Home / Romansa / AFTER ONE NIGHT STAND / SAHABAT RASA MUCIKARI

Share

AFTER ONE NIGHT STAND
AFTER ONE NIGHT STAND
Author: Citra Rahayu Bening

SAHABAT RASA MUCIKARI

last update Last Updated: 2022-07-03 02:46:25

“Lisa, elu kaga ikut naik?”tanya Karmila heran yang melihat sang sahabat justru asik menelepon.

Wanita bergaun malam ini seketika kaget, tiba-tiba kaca jendela tertutup. Mobil mulai beranjak meninggalkan kompleks indekos. Karmila menatap tajam ke pengemudi lewat kaca spion dashboard.

“Tenang. Non Lisa akan segera nyusul,” ucap pengemudi sambil tersenyum penuh arti tampak di spion. Mobil meluncur memecah keramaian jalan raya. Karmila mencoba menghubungi Lisa, tetapi tak pernah diangkat. Begitu pun pesan yang terkirim, tak dibaca.

Dalam waktu dua puluh menit, Range Rover Sport yang membawa Karmila telah berhenti di depan sebuah rumah mewah. Pintu mobil dibuka dari luar dan Karmila masih bengong melihat pemandangan di depan mata.

“Silakan turun, Non,” ucap si pengemudi sambil memberi kode dengan tangan. Karmila masih terkejut dengan situasi asing yang dihadapi.

“Kapan Lisa sampe, Pak?”tanya Karmila dengan kikuk.

“Bentar juga sampe. Mari tunggu ke dalam,”ajak pengemudi setengah umur tersebut. Karmila mengikuti dengan kedua mata menatap tajam.

Tampak depan pintu berdiri rapi pria-pria berperawakan tegap sangar berpakaian layaknya bodyguard. Sang pengemudi tersenyum kepada mereka lalu memberikan sebuah kartu pada salah satu pria penerima tamu.

Mereka beranjak ke dalam, pria pengemudi menyapa beberapa undangan yang kebetulan berpapasan dengan mereka. Bahkan pria-pria yang menyapa pengemudi tampak genit. Tatapan mereka penuh nafsu ke arah Karmila.

Semua undangan berpenampilan layaknya pengunjung tempat hiburan malam. Para wanita dengan baju serba terbuka dengan potongan seksi, begitu pun para pria.

“Silakan ikuti dia,” ucap pengemudi saat ada seorang wanita muda berpakaian seksi menghampiri mereka.

“Aku tunggu Lisa di sini aja!” tolak Karmila halus. Dia merasa malu sendiri, melihat pengemudi tanpa risih mencumbu wanita tersebut. Bukan mereka saja yang berperilaku liar, tetapi semua orang di ruangan ini.

“Kasih dia minuman selamat datang. Kami mau naik dulu,” pinta pengemudi kepada bartender.

Mereka pun berlalu meninggalkan Karmila di meja bar sendiri. Bartender tersenyum kepadanya lalu mulai meracik minuman. Hanya butuh beberapa menit, bartender telah menyodorkan segelas minuman.

"Bikin mabuk?" tanya Karmila sembari menatap cairan berwarna merah di dalam gelas.

"Enggak, isis doang. Aroma sunkist mix peppermint. Silakan!” ucap bartender tersebut.

Karmila menghidu sebentar minuman lalu mengecap sedikit rasanya. "Agak pait gini," ucap wanita berambut ikal tersebut sembari mengecap-ngecap kembali dengan ujung lidah.

"Minuman eksport ini. Cocok untuk wanita,”ucap bartender tersenyum genit.

"Gak ah! Ada minuman lain?" tanya Karmila sembari menutup mulut dengan tisu. Tampak wanita ini berusaha menetralisir rasa pahit minuman dengan menelan saliva beberapa kali.

"Bentar, ya," jawab bartender lalu dia menghampiri Karmila dan membekap hidung serta mulut dengan kain putih beraroma isis.

Seorang pria bermata sipit mendatangi mereka.

Pandangan mata Karmila mulai nanar, secara mengejutkan tubuh wanita berkulit bersih itu dinaikan ke atas bahu pria barusan. Karmila merasa kepalanya semakin berat. Karmila berusaha memberontak, tetapi tangan pria tersebut sangat kuat mencengkeram tubuhnya.

"To-toloong!" teriaknya, tetapi tak dihiraukan siapa pun. Beberapa pasang mata bahkan tersenyum senang melihat tubuh Karmila yang terpanggul.

Langkah kaki pria itu agak tertatih menaiki tangga, tubuh Karmila tampak berguncang, membuat kepalanya kian pening. Kemudian, pria bermata sipit membuka pintu.

"Tenang, Sayang! Kita akan bersenang-senang sedikit,”bisik pria sipit sambil menurunkan tubuh Karmila di atas ranjang.

"Benar-benar barang bagus. Hebat Lisa,”ucap pria tersebut lagi.

Mata pria tersebut sedikit terbuka melihat tubuh Karmila yang tergolek lemas di kasur. Gairahnya seketika naik ke ubun-ubun, imaji liarnya telah memenuhi otak. Pria bermata sipit tersebut bersiap akan menutup pintu, seketika Karmila bangkit, segera berlari keluar dengan tubuh sempoyongan.

Wanita ini menuruni tangga lalu menyibak tubuh-tubuh beraroma alkohol yang sedang asik melantai. Dia sekuat tenaga berlari mencapai gerbang, sementara di belakang tampak pria bermata sipit serta seorang pria lain berteriak memanggil.

Sebuah mobil melintas dan hampir melindas tubuh Karmila yang terhuyung jatuh di jalan. “Sial! Bisa dianggap tabrak lari ini,” umpat sang pengemudi.

Pria muda tersebut gegas keluar lalu membopong masuk tubuh Karmila. Dia pun segera memacu mobil dengan kecepatan tinggi.

“Brengsek! Buruan kejar mobil itu!" teriak pria bermata sipit dengan raut muka memerah.

"Baik, Bos!" jawab salah seorang anak buahnya.

“Ada apa, Om?” tanya Lisa yang baru keluar dari taksi.

“Barang lu kabur. Ikut gue!” teriak pria sipit lalu berlari ke tempat parkir.

"Okey, Om.”Lisa pun buru-buru menyusul pria tersebut dengan setengah berlari.

"Bedebah! Ke mana perginya?" Pria mata sipit ini murka sejadi-jadinya saat tak melihat lagi penampakan mobil yang dikejar.

"Dia ada teman deket sini?"tanya Pria sipit sambil menoleh ke arah Lisa.

"Kaga ada, Om. Aneh! Cepat amat perginya," jawab Lisa dengan ekspresi bingung sekaligus takut. Wanita hitam manis ini khawatir uang muka yang telah dia terima, diminta kembali oleh Big Bos.

•••¤¤•••¤¤•••¤¤•••

Sementara itu, di tempat lain, berjarak 15 kilometer dari para pengejar

Karmila tak tahu ke arah mana mobil tersebut melaju. Kendaraan roda empat tersebut telah sampai pada rumah bergaya klasik. Sang pria muda keluar terlebih dulu lalu berjalan ke pintu penumpang. Kedua tangan kekarnya membopong tubuh Karmila masuk rumah langsung naik ke arah sebuah kamar.

“Gue tau. Pasti lu dihargai murah atau kaga dibayar, langsung kabur. Lu itu cantik. Kenapa harus jual diri?” tanya pria berambut gondrong ini sembari mengendus aroma alkohol dari mulut Karmila.

“Aah ...!”teriak si wanita sambil menepis muka pria tersebut.

“Jual mahal amat lu!” seru pria bermuka oriental sambil meletakkan tubuh Karmila di atas pembaringan.

“Lu ... sekongkol ama Lisa? Gue mau pulang!” jerit Karmila dengan mata terpejam.

Pria berwajah oriental tersenyum mendengar ocehan dari mulut Karmila. Dia yang akan melangkah pergi, terpaksa berbalik arah karena mendengar dering ponsel. Akhirnya, dia terpaksa mengambil benda pipih dari tas wanita itu.

Kemudian, dia segera mematikan agar si wanita bisa tidur pulas saat ditinggal. Pria ini sempat mengamati wajah dan gaun malam Karmila. Dia berpikir wanita ini bermuka polos dan tak menyangka bahwa seorang wanita penjaja cinta.

“Lu itu cantik dan masih tampak polos. Udah berapa duit, lu dapet?” tanya sang pria sembari menyentuh dagu Karmila.

“Aah ... pergii!” jerit Karmila sambil menepis tangan pria tersebut.

“Munafik lu! Pura-pura teler, kan? Kaum kayak lu, kaga mungkin mau teler sebelum dapat duit,”ujar sang pria sambil bangkit lalu hendak beranjak pergi. Dia berniat akan mengunci wanita itu dari luar agar aman. Di dalam ruangan juga terdapat toilet. Bisa tenang di hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kurniawan Wijaya
ok sebagai pendahulan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • AFTER ONE NIGHT STAND   HUKUM TABUR TUAI

    Dalam ruangan hanya terdengar tarikan napas para penghuninya. Tak ada yang mau bersuara. Masing-masing meresapi peristiwa haru yang terjadi di hadapan mereka. Karmila tampak paling bahagia karenanya.Ia merasa rencana membuat rumah makan bersama Bude Darmo dan Rasti akan berjalan tanpa hambatan, bahkan bisa lebih mudah terwujud. Ia optimis, Pendi yang telah berubah akan ikut andil membantunya."Alhamdulillah, bisa bertemu orang-orang baik seperti kalian," ucap Pendi lalu tersenyum tipis."Alhamdulillah, saya ikut senang, meski tak tahu soal mafia. Dengan itikad baik Mas Pendi dalam menangkap pelaku pengerusakan, saya sebagai pimpinan di sini mengucapkan terima kasih. Tindakan heroik Mas Pendi membuat kredibilitas kafe terjaga. Jika masa bersyarat sudah berakhir dan Mas ingin bergabung di kafe. Saya bisa merekomendasikan Mas untuk menjadi karyawan tanpa interview," ucap manager dengan wajah sumringah.Tawaran kerja barusan ditanggapi Pendi dengan wajah berseri-seri. Pria bertato terseb

  • AFTER ONE NIGHT STAND   BAPAK KANDUNG PENDI

    "Ada laporan masuk. Pelaku pengerusakan telah ditangkap polisi, Pak," jawab sekuriti yang berdiri."Syukurlah!" seru Karmila dengan perasaan lega."Maaf, yang buat laporan siapa, Pak?" tanya Nadio yang penasaran."Seorang pria yang sekarang sedang berada di pos penjagaan. Katanya mengenal baik Bapak dan Ibu," jawab sekuriti sambil melihat ke arah Nadio dan Karmila. "Apa benar namanya Pendi?" tanya Nadio segera."Benar, Pak. Berarti orang itu benar-benar mengenal Bapak dan Ibu?" tanya balik sekuriti."Gimana gak kenal? Dia itu anak dari bude saya, Pak," sahut Karmila sambil tertawa kecil. Demikian pula Nadio."Wah, kebetulan sekali. Pak, tolong ajak orang tersebut kemari. Kita ajak berdiskusi," ucap manager sambil menatap sekuriti."Baik, Pak!" seru sekuriti dengan tangan memberi hormat. Pria tersebut segera balik badan dan berlalu.Setelah kepergiaannya, kini tinggal seorang sekuriti dan tukang parkir yang berpandangan dengan raut wajah bahagia. Mereka merasa lega karena tak harus me

  • AFTER ONE NIGHT STAND   ORANG GILA

    Nadio segera mengambil foto dengan ponsel lalu mengirimkan kepada Mr. Bram dan polisi yang sedang menyelidiki kasus mereka.Saat tukang parkir datang dengan maksud akan membantu arah kendaraan saat keluar dari parkir, tak kalah kaget. Pria berseragam hijau tersebut tak enak hati kepada Nadio dan Karmila."Saya minta maaf, Bapak dan Ibu. Silakan tunggu sebentar. Saya akan lapor ke sekuriti soal ini," ucap pria tersebut dengan sorot mata penyesalan."Ok. Silakan. Bagaimana bisa terjadi seperti ini?" protes Nadio kesal.Karmila hanya menatap keduanya dengan pikiran tak menentu. Wanita ini merasa ngeri juga dengan kejadian barusan. Kehidupan rumah tangganya diselimuti berbagai masalah yang beruntun. Baru saja merasa lega dengan penjelasan Mr. Bram yang telah mulai menguak kasus sedikit demi sedikit. Namun, dengan insiden yang terjadi ini, membuat Karmila teringat traumanya kembali. "Honey, apa yang salah dengan kita?" tanya Karmila dengan wajah memelas.Nadio yang mendengarnya, langsung

  • AFTER ONE NIGHT STAND   SIAPA DIA?

    "Maaf, boleh saya tahu? Siapakah yang telah menyerahkan map ini ke waiter?" tanya Nadio sambil menduga-duga sosok pemberi barang bukti tersebut. Seketika, Mr. Bram tersenyum tipis sambil berkata,"Orang terdekat Bapak dan Ibu." Pasutri muda ini pun seketika terkejut lalu saling berpandangan. Mr. Bram memahami kebingungan keduanya. Pria berpenampilan layaknya aktor laga tersebut mengambil ponsel dari dalam saku jaket. Tampak dirinya menghubungi seseorang. Mr. Bram sesaat berbicara lalu mengaktifkan speaker. "Silakan berbicara langsung dengan Bapak Nadio dan istri," ucap Mr. Bram dengan senyum yang membuat pasutri di hadapannya semakin penasaran. "Assalammu'alaikum." "Wa'alaikumussalam. Bapak!" teriak Karmila dan Nadio berbarengan. Mereka tak bisa mempercayai dengan suara yang terdengar. "Ya, ini Bapak, Nak. Maafkan, telah membuat kalian kaget," balas Pak Rahmat dari ujung telepon. Ucapan pria separuh baya tersebut seketika membuat wajah pasangan muda berseri-seri. Mereka tak menyan

  • AFTER ONE NIGHT STAND   SOSOK PEMBERI BARANG BUKTI

    "Salam kenal, Bu. Saya Mr. Bram Akira yang akan menangani kasus. Semoga berkenan," balas pria tersebut seraya membungkukkan badan. "Salam kenal kembali, Mr. Bram. Kami berharap bisa tuntas secepatnya," balas Karmila lalu membungkukkan badan pula. "Silakan duduk Mr. Bram!" pinta Nadio. Ketiganya kemudian duduk berhadapan. Secera kebetulan seorang waiter sedang lewat di depan mereka. Nadio seketika memanggilnya. Saat pria tersebut datang menghampiri, Nadio meminta untuk menghidangkan tiga minuman. "Baik, Pak. Saya akan segera membawakan pesanan. Mohon ditunggu. Permisi," ucap waiter tersebut lalu membungkuk. "Silakan," balas Nadio segera. Waiter segera berlalu meninggalkan tempat. Kini ketiganya kembali mengadakan pembicaraan. Di saat asik mengobrol datang seorang waiter lain dengan membawa sebuah map. Pria muda berambut cepak style tentara tersebut mengucapkan salam. Namun, tiba-tiba tubuhnya sempoyongan seperti orang mabuk. "Kenapa itu?" tanya Karmila kaget. Nadio dan Mr. Bram

  • AFTER ONE NIGHT STAND   RENDEZVOUS

    Tentu saja, penjelasan Nadio semakin membuat Karmila keheranan. Wanita berambut ikal tersebut memang orang yang lugu. "Hal biasa semacam itu di luar negeri. Pasangan tanpa komitmen resmi dan tetap bertanggung jawab kepada anak biologis. Mungkin saja, Tuan Ongki sudah melalaikan tanggung jawab." "Akhirnya ada rasa dendam karenanya," ucap Karmila mencoba menduga-duga. "Ya, begitulah." Pembicaraan terhenti, pada saat mobil mereka tak bisa bergerak karena tepat di depan mata ada kerumunan warga. Sesaat kemudian datanglah mobil patroli polisi dan ambulans. "Honey, kecelakaan?" tanya Karmila sembari mengawasi gerak-gerik para petugas yang sedang mengeksekusi korban. "Sepertinya pembunuhan," jawab Nadio segera. Rupanya mereka tak perlu menunggu lama untuk mengetahui dengan yang terjadi. Dari pembicaraan warga yang sedang berkerumun, mengarah pada kasus mutilasi. Karmila bergidik seketika mendengarnya. Korban adalah seorang dokter. Tiba-tiba terdengar ponsel Karmila berbunyi dan terter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status