Share

Kekasih Monika

Author: Gyuu_Rrn
last update Last Updated: 2021-09-30 21:11:44

"Bu, kenalin ini Kak Anton, dia Kakak tingkatku di kampus. Sebenarnya kami sudah dekat cukup lama, tetapi Kak Anton baru menyatakan cintanya padaku beberapa waktu lalu."

Monika menjelaskan semuanya sambil tersipu malu, beberapa kali dia melirik ke arah Anton yang juga ikut menyunggingkan senyuman.

Monika tidak menyangka, setelah melakukan pendekatan yang cukup lama dengan Anton, pada akhirnya dia bisa mendapatkan pria itu, rasanya hari-hari Monika benar-benar penuh dengan bunga.

"Benar, Bu. Saya dan Monika sudah kenal cukup lama. Malahan kami juga--"

"Yuni, maafkan, Mas. Mas, akan bersikap lebih adil padamu lagi, Sayang. Tolong, jangan pikirkan hal ini lagi, kasian anak yang ada di dalam kandunganmu."

"Untuk apa? Kamu sudah sering berkata seperti itu padaku."

Tiba-tiba ketiga orang tersebut tersentak ketika mendengar sebuah teriakan dari ruang makan.

Dona mengatupkan bibir rapat-rapat, matanya terbuka dengan cukup lebar. Kentara sekali kalau dia sedang murka.

Di saat Dona bangkit, hendak memaki-maki Yuni akibat menimbulkan keributan, tiba-tiba saja Monika meraih tangan Ibunya, dia menatap Ibunya dengan tajam, sebelum akhirnya menggeleng pelan.

"Bu, sudah biarkan saja," ucap Monika dengan nada pelan, tetapi penuh dengan tekanan.

"Sayang, itu ada apa? Kenapa dibiarkan seperti itu."

Sontak saja, Dona dan Monika yang awalnya tengah melakukan kontak mata, langsung memutuskannya dengan cepat, beralih menatap Anton yang tampak kebingungan.

"Tidak ada, Sayang. Sudah biarkan saja, lagipula Abangku dan istrinya suka bercanda," balas Monika sambil tertawa pelan.

Akan tetapi, Anton merasa ada yang aneh dengan keluarga ini, dia melihat ada sekelebat amarah yang tertanam di mata Monika dan Ibunya ketika mendengar teriakan tadi.

Anton sedikit menunduk, kemudian kedua alisnya saling bertautan, ketika secara tidak sengaja melihat tangan Ibunya Monika terkepal kuat, hingga buku tangannya memutih.

Sadar suasana sedikit berubah, Monika langsung menghampiri kekasihnya, lalu menjatuhkan bobot tubuhnya di samping Anton.

"Sayang, kamu mau minum apa?"

Anton menoleh, menatap Monika selama beberapa saat. Jelas sekali, jika wanita itu berusaha keras menutupi kilau amarahnya.  

"Emm, apa saja," jawab Anton singkat

 Entah kenapa, dia mulai merasa tidak nyaman.

"Aku buatin kopi mau, gak?"

"Boleh, Sayang."

Ketika Monika bangkit dari duduk, tiba-tiba Dona mendahului. 

Melalui picingan mata, Dona memberikan isyarat pada Monika untuk diam saja, biarkan Dona yang melakukan itu semua.

"Monika, biar Ibu saja yang buatkan, kamu dan Nak Anton di sini saja, mengobrol berdua."

Tanpa menunggu jawaban dari keduanya, Dona langsung bergegas ke dapur, kedua tangannya masih terkepal kuat, bibirnya mengatup rapat.

Dona tidak sabar, ingin segera memarahi menantu kurang ajarnya tersebut, bagaimana bisa Yuni bersikap seperti itu ketika ada kekasih anak bungsunya.

Dona berpikir, kalau Yuni sengaja melakukan hal tersebut, dia seperti mencari simpati di depan Anton, dia ingin menarik perhatian Anton.

"Yuni!" sentak Dona dengan nada sedikit tertahan. 

Akan tetapi, dia langsung mengerutkan keningnya di saat tidak menemukan keberadaan Yuni dan Ramdani.

"Ah, s*al ke mana si Yuni pergi," sambungnya sambil sesekali menelusuri seisi ruangan yang cukup luas.

Karena tidak menemukan keberadaan Yuni. Dona bergegas membuatkan kopi untuk kekasih putrinya.

Walaupun sebenarnya Dona lupa, bagaimana cara membuat kopi, karena selama ini dia sudah lama tidak membuatnya.

Tanpa pikir panjang, Dona langsung memasukan gula dan kopi ke dalam gelas, sebelum akhirnya menuangkan air panas dan membawanya ke hadapan Anton, tanpa mencicipinya terlebih dahulu.

"Nak Anton, silahkan di nikmati."

Anton mengangguk pelan, kemudian meraih gelas yang ada di hadapannya.

Seketika saja, raut wajahnya berubah dan tanpa aba-aba, dia langsung menyemburkan kopi yang berada di mulutnya.

"Apa-apaan, ini bukan kopi melainkan seduhan gula, bagaimana bisa kopinya bisa semanis ini."

Dona maupun Monika sama-sama terbelalak ketika melihat Anton menjulurkan lidahnya sambil membulatkan mata. 

Tanpa basa-basi, Monika langsung berlari ke dapur, tangannya bergetar hebat, kala mengingat kondisi Anton, dia takut laki-laki itu kenapa-napa, apalagi ketika mengingat Anton tidak suka manis.

"Sa-Sayang, kamu minum dulu."

Anton langsung meraih gelas yang ada di tangan Monika dengan kasar, kemudian meneguknya sampai habis.

"Kamu gak papa, 'kan?" tanya Monika. Dia meraih tangan Anton, mengelusnya dengan pelan.

Tanpa banyak bicara, Anton langsung bangkit, kemudian meraih tasnya yang tergeletak di sofa.

Melihat hal tersebut, mata Dona maupun Monika sama-sama terbuka lebar, bahkan mulut keduanya ikut membulat sempurna.

Dengan gelagapan, Monika langsung menghampiri Anton, keringat dingin tiba-tiba membasahi tubuhnya, dia takut kalau Anton akan memutuskan hubungan dengannya, hanya gara-gara sebuah kopi.

"Sayang, kamu mau ke mana?" 

Monika kembali bertanya, padahal pertanyaan dia yang tadi pun belum di jawab oleh Anton.

"Aku mau pulang, tiba-tiba teringat dengan sebuah janji."

Monika langsung mengerutkan bibirnya, matanya tiba-tiba memanas kala mendengar hal tersebut.

"Sayang, kenapa tiba-tiba seperti ini, bukannya kamu sudah membatalkan itu semua?"

"Tidak Monika, aku harus datang."

"Sayang, kenapa malah pergi?"

Monika terus berteriak, kala melihat Anton melangkah ke arah pintu, sebelum akhirnya sosok itu benar-benar menghilang.

Setibanya di luar rumah, secara tidak sengaja Anton melihat seorang perempuan yang tidak lain adalah Kakak ipar Monika tengah duduk di teras, membelakanginya.

Anton sempat terdiam selama beberapa saat, memperhatikan Yuni yang tengah mengelus perutnya. Anton ikut memikirkan sesuatu.

Hingga ketika dia hendak menghampiri Yuni, Ramdani tiba-tiba datang dari arah samping. 

Ramdani sempat menatap Anton sekilas, tatapannya tidak bisa diartikan sama sekali dan selang beberapa detik kemudian, Anton kembali melangkah, menghampiri mobilnya yang terparkir di halaman. Anton mengurungkan niatnya untuk menghampiri Yuni

"Sayang, ayo masuk ke rumah, nanti masuk angin," ajak Ramdani.

"Tumben sekali, biasanya kamu tidak pernah menghiraukanku."

Mendengar hal tersebut, Anton menoleh, kembali menatap Yuni dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan. Anton kembali memikirkan sesuatu yang tadi sempat terlintas di otaknya.

"Yuni," gumamnya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Memergoki Keduanya

    Akhirnya Ramdani bisa menghela napas lega, kala pekerjaannya yang akhir-akhir ini begitu menumpuk, bisa selesai juga hanya dalam hitungan hari.Bahkan, Ramdani sampai rela kehilangan hari liburnya, demi bisa menyelesaikan semua pekerjaannya.Ramdani berambisi untuk bisa menjadi yang terbaik, sehingga dia bisa saja naik jabatan kapan saja. Soalnya beberapa waktu lalu, bosnya pernah bilang, akan menaikan jabatan seseorang yang bekerja dengan cukup baik.Maka dari situlah, Ramdani mulai memiliki keinginan untuk bisa menjadi yang terbaik diantara teman-teman yang lainnya, sekaligus memperlihatkan jati dirinya yang sebenarnya."Wah, udah selesai, nih, Pak!" sahut Anto--salah satu rekan kerja Ramdani yang cukup dekat dengannya.Ramdani yang tengah memejamkan mata sambil bersandar pada kursi, lantas mengangguk pelan."Iya, nih, udah selesai.""Wih, enak banget!"Tanpa diduga-duga, Anto langs

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Uang Tutup Mulut

    "Jangan asal bicara kalian, aku dan Pak Dandy sama sekali tidak berselingkuh!" hardik Yuni dengan kedua bola mata membulat sempurna.Dona menyeringai, dia menatap sebuah foto hasil jepretannya yang cukup bagus tersebut.Bila foto tersebut di kirimkan pada Ramdani, Dona yakin kalau anak laki-lakinya itu akan murka dan sedikit meragukan ketulusan hati Yuni.Terlebih lagi, mungkin hubungan keduanya akan kembali renggang, sehingga niat buruk yang selama ini Dona susun, akan bisa berjalan dengan lancarDona tidak sabar membayangkan, di saat Yuni dan Ramdani berpisah untuk selamanya, sehingga Dona bisa menikahkan anaknya dengan Sarah--perempuan yang cukup kaya raya."Asal bicara katamu? Jelas-jelas aku melihat perselingkuhan kalian di depan mata kepalaku sendiri.""Bu, aku tidak berselingkuh! Pak Dandy datang untuk menengok anakku. Apa Ibu tidak bisa me

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Kedatangan Seorang Tamu

    Sebenarnya Yuni ingin sekali menolak keinginan Dandy untuk datang ke rumahnya, hanya saja dia merasa tidak enak.Masa ada orang yang menengok anaknya, dia malah menolaknya hanya karena alasan tidak nyaman.Jadi, mau tidak mau, Yuni pun mengiyakan permintaan Dandy, meskipun dia belum sempat memberitahu suaminya.[Baik, Pak.][Terima kasih, Bu. Kalau boleh tahu, apa ada yang sedang Ibu inginkan?]Sengaja Yuni tidak membalas pesan Dandy, dia takut kalau terus berhubungan dengan pria itu, justru akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.Maka dari itu, Yuni lebih memilih untuk mematikan jaringan data dan menyimpan gawainya ke dalam saku celana.***Sore hari sudah tiba, kala itu Yuni tengah berada di luar rumah, dia tengah bermain bersama kedua orang anaknya, lebih tepatnya memperhatikan Rion yang tengah belajar membawa

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Pesan Dari Seseorang

    Entah bagaimana jadinya, tetapi semenjak saat itu, Ibu mertua Yuni jadi sering bertukar kabar dengan Sarah.Anehnya lagi, perempuan bernama Sarah itu malah meresponnya dengan baik, seperti hari ini, di mana ketika Yuni baru saja pulang dari rumah tetangganya, mengecek usaha yang selama ini dia dan ibu-ibu lainnya kembangkan.Perempuan itu sudah berada di rumahnya sambil mengobrol dengan Ibunya. Sementara itu, Yuni belum tahu bagaimana kabar Monika.Namun, yang pasti Yuni yakin, kalau Monika tidak tinggal seorang diri di luar sana, pasti dia tinggal bersama seseorang atau mungkin menyewa tempat yang lebih nyaman."Yuni, tolong ambilkan cemilan dan minuman, kebetulan tadi Mbok Darmi sudah Ibu suruh beli sayuran dan buah-buahan."Dona langsung memerintahkan kepada Yuni, ketika melihat batang hidung perempuan itu muncul di hadapannya."Bu, aku baru saja pul

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Yuni yang Perlahan Membuka Hati

    Yuni sempat terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya mengangguk pelan.Ramdani sedikit khawatir dengan Yuni, takut istrinya itu berpikir yang tidak-tidak. Apalagi ketika melihat reaksi Yuni yang tidak bisa Ramdani baca sedikitpun.Membuat Ramdani semakin panik saja. Bahkan, dia sampai mengigit bibir bawahnya dengan cukup keras dengan pandangan yang tidak bisa lepas dari Yuni."Ah, hanya mantan saja! Itu hanya masa lalu saja, tidak ada yang perlu aku khawatirkan."Yuni tersenyum lebar, kemudian menghampiri Ramdani, memeluk tangan suaminya dengan erat.Di saat itu, arah pandangan Dona langsung mengikuti Yuni, kedua bola matanya membulat."Aku tidak cemburu, aku yakin Mas Ramdani setia denganku," sambung Yuni.Melihat reaksi istrinya yang begitu menggemaskan, Ramdani langsung mengusap puncak kepala Yuni, kemudian mendaratkan kecu

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Mantan Pacar Ramdani

    Ketika sudah dekat dengan rumah, Titi segera mengucurkan beberapa tetes air ke matanya, dia hendak kembali berakting di hadapan Ramdani dan Yuni.Setelah itu, dia segera membuang botol berukuran kecil itu ke selokan. Sebelum itu, Dona sempat memastikan ke sekeliling, takut ada orang yang memergoki aksinya."Ya ampun, Bu Dona, kenapa nangis?"Dona langsung tersenyum tipis, kala melihat dua orang ibu-ibu menghampiri dirinya.Sudah saatnya Dona melancarkan aksinya, kalau dia akan berpura-pura bersedih, mengenai Monika yang pergi dari rumah."Monika, Bu." Dona terisak, kemudian luruh ke lantai, membuat kedua orang ibu-ibu itu begitu panik."Ya ampun, kenapa dengan Monika, Bu?""Monika, pergi dari rumah, Bu. Dia tidak ingin pulang lagi, saya tidak tahu dia akan pergi ke mana."Kedua ibu-ibu melayangkan tatapan sendu pada D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status