Share

AFTER ONE NIGHT STAND
AFTER ONE NIGHT STAND
Author: Citra Rahayu Bening

SAHABAT RASA MUCIKARI

“Lisa, elu kaga ikut naik?”tanya Karmila heran yang melihat sang sahabat justru asik menelepon.

Wanita bergaun malam ini seketika kaget, tiba-tiba kaca jendela tertutup. Mobil mulai beranjak meninggalkan kompleks indekos. Karmila menatap tajam ke pengemudi lewat kaca spion dashboard.

“Tenang. Non Lisa akan segera nyusul,” ucap pengemudi sambil tersenyum penuh arti tampak di spion. Mobil meluncur memecah keramaian jalan raya. Karmila mencoba menghubungi Lisa, tetapi tak pernah diangkat. Begitu pun pesan yang terkirim, tak dibaca.

Dalam waktu dua puluh menit, Range Rover Sport yang membawa Karmila telah berhenti di depan sebuah rumah mewah. Pintu mobil dibuka dari luar dan Karmila masih bengong melihat pemandangan di depan mata.

“Silakan turun, Non,” ucap si pengemudi sambil memberi kode dengan tangan. Karmila masih terkejut dengan situasi asing yang dihadapi.

“Kapan Lisa sampe, Pak?”tanya Karmila dengan kikuk.

“Bentar juga sampe. Mari tunggu ke dalam,”ajak pengemudi setengah umur tersebut. Karmila mengikuti dengan kedua mata menatap tajam.

Tampak depan pintu berdiri rapi pria-pria berperawakan tegap sangar berpakaian layaknya bodyguard. Sang pengemudi tersenyum kepada mereka lalu memberikan sebuah kartu pada salah satu pria penerima tamu.

Mereka beranjak ke dalam, pria pengemudi menyapa beberapa undangan yang kebetulan berpapasan dengan mereka. Bahkan pria-pria yang menyapa pengemudi tampak genit. Tatapan mereka penuh nafsu ke arah Karmila.

Semua undangan berpenampilan layaknya pengunjung tempat hiburan malam. Para wanita dengan baju serba terbuka dengan potongan seksi, begitu pun para pria.

“Silakan ikuti dia,” ucap pengemudi saat ada seorang wanita muda berpakaian seksi menghampiri mereka.

“Aku tunggu Lisa di sini aja!” tolak Karmila halus. Dia merasa malu sendiri, melihat pengemudi tanpa risih mencumbu wanita tersebut. Bukan mereka saja yang berperilaku liar, tetapi semua orang di ruangan ini.

“Kasih dia minuman selamat datang. Kami mau naik dulu,” pinta pengemudi kepada bartender.

Mereka pun berlalu meninggalkan Karmila di meja bar sendiri. Bartender tersenyum kepadanya lalu mulai meracik minuman. Hanya butuh beberapa menit, bartender telah menyodorkan segelas minuman.

"Bikin mabuk?" tanya Karmila sembari menatap cairan berwarna merah di dalam gelas.

"Enggak, isis doang. Aroma sunkist mix peppermint. Silakan!” ucap bartender tersebut.

Karmila menghidu sebentar minuman lalu mengecap sedikit rasanya. "Agak pait gini," ucap wanita berambut ikal tersebut sembari mengecap-ngecap kembali dengan ujung lidah.

"Minuman eksport ini. Cocok untuk wanita,”ucap bartender tersenyum genit.

"Gak ah! Ada minuman lain?" tanya Karmila sembari menutup mulut dengan tisu. Tampak wanita ini berusaha menetralisir rasa pahit minuman dengan menelan saliva beberapa kali.

"Bentar, ya," jawab bartender lalu dia menghampiri Karmila dan membekap hidung serta mulut dengan kain putih beraroma isis.

Seorang pria bermata sipit mendatangi mereka.

Pandangan mata Karmila mulai nanar, secara mengejutkan tubuh wanita berkulit bersih itu dinaikan ke atas bahu pria barusan. Karmila merasa kepalanya semakin berat. Karmila berusaha memberontak, tetapi tangan pria tersebut sangat kuat mencengkeram tubuhnya.

"To-toloong!" teriaknya, tetapi tak dihiraukan siapa pun. Beberapa pasang mata bahkan tersenyum senang melihat tubuh Karmila yang terpanggul.

Langkah kaki pria itu agak tertatih menaiki tangga, tubuh Karmila tampak berguncang, membuat kepalanya kian pening. Kemudian, pria bermata sipit membuka pintu.

"Tenang, Sayang! Kita akan bersenang-senang sedikit,”bisik pria sipit sambil menurunkan tubuh Karmila di atas ranjang.

"Benar-benar barang bagus. Hebat Lisa,”ucap pria tersebut lagi.

Mata pria tersebut sedikit terbuka melihat tubuh Karmila yang tergolek lemas di kasur. Gairahnya seketika naik ke ubun-ubun, imaji liarnya telah memenuhi otak. Pria bermata sipit tersebut bersiap akan menutup pintu, seketika Karmila bangkit, segera berlari keluar dengan tubuh sempoyongan.

Wanita ini menuruni tangga lalu menyibak tubuh-tubuh beraroma alkohol yang sedang asik melantai. Dia sekuat tenaga berlari mencapai gerbang, sementara di belakang tampak pria bermata sipit serta seorang pria lain berteriak memanggil.

Sebuah mobil melintas dan hampir melindas tubuh Karmila yang terhuyung jatuh di jalan. “Sial! Bisa dianggap tabrak lari ini,” umpat sang pengemudi.

Pria muda tersebut gegas keluar lalu membopong masuk tubuh Karmila. Dia pun segera memacu mobil dengan kecepatan tinggi.

“Brengsek! Buruan kejar mobil itu!" teriak pria bermata sipit dengan raut muka memerah.

"Baik, Bos!" jawab salah seorang anak buahnya.

“Ada apa, Om?” tanya Lisa yang baru keluar dari taksi.

“Barang lu kabur. Ikut gue!” teriak pria sipit lalu berlari ke tempat parkir.

"Okey, Om.”Lisa pun buru-buru menyusul pria tersebut dengan setengah berlari.

"Bedebah! Ke mana perginya?" Pria mata sipit ini murka sejadi-jadinya saat tak melihat lagi penampakan mobil yang dikejar.

"Dia ada teman deket sini?"tanya Pria sipit sambil menoleh ke arah Lisa.

"Kaga ada, Om. Aneh! Cepat amat perginya," jawab Lisa dengan ekspresi bingung sekaligus takut. Wanita hitam manis ini khawatir uang muka yang telah dia terima, diminta kembali oleh Big Bos.

•••¤¤•••¤¤•••¤¤•••

Sementara itu, di tempat lain, berjarak 15 kilometer dari para pengejar

Karmila tak tahu ke arah mana mobil tersebut melaju. Kendaraan roda empat tersebut telah sampai pada rumah bergaya klasik. Sang pria muda keluar terlebih dulu lalu berjalan ke pintu penumpang. Kedua tangan kekarnya membopong tubuh Karmila masuk rumah langsung naik ke arah sebuah kamar.

“Gue tau. Pasti lu dihargai murah atau kaga dibayar, langsung kabur. Lu itu cantik. Kenapa harus jual diri?” tanya pria berambut gondrong ini sembari mengendus aroma alkohol dari mulut Karmila.

“Aah ...!”teriak si wanita sambil menepis muka pria tersebut.

“Jual mahal amat lu!” seru pria bermuka oriental sambil meletakkan tubuh Karmila di atas pembaringan.

“Lu ... sekongkol ama Lisa? Gue mau pulang!” jerit Karmila dengan mata terpejam.

Pria berwajah oriental tersenyum mendengar ocehan dari mulut Karmila. Dia yang akan melangkah pergi, terpaksa berbalik arah karena mendengar dering ponsel. Akhirnya, dia terpaksa mengambil benda pipih dari tas wanita itu.

Kemudian, dia segera mematikan agar si wanita bisa tidur pulas saat ditinggal. Pria ini sempat mengamati wajah dan gaun malam Karmila. Dia berpikir wanita ini bermuka polos dan tak menyangka bahwa seorang wanita penjaja cinta.

“Lu itu cantik dan masih tampak polos. Udah berapa duit, lu dapet?” tanya sang pria sembari menyentuh dagu Karmila.

“Aah ... pergii!” jerit Karmila sambil menepis tangan pria tersebut.

“Munafik lu! Pura-pura teler, kan? Kaum kayak lu, kaga mungkin mau teler sebelum dapat duit,”ujar sang pria sambil bangkit lalu hendak beranjak pergi. Dia berniat akan mengunci wanita itu dari luar agar aman. Di dalam ruangan juga terdapat toilet. Bisa tenang di hati.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kurniawan Wijaya
ok sebagai pendahulan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status