Share

Eve Mendadak Sakit Keras Karena Sanguis

Seekor burung sedang bernyanyi di atap istana, Anne membuka mata. Kemudian ia memegang kursi. Namun, ia berhenti melihat sang adik yang tidur dan masih memakai selimut karena tadi malam butiran salju turun dengan lebat. Negeri sihir tempat bangsawan kerajaan penyihir putih selalu diliputi salju dan sihir.

 

“Kakak, sudah bangun. Kenapa tidak siap-siap. Hari ini kakak akan mengikuti ujian praktek pembuatan obat-obat sihir, kan?” tanya Eve. Wanita itu bangun perlahan-lahan. “Kak, aku muntah darah,” lanjut Eve. Anne melihat seorang wanita yang dia cintai dan rawat sepenuh hati sedang lemas karena muntah darah akibat penyakit pusat peredaran darah yang tidak bisa memompa dengan sempurna. Tidak di sangka, Eve penyakitnya kambuh dan Anne meneteskan air mata karena tadi malam dia sakit. Penyakit kutukan setiap hari menghantui mereka berdua.

 

“Aku akan mengobati kamu. Kamu harus di sini dan duduk. Jangan pergi, kondisi kamu lemah. Ini bisa membuat kita diserang penyihir hitam.”

 

Anne mencoba berjalan dengan penompang raganya yang layu dan tidak bisa merasakan apa-apa. Ia mencoba meraih tongkat di meja, kemudian tongkat itu Anne arahkan ke kursi roda dan beberapa detik kemudian kursi roda itu bergerak perlahan-lahan menuju Anne.

 

Anne perlahan-lahan mulai bergerak, meski tompangan raga tidak bisa digerakkan dengan pikirannya. Kemudian ia menuju ke kursi roda dengan tenaga yang masih tersisa. Setelah duduk di kursi roda, wanita itu kemudian menggerakkan kursi roda. 

 

“Kakak, maaf kan diriku yang lemah. Padahal kakak sudah ada jadwal ujian,” ucap Eve dengan mata yang berair.

 

“Kamu, ayah, ibu, dan aku tidak salah. Ingat semua ini ulah bangsawan penyihir putih yang berbuat curang. Mereka kerja sama dengan penyihir hitam demi meruntuhkan kerajaan ini.”

 

Eve masih menggenggam selimut yang berkualitas tinggi. Ia tidak bisa memandang wajah kakaknya karena masih bersalah.

 

Salah seorang dayang istana berlari dengan terburu-buru, ia berjalan dengan cepat. Kemudian menggunakan tongkat sihir untuk sampai di ruang tempat istirahat Eve dan Anne. Sementara itu, Anne sedang mencari obat untuk mengobati saudara kembar yang berhagra. Wanita itu menggerakkan kursi roda.

 

“Kakak, apakah kita bisa mengalahkan musuh dalam kedaan seperti ini?” tanya Anne ragu. Anne tidak bisa menyembuhkan beberapa pasien jika sedang sakit parah. Pikirannya kacau, sedangkan tubuh dan energi sihir belum kembali normal untuk menyelamatkan penduduk yang tak lain adalah seorang sihir. Mereka sedang sakit keras karena habis membuat perdamaian antara bangsa sihir, sementara Eve yang ditugaskan untuk mengobati tentara dan kesatria sedang istirahat di kasur karena penyakit arteri kambuh.

 

“Nona Eve dan Anne, bahaya. Banyak sekali yang harus saya bahas,” ucap seorang dayang di pintu. 

 

“Eve, kamu di dalam saja. Aku yang menemui dayang Anita untuk berbicara sebentar.” Anne kemudian menggerakkan kursi roda dan menuju ke pintu kamar. Perempuan yang memakai baju adat Eropa itu kemudian mendekat ke pintu. Anne membuka pintu dan melihat muka dayang tercinta pucat. “Kenapa dayang seperti ini? Apakah ada hal yang mendesak?” tanya Anne.

 

“Di luar banyak bangsawan meminta nona Anne dan Eve untuk diasingkan. Karena membawa dampak buruk bagi kerajaan penyihir dan kerja sama di kerajaan Eropa.”

Tidak, ini tidak bisa dilakukan karena sesuatu akan hancur. Ditambah lagi kami berdua akan terasingkan dan ketua mawar tempat ibu berkumpul akan hancur. Jika saja aku bisa mengendalikan kekuatanku sedikit, pikir Anne. 

 

“Dayang Anita, bisa bawa saya menuju ke ruang pertemuan bangsawan. Ada yang perlu saya bahas dengan mereka.”

Dayang bersujud di hadapan Putri Anne dengan memohon.

 

“Yang mulia. Saat ini istana sedang kacau. Saya harap yang mulia istirahat supaya tidak diasingkan,” ucap wanita yang bersujud. Dayang Anita masih belum bangkit dari sujudnya.

Kakak berusaha untuk membuat semua tunduk dan tidak membuat keonaran. Aku sebagai penyihir medis juga harus membantu kakak untuk masalah ini.

 

“Kak, apakah kakak tidak khawatir dengan duke yang sering datang?” tanya Eve. Ia tersenyum menahan sakit yang diderita. “Duke Alban. Dia sahabat pacarku, jangan sampai pacarku juga sedih melihat sahabatnya sedih karena kakak,” lanjut Eve dengan meremas selimut.

 

“Aku tidak bisa memikirkan kekasihku. Aku harus fokus melindungimu dan kerajaan ini. Ayah sedang membuat para bangsawan tunduk dan memotong gaji mereka demi rakyat.”

 

Kalau semua rakyat kehabisan makanan dan para bangsawan licik memperdaya mereka. Pasti mereka akan meminta ganti rugi ke istana. Aku tidak boleh lengah dan harus melindungi rakyat, banyak tentara yang terluka dan aku akan membuat bangsawan tunduk.

Anne yang berpikir keras kemudian mendorong kursi roda.

 

“Dayang Anita, tolong antar saya ke aula pertemuan. Saya akan menolong ayah.”

 

“Kakak, aku akan turun juga dan menyelamatkan tentara yang terluka pasca perang.”

Eve kemudian berdiri dari kasur, perlahan-lahan ia menguatkan roh dan raganya yang lemah dan bergerak perlahan-lahan. Wanita yang berambut hitam itu tidak ingin sang kakak yang sedang mengatasi masalah besar di aula pertemuan.

 

“Eve, aku ingin kamu menyimpan kalung ini. Supaya kamu bisa melawan musuh,” ucap Anne. Ia kemudian menggerakkan kursi roda dan kembali ke Eve untuk menyerahkan kalung berharga.

 

“ Apa ini kak? Bukan kah ini kalung untuk mengelabui musuh?” tanya Eve. Wanita itu pernah dijelaskan oleh sang guru, kalung yang dipegang sang kakak adalah kalung untuk mengelabui musuh. “Bagaimana dengan kakak? Aku di tempat penyembuhan. Kalau terjadi apa-apa dengan kakak, aku tidak bisa berhenti menangis,” lanjut Eve. Wanita penyihir anggun itu meneteskan air matanya. Eve tidak bisa menahan tangis karena sang kakak lebih melindungi dirinya yang sedang sakit dan batuk parah.

 

“Berjanjilah padaku, nak. Aku sebagai senior dan gurumu juga. Aku akan melawan bangsawan. Ingat kata ibu dan ayah, jangan dilepas kalung yang berharga.”

 

Sang kakak kemudian memberikan kalung, ia lalu memegang tangan adiknya.

 

“Kak, jika bangsawan itu memberontak. Ini aku beri tanda supaya kakak menghidupkan kembang api di luar. Aku akan ke sana, setelah pengobatan ku berhasil dan misi ku sukses. Kakak harus ingat, bahwa kakak adalah putri mahkota.”

 

Eve tidak ingin melihat sang kakak sedih. Ia bisa mendengarkan pikiran sang kakak bahwa akan ada sebuah perdebatan dan musuh yang melawan Anne. Kak, kamu harus bisa melawan musuh demi melindungi ayah. Aku tidak tahu kapan kita bisa bertemu lagi, pikir Eve.

 

Wanita itu sudah mengeluarkan tenaga dalam untuk mengeluarkan alarm bahaya yang di buat dengan sihir. Alarm itu di buat dari kembang api dan sihir. Namun Eve tiba-tiba kembali batuk dan energinya berkurang .

 

“Eve, kamu kenapa? Kamu sebaiknya istirahat lah. Ku mohon, aku tidak mau kamu terluka saat mengobati para kesatria.”

 

“Tidak kak, aku harus segera pergi. Kakak pergilah karena mereka butuh penengah. Penyakitku tidak separah yang dulu,” ucap Eve. Ia menjawab pertanyaan dengan jawaban yang membuat kakaknya menangis. Bagaimana bisa, seorang adik tidak peduli dengan kesehatan ? Pikir Anne.

 

“Baiklah, kamu harus menjadi penyihir medis. Demi menyembuhkan kesatria.” 

Seseorang lelaki memakai baju kesatria datang, Langkah sepatunya terdengar. Dayang istana yang berada di pintu istana hormat ke pada kesatria. Lelaki itu masuk dan berkeringat.

“Nona, baginda raja sedang marah besar! Nona, tolong buat raja tidak membuat keributan.”

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status