pada sesosok tubuh yang tak lagi bergerak.
Gejolak dalam tubuh Safira menghasilkan rasa mual.Di depannya sudah ada korban pembunuhan yang bisa dikatakan sangat-sangat sadis.Itu terlihat seperti salah satu guru Stride Highschool,Laki-laki?kira-kira siapa yang tadi malam menghilang secara misterius.
"Kena--"Anggara menarik sedikit tubuh Safira agar mundur kebelakang.
"Panggilkan polisi woy,"teriak Anggara kepada teman-temannya yang masih di ambang pintu.
"Siapa dia?"tanya nya menunjuk kearah mayat yang isi kepalanya sudah berceceran kemana-mana.
Anggara tidak mengatakan apapun, laki-laki itu menarik tangan Safira agar keluar dari gudang tersebut.
"Gimana?udah Lo hubungi ke polisian?"tanya Anggara pada Toni.
"Sebentar lagi bakalan kesini,"jawab Toni sembari memasukkan kembali ponselnya ke saku celana.
"Beneran ada mayat di dalam?"tanya Toni mendapat anggukan dari Anggara.
"Kayaknya guru sini deh,"jawabnya beralih menatap gadis di sampingnya.
"Lo nggak apa-apa kan?"tanyanya yang tak digubris oleh Safira.
"Kenapa harus disini,"kata Safira menunduk kebawah.
Anggara menarik Safira kedalam dada bidangnya.Pria itu mengelus-elus rambut sebahu milik Safira.
"Tenang,nggak usah berpikiran kemana-mana.Lagian ini tak sama dengan korban berantai itu,"seru Anggara yang tak membuat gadis itu tenang,justru malah gemetar ketakutan.
"Lo lihat tulisan di dinding tadi kan?"tanya Safira mengingat dengan jelas tulisan di dekat mayat tadi yang ditulis dengan darah.
"Dia menulis 'SEE U LATER' Lo ngerti maksudnya kan"lanjut Safira memejamkan matanya sejenak.
Anggara mendengar gemeretak gigi yang beradu dari mulut Safira.
"Tenang lah dulu,jangan sampai karena kita mereka semua ikutan ketakutan."Anggara menangkup wajah gadis itu,matanya menatap lekat bola mata Safira.Safira merasakan sedikit ketenangan.
"Benar,gue harus tenang.Lagian ini bukan kasus pembunuhan berantai itu."
***
Polisi sibuk mencari jejak yang ditinggalkan oleh pembunuh tersebut.sayangnya mereka tak mendapatkan apapun.Hanya ada tulisan 'See u later' di dinding.
Jika mengatakan bahwa kasus ini dilakukan oleh pembunuh yang sama,terlalu mustahil.Karena yang dilakukan pembunuh berantai itu menebas leher setiap korbannya dan akan menghanyutkan ke perairan,biasanya sih danau atau sungai.Tapi untuk kali ini isi kepalanya yang berceceran kemana-mana dan lagi luka tusukannya lebih banyak kira-kira 24 tusukan di perut dan dada.
Mayat tersebut sudah dibawa untuk diotopsi beberapa jam yang lalu.Polisi masih setia berada di TKP,ada juga polisi yang mengintrogasi anak-anak OSIS satu persatu.Pak Bejo sudah diinterogasi dan hasilnya tak ada yang mencurigakan.
Sayang sekali di area gudang ini tak ada satupun CCTV yang terpasang.
Guru-guru lainnya juga sudah berada di TKP,hanya ada satu guru yang tak ada disana.Mereka semua curiga kalau guru itu yang meninggal.Pak Arga wali kelasnya X IPA 3,sejak tadi tak terlihat batang hidungnya di TKP.
Seorang polisi bertag namakan 'ANDRI GUNAWAN' keluar dari gudang tersebut sambil membawa secarik kertas,sepertinya polisi itu berhasil mendapatkan sesuatu.
Andri segera memberikannya ke komandannya."saya menemukan ini,"ujarnya menyerahkan secarik kertas itu.
Tulisannya terlihat sangat rapi sekali,seperti ditulis oleh perempuan.Kau tau kan biasanya yang cenderung memiliki tulisan indah lebih banyak perempuan.
(Terimakasih banyak akhirnya aku tau apa itu OTAK. Bentuknya sangat lucu,hahaha.Kata dokter semua orang pasti memiliki OTAK,tapi kenapa kau berbohong padaku mengatakan bahwa aku tak memiliki OTAK.Kau tau kan kalau berbohong itu perbuatan yang tak baik,dan orang yang melakukan itu SANGAT PANTAS DIHUKUM.Tenang saja kau hanya berhenti bernafas,nanti juga kau mendapat banyak keuntungan.Pasti orang-orang yang jauh darimu akan lebih dekat lagi,dan keluargamu akan mengucapkan rasa cintanya untukmu.Jujur saja aku sangat baik kan.Sampai jumpa lagi...hahaha.
Otopsinya berjalan lancar-lancar saja dan juga dugaan semua guru benar,kalau yang meninggal itu adalah Pak Arka.
Sedih?tentu saja karena baru tadi malam merayakan ulang tahun Stride Highschool yang ke-21,kok malah sekarang mengetahui beliau tak bernyawa lagi.
Kabar tersebut juga langsung diberitakan di media sosial,ada satu anak yang langsung datang ke sekolah setelah melihatnya di berita.
"Pak,saya mencurigai seseorang,"ujar Rio kepada kepala sekolah nya,panggil dia Pak Bondan.
"Mencurigai,siapa?"Pak Bondan tersenyum berharap darinya mendapatkan titik terang.
"Dafa teman sekelas saya yang baru saja keluar sekolah,dia sepertinya dendam pada Pak Arka."
"Memangnya kesalahan apa yang dibuat oleh Pak Arka?"tanya Pak Bondan yang sangat tau betul kalau Pak Arka itu orangnya baik hati dan sangat ramah.
Rio menarik nafasnya panjang-panjang.Ia mulai menceritakan pasca hari dimana Dafa yang diolok-olok oleh seluruh kelas termasuk Pak Arka.Tak ada yang ditambah dari ceritanya, remaja pria itu menceritakannya dengan sangat rinci.
Pak Bondan menepuk pundak Rio."terimakasih saya akan menyuruh kepolisian kerumah Dafa sekarang."Rio mengganguk.
Sekarang sudah jelas karena dari kertas tersebut dan penjelasan Rio benar-benar mengarah pada Dafa.Tersangka utamanya adalah Dafa.
Beberapa polisi ditugaskan untuk kerumah Dafa dan berniat untuk mengintrogasi anak remaja itu.Sayangnya orangtua Dafa bilang kalau Dafa tak pulang setelah memberikan secarik kertas.Setelah membuka kertas tersebut orangtuanya benar-benar terpukul,menangis dimalam itu juga.Isi dari secarik itu terbilang cukup menyedihkan jika dibaca oleh keduanya yang menyandang sebagai ayah dan ibu.Kira-kira begini isi dari secarik kertas itu:--Untuk mu laki-laki kuat dan perempuan terhebat, terimakasih banyak sudah membesarkan ku hingga kini.Aku senang kalian yang menjadi orangtua ku.Jika aku tak lagi membuka mataku besok pagi,anakmu ini tak akan pernah menyesal.Hidup menjadi anak kalian adalah sebuah keindahan.Jangan mencari ku karena aku sudah bahagia disini.Pastikan kalian bahagia juga ya,maaf jika Dafa pernah melakukan kesalahan.Dafa benar-benar mencintai kalian--Orangtua mana yang tak menangis saat membacanya coba.Polisi akhirnya memilih menutup kasus ini
Ega dan Nabila terlihat berseteru mempermasalahkan sesuatu.Keduanya saling beradu argumen dan ngotot tidak mau mengalah. "Udah dong jangan berantem lagi,"ujar Ratna menengahi mereka. "Ngaku aja deh,gue juga nggak buta kok...gue ngeliat Lo jalan sama pacar gue kemarin di mall,"kata Ega sembari mendorong tubuh Nabila ke tembok. "Ngaku apaan sih,kan udah gue bilang kalau itu bukan gue,"kilah Nabila membela diri sendiri. "Kalau Lo mau pacar gue bilang aja,bakal gue kasih kok.Tapi tolong jujur aja sama gue,kalau itu emang Lo,"ujar Ega mencari kebenaran dari Nabila.Pacar tak berarti untuknya,ia hanya ingin kejujuran dari mulut temannya itu. "Gue kan udah bilang kalau itu bukan gue,kenapa Lo ngeyel banget sih,"bentak Nabila membuat gadis didepannya sedikit terkejut.Pasalnya baru kali ini Nabila meninggikan suaranya saat berhadapan dengan nya langsung.Ini kah sifat asli sahabatnya? "Nabila,"seru Ega tak percaya. "Kenapa?Lo kaget
Kaca yang tertutupi oleh titik-titik air(uap)diusap pelan oleh seorang pria.Wajahnya memperlihatkan senyum menyeringai begitu kacanya bersih dari embun.Tawa-tawa renyah begitu menggema ke seisi ruangan bernuansa hitam dan putih.Dia yang diprediksi mati oleh semua orang ternyata masih hidup hingga kini.Bahkan masih sehat wal Afiat."Gue suka darah loh,"monolognya tersenyum menatap ke bayangannya yang dipantulkan oleh cermin.Dia Dafa Nelson,mantan murid Stride Highschool yang digadang-gadang sebagai pelaku pembunuh Pak Arka."Ah!!akhirnya gue bisa melakukan apapun tanpa berpikir panjang lagi...GUE BEBAS"teriaknya diakhir kalimat."Dafa,"seru Leo si ketua devisa pertama.Dafa pun menoleh menatap kearah lelaki yang sudah memanggil namanya."Ada apa?"ketus Dafa kesal karena sudah diganggu.Leo sedikit meyingkir ke samping,di belakangnya ternyata sudah ada gadis cantik yang memakai dress hitam dengan rambut dicepol.Dafa seketika te
Demi keamanan murid-murid Stride Highschool akhirnya pelajaran mulai di lakukan secara daring.Tidak ada yang diizinkan keluar rumah kecuali hanya ada kepentingan saja.Safira yang mengetahui hal itu malah tak memperdulikan nya,toh kematian pasti akan menjemput semua makhluk hidup.Mati ya mati aja,lagian udah takdir.Gadis itu sekarang sedang jalan-jalan dengan Anggara menyusuri jalanan dengan sepeda."Gue haus nih,"keluh Safira mengadu pada Anggara.Alhasil membuat pria itu segera mengerem sepedanya."Biar gue beliin minum,Lo tunggu aja di kursi itu,"ujar Anggara menunjuk kursi kosong yang tak jauh dari mereka."Yaudah tapi jangan lama-lama ya."Anggara mengangguk dan mengacak-acak rambut Safira sebelum akhirnya dia pergi.Tapi ini sepertinya akan menjadi pertemuan terakhir mereka.Karena DIA mulai melancarkan aksinya.***Anggara mengucap syukur begitu melihat minimarket.Ia langsung memarkirkan sepedanya.Lak
"Tante,"seru Safira pada ibu Tasya.Karena sudah lelah mencari keberadaan Anggara kesana-kemari akhirnya Safira menyerah dan lebih memilih mendatangi rumah temannya barang kali kan Anggara mengirim sesuatu contohnya pesan teks.Lagian tadi Safira tak membawa ponsel saat jalan-jalan."Eh Safira,ayo masuk dulu."Ibu Tasya mempersilahkannya masuk.Sekian lama tak pernah bermain ke rumah Tasya dan kedatangan nya itu bagaikan kejutan bagi Ibu Tasya,sungguh wanita yang berprofesi sebagai dokter itu sangat bahagia."Tante buatin minum dulu ya,kamu langsung pergi aja ke lantai atas.Mungkin Tasya nya lagi nonton Drakor."Wanita itu segera pergi ke dapur.Tanpa menunggu lebih lama lagi,Safira pun mulai naik kelantai atas.Sepi itulah gambaran kamar Tasya sekarang.Dimana keberadaan pemilik kamar itu?"Tasya,"teriak Safira yang tak mendapat respon dari pemilik nama.Perhatian gadis itu teralihkan oleh pintu balkon yang terbuka.Kakinya berjalan ingin
"woy,"teriak Anggara pada seseorang yang tengah tak sadarkan diri di sel yang bersebelahan dengan nya.Tak butuh waktu lama orang yang ia teriaki itupun tersadar."Lo kenapa disini,"tanya Anggara pada laki-laki yang tak lain adalah Toni."Lo juga kenapa ada disini?"tanya balik Toni."Panjang ceritanya,"ujar Anggara mengusap wajah nya kasar.Toni mengedarkan pandangannya ke sekeliling.Ada banyak juga orang-orang yang di masukkan ke dalam sel sepertinya.Sel itu membentuk sebuah lingkaran dan ditengahnya ada brankar.Awalnya mimik wajah Toni biasa saja tapi begitu pandangannya menangkap beberapa benda tajam ia pun langsung tercekat."Bro apakah ini hari terakhir kita ada di dunia ini?"tanya Toni mendekat ke pembatas sel dirinya dengan sel milik Anggara."Gue nggak tau,tapi kayaknya iya,"jawab Anggara menghela nafas untuk kesekian kalinya.Toni menggeleng cepat,bagaimanapun dia tak ingin mati dengan cara nyeleneh,ia ingin ma
Azka mengecek kondisi wanita di depannya,dan hasilnya benar-benar sudah pulih.Hanya mungkin jangan terlalu banyak gerak agar jahitannya tak robek."Seharusnya Lo gak usah nyembuhin gue,toh nantinya kalian bakalan bunuh kita semua kan?"Azka tak menghiraukan ucapan Tasya itu,ia justru memilih menggembok kembali sel Tasya.Azka dibuat hampir serangan jantung begitu ia berbalik dan sudah ada sesosok berhoodie abu-abu yang berdiri sedikit jauh darinya.Semua mata tahanan di dalam sel pada menyipit,tak terlalu jelas siapa yang datang itu.Hanya ada sedikit cahaya yang menyinarinya.Sesosok itu mulai berjalan dan perlahan-lahan membuka topi yang menutupi wajahnya.Tangannya mengacak rambut yang hanya sebahu dengan pelan.Langkahnya terhenti tak begitu jauh dengan jarak Azka.Anggara seketika berdiri dan berjalan ke pintu sel."Safira,"serunya setelah dengan jelas mengetahui wajah seseorang yang datang tersebut."Saf,lari Lo ngapain sih disini,"
Sekertaris Jo memberi hormat pada Tuannya dengan cara membungkukkan badannya.Laki-laki itu terlihat berkeringat dingin,mulutnya komat-kamit seolah ingin mengatakan sesuatu yang sangat sulit untuk ia katakan.Matanya terpejam sejenak,dan menghembuskan nafas yang panjang."tuan,"serunya yang langsung mendapat kode diam dari Daniel."Dimana anak itu?"tanya Daniel yang awalnya menatap ke layar komputer kini beralih ke sekertaris pribadinya.Sekertaris Jo menggeleng."saya pikir dia masih belum pulang,"jawabnya menunduk takut jika tuannya akan marah seperti biasanya.Dan benar saja Tuannya itu malah marah besar.Semua barang yang ada di depannya di jatuhkan tanpa sisa,Daniel bahkan menendang kursi kebesarannya.Ekspresi wajahnya benar-benar menyiratkan kemarahan,kulit wajah yang mulanya berwarna putih bersih kini menjadi merah padam.Tangannya terkepal kuat seolah laki-laki itu tengah menahan gejolak kekesalan dalam dirinya,mungkin dia akan meluapkan semuan